Selasa, 15 Januari 2013

Draft Scene Final (no dialog)




...
Tiga minggu kemudian...
 Kaka mengamati sebuah foto yang terdapat di dompetnya. Sebuah foto  bersama seseorang yang telah dikenalnya. Menjadi salah seorang yang dekat dengannya, setidaknya itu yang kaka rasakan sejak perkenalan pertama
Azka telah menjadi seseorang yang sangat berarti untuknya, kehadirannya bahkan melebihi frekuensi serta kualitas pertemuannya dengan aras. Sementara aras, entah karena telah terbiasa berada pada kondisi dimana mereka bisa dan biasa untuk tak bertemu bahkan berhari-hari lamanya, membuat kaka tak merasa kehilangan sama sekali. Sesekali aras mencoba untuk menghubungi via telpon, dan berkali-kali itu pula kaka memilih untuk berpura-pura tak mengankat untuk sekedar berkata “hai”. Aras tak coba menghubunginya lebih dari satu kali dalam satu kesempatan.
Menghabiskan waktu bersama aska, jalan-jalan bersama, sekedar makan, dan puncaknya...Suatu malam, kaka merasa bahwa aska lebih dari segalanya. Kaka tau yang dibutuhkannya ada pada aska. Dan saat itu pula, kaka sadar, bahwa berada dalam jarak yang teramat dekat membuatnya seolah telah menemukan dunianya. Bukan pada aras, rafa...tapi pada aska. Askalah dunia keduanya,..

...
Dunia itu tak selamanya berjalan dengan semestinya. Entah mengapa bayangan aras kembali muncul. Tepat saat tak sengaja kaka membuka halaman buku yang terdapat foto dirinya dan aras. Di awal-awak masa pacaran. Sebulan pertama adalah kenangan yang tersisa. Saat baik dirinya maupun aras sama-sama menyadari bahwa berdua adalah pilihan terbaik dari sekedar berteman untuk saling mengenal satu sama lain.
Kaka mengamati foto itu. Dia merindukan sosok yang ada di foto itu...Entah mengapa, perasaan itu kembali muncul. Kaka memandangi tanggal yang dilingkari merah di kalender dinding. Hari ini aras berulang tahun. Setidaknya kaka ingin mengatakan sesuatu yang tak sempat untuk diucapkannya....
Untuk pertama kalinya, kaka merasa sangat bersalah...
...
Kaka melangkah turun dari mobil yang diparkirnya di sebuah halama kafe. Tempat utama yang sering dikunjunginya bersama sesorang...bukan rafa, ataupun aska. Aska, mengingat sebuah nama itu, ada hal yang lain yang dirasakannya. Aska menghilang tanpa kabar tepat sejak satu bulan bersama. Satu bulan yang menandakan bahwa kaka baru saja terjebak dalam sebuah lingkaran yang tak semestinya.
Ia tak ingin menyalahkan siapapun dalam hal ini. Tidak juga rafa, orang yang selama ini telah mengenalkannya pada aska. Dan sekarang, menemui aras adalah satu-satunya hal yang harus dilakukannya. Tak pedulikannya lagi bagaimana reaksi aras nanti. Yang pasti, kaka datang hanya untuk satu tujuan, mengantarkan maaf, dan berharap aras akan menerimanya, apapun yang telah dilakukan kaka.

Kaka menatap bayangan kaca dihadapannya. Sengaja dipilihnya untuk melakukan semua hal dengan kejutan. Berbekal informasi dari asya, kakak perempuan aras, kaka bergegas menuju kafe dengan membawa sebuah benda yang pernah diinginkan aras. Sebuah kue buatannya. Tepat di saat hari ulang tahunnya.
Kaka bergegas melangkah menuju pintu kafe. Bayangan 5 tahun bersama berkelibat di benaknya. Aras adalah tipe pemaaf, setidaknya itu yang menguatkannya saat ini.
Dan betapa terkejutnya kaka...Apa yang dilihatnya berbeda dengan apa yang selama ini dipikirkannya. Aras, break selama satu bulan ini, dan...
Kaka  tak sanggup berkata apa-apa lagi. Matanya berair, dadanya sesak, dan pikirannya penuh melanglang buana ke hal-hal yang selama ini dihadapinya.
Semua terjawab sudah...
“aa....aras ?”
Ucapnya lirih, selirih dengan apa yang kini dihadapan matanya. Di pojok ruangan kafe, membelakangi kaka, aras tengah berada pada jarak yang amat dekat dengan seseorang. Bukan rafa, ataupun wanita manapun yang dikenalnya selama ini...Aras seorang gay ! Tak ayal sekotak kue terlepas dari genggamannya.

selesai

0 komentar on "Draft Scene Final (no dialog)"

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez