Senin, 23 September 2013

FRANCE "1st Day"





“Welcome”

Aku melirik angka yang tertera di layar handphone. Jam sudah menunjukkan pukul satu siang lebih lima belas menit. Belum ada tanda-tanda deru mobil berhenti tepat di rumah dan seseorang keluar. Beberapa kata-kata ‘penyambutan’ telah kusiapkan sebelumnya, semisal “welcome home”, “how’s your flight ?”. Namun sampai angka berubah pun, tak seorang pun yang berhak kusambut. Rumah sisil yang terletak di sebuah komplek yang jauh dari jalan utama,memungkinkan suara kendaraan sepelan apapun untuk di dengar. Tapi tetap saja, tak ada satu kendaraan pun yang lewat.

“Udah jam segini cuy, gag ditelpon aja ?” tanya sisil padaku yang duduk di atas sofa dan sesekali memperhatikan program acara di _tv yang selalu menyala 24 jam_ ini.

“kemarin sih aku udah kasih no ku via email. Landingnya sih jam set 12, lagi ngurus keimigrasian mungkin” jawabku. Tiba-tiba pikiranku tertuju pada email. Ya, aku belum mengecek email sejak kemarin. Bisa saja dia mengirimiku sebuah pesan baru.

“Pinjam tabletmu cuy. Aku mau ngecek email. Kali aja ada email dari bule-nya” ucapku pada sisil, dan selanjutnya memberikan tablet-nya padaku.

Low Signal.

Kuketik alamat yahoo mail di tab pencarian. Signal lemah membuatku juga gagal beberapa kali. Dan pada akhirnya aku menyerah. Untuk selanjutnya mengirimkan sms pada ami untuk membuka emailku.
Baru beberapa detik, pandanganku tertuju pada sebuah mobil abu-abu yang tiba-tiba melintas di depan rumah. Memang tak terlihat seperti taksi kebanyakan,tapi toh  apa salahnya untuk mengecek ke luar. Bergegas kulangkahkan kaki keluar rumah. Dan benar saja, sebuah mobil sedang berjalan pelan. Kuarahkan pandanganku menuju mobil tersebut. Tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari pintu depan mobil sebelah kanan. Laki-laki tersebut mengarahkan tangannya ke arahku. Dengan mata minusku, aku bisa menebak dengan pasti kalau laki-laki tersebut tak lain adalah driver dari mobil yang berfungsi sebagai taksi bandara. Dan seseorang di dalamnya bisa kupastikan juga adalah...Marie Claude ! Tamuku kali ini !

“Welcome to Jogjakartaaaa....” ucapku pada akhirnya, menyalami seorang wanita paruh baya yang keluar dari dalam mobil.

Marie Claude, wanita berkebangsaan Perancis, adalah tamu keduaku di mana aku akan menjadi host untuknya selama dia berada di Jogjakarta.  Sebelumnya, aku telah menerima satu pasangan Hitchhiker dari Turkey dan Greece. Dari mereka juga aku memiliki keberanian dan pengalaman untuk menjadi host lagi. Meskipun kali ini, untuk penyambutan, kulakukan seorang diri. Tanpa partner kerjaku_sisil,yang kemudian harus berangkat ke imogiri untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.

Marie tak seperti yang kubayangkan. Di foto profile picturenya, yang kutangkap, wanita ini berpostur tubuh sedikit besar. Tapi begitu melihat aslinya, apa yang menjadi bayanganku selama ini tentu saja berbeda. Layaknya wanita-wanita perancis pada umumnya, Marie adalah wanita yang memiliki figur badan yang bagus menurut kami para wanita Indonesia. Kaki yang jenjang, tidak ada lipatan  lemak, dan tentu saja langsing.

Kupersilahkan Marie untuk masuk ke dalam rumah. Dengan bantuan Hendra_pacar Nozi, kami memindahkan backpacknya yang memiliki berat 15 kg. Backpack orange yang menjadi statement item bahwa Marie adalah seorang traveler yang memiliki free spirit. Terlihat dari cara berpakaiannya yang simple dengan sepatu boots yang keren.

