One
love
(Part 1)
“Hei,
Rin-ah, kau kenapa?” seru Hye yon. Aneh. Berkali – kali ia
memanggil sahabatnya tapi seolah – olah ia tidak berkata apa2.
“Choi Hae Rin, kau melamun” serunya lagi sambil mengguncang –
guncangkan bahu Hae Rin.
“Eh,
ada apa Yon-ah” jawabku yang tersadar dari lamunan
“Kita
baru tiba di café ini 10 menit yang lalu, dan aku dengan semangat
bercerita tentang kencanku dengan yesung oppa, tapi aku seperti orang
gila yang hanya berbicara sendiri sedangkan kau dan pikiranmu entah
kemana.” Hye yon mengomel, dengan dahi di kerutkan ia bertanya
“kamu tadi ngelamunin apa Rin-ah?”
Aku
hanya tersenyum melihat kelakuan Hye yon. Aku sedikit bingung dengan
pasangan ajaib ini, Hye yon dengan Yesung. Yesung aku rasa orangnya
cukup tidak bisa diam dan banyak tingkah, bahkan cenderung aneh
(maapin elf) dan Hye yon yang cerewetnya minta ampun. Mungkin sifat
usil mereka yang bikin mereka cocok “Aniyo, hanya kepikiran Sungmin
oppa aja.” seruku tak bersemangat
“Hei,
kenapa dengan Sungmin Oppa? Bukannya dia sudah pulang dari shownya
yang di Singapura itu, yesung aja sempet – sempetin jalan sama aku
kemaren, apa sungmin ada jadwal lain di sini?” tanyanya heran
Aku
hanya mengangkat bahu “Entahlah, dari kemaren aku mengharapkan dia
setidaknya menghubungiku, tapi sampai detik ini, mengirim sms pun
tidak,” ujarku dengan menghela nafas
“sudahlah,
hari ini kita bersenang-senang saja, mungkin Oppa-mu terlalu sibuk
sampai melupakan sahabatku yg paling manis ini, dan mumpung aku dapat
libur pagi ini dari managerku” kata Hye yon menggodaku
Aku
tersenyum menatap sahabatku ini, meski dia sibuk dengan kegiatan
groupnya (baca : SNSD) dia masih menyempatkan jalan denganku saat aku
katakan aku sedang suntuk. “ah kamu itu, baiklah, apa rencana hari
ini?” tanyaku
Tampak dua sahabat asyik mengelilingi mall yang terletak di pusat
Daegu, untuk sementara melupakan oppa mereka. “yon-ah coba lihat
sweater coklat itu, bukankah sangat manis?” seruku dengan mata
berbinar – binar, sementara melupakan sungmin oppa.
“eh kau benar Rin-ah, matamu sungguh sangat jeli melihat barang
bagus. lihat ada yang warna abu2 jugah, bagaimana kalau kita beli.
Kita jarang punya baju yang sama, aku rasa sweeter ini sangat manis,
dan cukup membantu di musim dingin seperti ini” seru yon-ah
bersemangat.
“Ne, aku tanya dulu harganya. Ahjumma, berapa harga sweeter ituh?”
tanyaku sedikit berteriak
“yang mana?” jawab ahjumma sambil melihat ke baju yang aku
tunjuk, “ah yang itu, penglihatan kalian bagus rupanya, itu model
baru, hanya ada 2 pasang, harganya 25.ooo won, tapi kalau mau ambil 2
sekaligus aku beri kalian penutup telinga yang sesuai dengan sweeter
itu sepasang, bagaimana?” kata ahjumma itu sambil tersenyum.
“jeongmal? Kamsahamnida ahjumma, ne, kita ambil 2” seruku
bersemangat.
“baik, aku bungkus dulu yah. Nah ini belanjaan kalian.” Kata
ahjumma sambil memberikan kantong belanjaan kami.
“Kamsahamnida ahjumma.” Seru kami berdua, lalu melanjutkan
berkeliling mall. Tiba – tiba mata Hae Rin tertumbuk pada keramaian
di tengah mall tersebut. Ia menangkap sesuatu. Hae rin dapat melihat
sosok oppa-nya sedang berjalan dengan seorang –entah siapa itu–
wanita. Langkahnya terhenti, ia tampak berpikir. Hye yon yang sedang
asik melihat gerai – gerai yang ada, tidak melihat gerakan Hae rin,
dan menabrak sahabatnya itu.