Sama seperti Umit_Teman Turkey kami, Marie sangat suka bercerita. Dia menceritakan tentang sedikit pengalamannya di malaysia. Sebuah perjalanan di sebuah pulau cantik di malaysia, memberika pelajaran berenang dadakan pada dua anak muda india yang ditemuinya di pulau tersebut, berbagi kamar dengan lima traveler lainnya, serta betapa dia sangat menyukai makanan malaysia semisal roti canai dan teh tarik. Menyebutkan dua nama makanan tersebut, membuatku tertuju pada restauran kecil yang terletak tak jauh dari kostku di pogung. Rempah Asia. Rumah makan yang khusus menghidangkan masakan malaysia.

Cuaca yang panas di luar, membuatku yakin bahwa kelelahan dan rasa haus tentu saja  dirasakan Marie saat ini. Kutuangkan air ke dalam sebuah gelas kecil, untuk selanjutnya kuberikan padanya.

“Apakah air minum ini melalui proses pemanasan atau air filter ?” tanyanya padaku dengan pelan. Dan kukatakan bahwa ini adalah air filter. Dan kemudian baru aku tahu dari penjelasannya, bahwa Marie memiliki problem dengan perutnya yang sedikit sensitif dengan air yang diminumnya. Cerita lainnya kudapatkan juga bagaimana temannya harus kehilangan 8 kg hanya karena memakan lasagna yang kondisinya tidak bagus, dan mengharuskannya untuk dirawat di rumah sakit. Ya, aku sangat maklum dengan kehati-hatiannya. Mengingat saat ini dia sedang berada dalam sebuah perjalanan. Kesehatan selama travelling adalah hal utama bagi traveler. Termasuk diriku ketika melakukan perjalanan di korea tahun lalu. Karena kelelahan dan dehidrasi, malam pertama di sana kulalui dengan demam. Betapa mahalnya harga sebuah stamina yang baik ketika sedang berada di negeri orang.

Selain itu, Marie bukanlah penyuka makanan pedas, begitu yang kutahu ketika kutanyakan apakah dia suka dengan makanan pedas. Berbeda dengan tamuku sebelumnya. Selera makanan pedas orang-orang turkey hampir sama dengan kita.Tapi tidak dengan Marie. Sehingga rencana untuk mengajaknya ke oseng-oseng mercon atau gudeg mercon favoritku pun segera kuurungkan.

“Saya suka sate dan telur bebek” ucap Marie. Ya, sate merupakan makanan Indonesia yang sangat cocok dengan lidah orang luar, bahkan seorang presiden Obama sekalipun.

Menutup obrolan pertama kami, Marie menjelaskan itinerarynya selama di Indonesia. Borobudur, Gunung Bromo, Makassar, Pulau Togian Sulawesi, Lombok, dan Flores adalah daftar tempat-tempat yang akan dikunjunginya.

Marie juga memberikanku sekotak cokelat yang didapatnya di Food Exhibition yang dihadirinya di Malaysia, dan sebuah anting-anting yang tertulis sebuah brand dari Paris. Aku merasa sangat beruntung. Betapa baiknya Marie.

Menerima sebuah barang asli dari The City of Light_Paris tentu tak pernah terbayang dalam pikiranku sekalipun. Paris adalah destinasi impianku setelah Korea Selatan dan Jepang. Tiba-tiba aku teringat pada tiga ramalan dari tiga orang yang berbeda , yang mengatakan bahwa diriku akan menginjakkan kaki di negara menara eiffel tersebut. Entah mengapa, aku merasa...ramalan dan mimpi tersebut, selangkah lebih dekat.

Ya, aku sangat yakin bahwa ramalan tersebut benar-benar akan jadi kenyataan...Bersama seseorang, begitu seingatku. Sendiri ataupun bersama siapapun, tak jadi masalah untukku. Itu hanya bonus dari Tuhan.
Aku pun mempersilahkan Marie untuk istirahat. Sebelumnya kujelaskan letak kamar mandi yang bisa dia gunakan. Sama seperti traveler kebanyakan, Marie sangat easy going. Dia mengatakan padaku untuk tidak segan mengerjakan pekerjaanku lainnya.

“Please feel free like your own home, Marie” ucapku padanya, yang dibalas dengan sebuah senyuman ramah dari wanita yang ternyata tepat seumuran dengan ibuku ini.

...

“Sate For The First Dinner”

Dengan The Legend, kendaraan kebanggaanku satu-satunya yang kumiliki, kubonceng Marie membelah jalanan kota Yogya di malam hari. Aku memutuskan untuk membawa Marie ke sebuah warung tenda yang menjual sate favoritku. Warung sate ini terletak tak jauh dari pom bensin sagan.

Sebelum hari ini, aku sempat tak yakin apakah tamu ku ini akan baik-baik saja jika aku membawanya jalan-jalan hanya dengan naik motor bututku ini. Tapi jawaban Marie sangat melegakanku akhirnya. Dia menjelaskan bahwa naik motor adalah pengalaman yang tak biasa dan pastinya mengasikkan baginya. Sebelumnya, dia pernah naik motor saat berada di Vietnam. Ya, Marie benar-benar orang yang easy going.
“Kita akan bertemu dengan sisil di malioboro,Marie” ucapku padanya, begitu menyantap sate ayam kesukaanku. Sementara Marie memilih sate kambing, karena dia sangat suka dengan makanan yang memiliki rasa dan aroma yang ‘kuat’,seperti kambing dan buah durian.Marie juga sangat suka durian, yang pertama kali dimakannya saat berada di kawasan Petaling,Malaysia.

Sate adalah makanan untuk dinner pertamanya di Yogyakarta. Dia juga mengatakan bahwa ibunya pernah membuatkan makanan yang mirip seperti sate. Itulah mengapa dia sangat suka dengan campuran daging dan kuah kacang ini. Dan tentu saja tanpa_sambal.

Hal lucu terjadi saat hendak mengeluarkan motor. Tukang parkir di warung tersebut menanyakan padaku apakah kami adalah siswa pertukaran pelajar. Mendengar itu, tentu saja aku merasa lucu. Mungkin karena Marie adalah bule_tanpa tahu usia sesungguhnya, abang parkir itu mengira Marie adalah mahasiswa pertukaran pelajar di UGM,kampusku. Ditambah lagi saat itu, Marie terlihat tampak muda. Dengan sandal gunung, celana selutut, dan ransel merahku yang disandangnya untuk membantuku yang baginya tampak kesulitan membawa tas tak kecil ini.Dengan sopan, kujawab_”Bukan mas, Cuma jalan-jalan aja di jogja”

Kuceritakan hal tersebut pada Marie. Dia pun kontan tertawa. Dengan bercanda kukatakan padanya, “Yes,we are students of the exchange program. And my mom is your classmate definitely”. Mendengar itu Marie pun kembali tertawa terbahak-bahak.

“Yes,of course” jawabnya.

Ya, dia tahu bahwa ibuku seumuran dengannya. Hal ini diketahuinya begitu aku menayakan perihal usianya. Meskipun pertanyaan ini tergolong personal, tapi bagi Marie, hal tersebut tak jadi masalah. Bukan hal yang dengan mudah tergolong pertanyaan tak sopan,layaknya pemikiran orang-orang barat lainnya.

“Umurku dua kali lipat dari usiamu. Dan oh....aku banyak bertemu dengan orang seusiamu akhir-akhir ini” ucapnya sambil tertawa.

...

“Meeting Suddenly”

“Cuy, di sana”

Aku memanggil sisil yang tengah berdiri di anak tangga dekat sebuah toko roti terkenal di Mall Malioboro.
Berdua kami pun menemui Marie yang tengah asyik melihat-lihat batik di salah satu stand di lantai 1.

“Marie, ini sisil, temanku yang kuceritakan padamu sebelumnya” ucapku memperkenalkan sisil pada Marie. Mereka pun bersalaman. Sisil sangat antusias untuk segera bertemu dengan Marie. Kubiarkan mereka untuk berbicara berdua dulu.

Oh ya, ada satu cerita menarik yang terjadi saat aku dan Marie melihat baju-baju batik yang tengah didiskon. Mungkin karena melihatku bersama seorang western dalam bahasa inggris, seorang wanita bule tiba-tiba berbicara padaku setengah berbisik,

“Bisakah kau menawar harga pakaian ini untukku ?” pintanya. Tentu saja aku sedikit terkejut dengan perkataannya yang tiba-tiba.

“No, it’s fix price” ucapku dengan sopan pada wanita bule yang sebelumnya telah lebih dahulu berada di stand batik tersebut. Marie pun kemudian memperlihatkan gantungan kertas yang bertuliskan “diskon 50%”. Harga pas yang tidak bisa ditawar lagi karena sudah diberi diskon.