“Ya ! Hae Rin ! kenapa kamu berhenti begitu saja” seru hye yon,
karena tidak ada tanggapan, ia menoleh kearah mata hae rin menatap.
Tanpa sadar ia mendesis “bukannya itu sungmin oppa? Tapi ia sedang
bersama siapa?” karena sadar sahabatnya pun tidak tahu, ia hanya
terdiam.
“hye yon, kita pulang saja, aku sudah lelah” seru hae rin
Tanpa bertanya Hye yon mengikuti langkah sahabatnya. Selama di mobil,
mereka sibuk dengan pikiran mereka masing – masing.
“Rin-ah kau sedang menyetir, jangan melamun, kau mau membuat kita
celaka?” kata hye yon hati – hati. Tadinya ia ingin dia yang
membawa mobil, tapi hae rin menolak.
“eh, mianhe yon-ah. Aku hanya sedang berpikir” jawab hae rin
dengan terbata-bata.
“sudahlah, pasti ada alasan dibalik itu, aku tau kau tipe pencemas
dan selalu sibuk memikirkan segala sesuatu. Tapi ada baiknya kau
melupakan sementara dan bertanyalah langsung padanya. Kalau kau
seperti ini hanya menebak-nebak saja, hanya akan membuat cepat tua”
ujar hye yon sambil bercanda
“ya, kau benar yon-ah. Mungkin aku harus bertanya langsung.”
Putusku. “kau mau antar kemana?”
“aku mau ke studio KBS, oppa menunggu disana, katanya ada yang
ingin dibicarakan soal jadwal show kami. Kau tahu, lagu Hoot kita
masuk chart. Wow, amazing, aku bersyukur punya fans yang sangat
mendukung kami.” Serunya bersemangat
“aku turut bahagia yon-ah, sampaikan salamku buat member yang lain.
Mereka telah berusaha keras. Kau mau ke KBS? Kebetulan, aku sedang
ada kegiatan disana. Hari ini aku akan siaran bersama Haechul oppa,
menggantikan taeyon unnie. Ah aku jadi tahu alasan mengapa taeyon
unnie tidak bisa siaran hari ini, Rupanya kalian harus rapat.”
Cetusku
“Ne, kau benar. Wah karirmu juga semakin menanjak Rin-ah, sekarang
saja kau sudah menjajaki dunia siaran. Mengapa kau tidak mencoba
untuk bernyanyi?” tanya hye yon
Aku tersenyum mengingat kerja kerasku, Dulu Hae rin hanya model yang
tidak diakui. Namun mata mister Kim lebih jeli. Sang master desainer
terkemuka di korea melihat adanya bakat yang dimiliki oleh seorang
choi hae rin. Setelah mengikuti fashion show yang diadakan oleh
mister kim, beberapa pemuka design melirik hae rin untuk model design
mereka. Tak jarang ia mendapatkan tawaran CF(re:iklan), dan sudah
beberapa kali ia menjadi model MV oleh beberapa artis boy band
terkemuka. Salah satunya super Junior, ia menjadi model di MV mereka
yang berjudul “marry me”. Dan dari situlah ia mengenal Lee
Sungmin. 2 tahun pertemuan mereka, membuat mereka sangat dekat. Hae
rin juga mengenal dengan baik semua member suju, karena mereka orang2
yg ramah dan tidak membeda-bedakan dalam berteman. Setelah hubungan
mereka dekat, Sungmin mengungkapkan perasaannya pada hae rin, karena
memiliki perasaan yang sama, iapun menerima dengan hati yang sangat
berbunga-bunga. Ya dua tahun sudah berlalu. Keluarnya hangeng,
nonaktif kibum, dan kangin yang masuk wajib militer membuat member
yang tersisa bekerja lebih keras. Beberapa bulan terakhir membuat
hubungan Hae rin dan Sungmin merenggang. Entah siapa dan bagaimana,