“Sil, Marie mau nyari kemeja lengan pendek, sama celana selutut” ucapku pada sisil.

“Oke. Di mana ya ?”

“Di matahari pho ? biasanya sih banyak kemeja sama celana kayak gini di sana” Aku menunjuk celana yang tengah dikenakan Marie.

Bersama kami pun tanpa pikir panjang langsung menuju lantai dua. Namun ternyata tak mudah untuk mendapatkan kemeja seperti yang diinginkan Marie. Hal ini juga terjadi begitu kami memutuskan untuk mencari pakaian tersebut di luar Mall Malioboro. Berapa kali kami keluar masuk toko-toko yang kebanyakan menjual kemeja bercorak batik. Kujelaskan pada Marie bahwa batik adalah corak khas Indonesia. Marie juga bercerita bahwa dia pernah mendapatkan pelajaran membatik ketika sedang berada di Afrika.

Entah karena berasal dari negara yang notabene merupakan kiblat fashion dunia, memilih baju menjadi hal yang harus dilalui dengan penuh pertimbangan bagi Marie. Tidak hanya panjang lengan dan ukuran kemeja_ warna, model, bahan pun juga menjadi hal penentu apakah dia akan memutuskan membeli kemeja tersebut. Aku sangat maklum dengan hal ini. Mungkin hanya orang Indonesia saja yang kalau belanja tanpa banyak pertimbangan, tinggal langsung ambil. Hal seperti ini juga aku dan sisil temui ketika menemani teman kami_Umit dan Virginia ketika hendak membeli kamera digital di kawasan pertokoan jalan solo. Lebih dari satu jam kami habiskan untuk keluar masuk toko,hanya untuk menemukan kamera yang pas. Pas secara harga dan kualitas. Di satu sisi, hal seperti ini sangat baik jika diterapkan, mengingat bahwa kita harus bijak dalam membelanjakan uang. Tapi di sisi lain, hal seperti itu dinilai terasa ribet dan butuh waktu yang banyak.
Akhirnya kegiatan pencarian kemeja yang pas terhenti begitu kami melewati sebuah pertunjukkan musik jalanan. Kelompok musik yang membawakan lagu-lagu dangdut dengan alat-alat musik tradisional Indonesia, tentu lebih menarik minat Marie, dan kami pastinya. Kami bertiga memutuskan untuk menonton pertunjukkan tersebut. Harmonisasi dan hentakan musik yang selaras, membuat kami terhanyut dalam alunan lagu tersebut. Tanpa diduga, beberapa menit kemudian, masih dalam keadaan menonton_seorang laki-laki mendekatiku dan bertanya,

“Ini tari ape ?”

Dari logatnya aku tahu bahwa dia tentu bukan orang indonesia apalagi orang jawa.

“Dangdut “ jawabku setengah berteriak di tengah riuh musik yang terus menghentak indah.

“Dangdut ? Same tak dengan inul ?”

Aku terkejut. “Tak, tak same. Ini musik dangdut campur dengan musik tradisional” jawabku lagi.

Selanjutnya aku bisa menarik kesimpulan darimana laki-laki ini berasal.

“Saya dari malaysia. Ini hari terakhir saya di jogja” ucap laki-laki yang aku lupa namanya. Kemudian baik aku, Marie maupun sisil berkenalan dengan laki-laki yang ternyata datang menonton dengan tiga teman-teman lainnya. Mereka adalah mahasiswa malaysia yang ternyata juga anak-anak AFS, sebuah program pertukaran pelajar ke negeri Paman Sam. Tidak hanya ramah, mahasiswa-mahasiswa tersebut pun mengajak kami untuk bertandang ke negerinya.

Obrolan malam itu terhenti saat mereka pamit untuk melanjutkkan perjalanan ke TBY yang pada malam itu sedang diadakan sebuah festival tradisional. Sebelumnya kami sempat bertukaran akun facebook dan whatsapp.

Ya, sebuah pertemuan tak terduga terjadi. Baik aku maupun sisil merasa sangat beruntung bahwa kami diberi kesempatan untuk bertemu orang-orang ramah dari negara lain. Ya secara tidak langsung, misi menjalin persahabatan internasional kami pun bisa terwujud juga lambat laun.


Gift from Marie
Marie dengan gerobak ronde @jalansosrowijayan

0 komentar on "FRANCE "1st Day""

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez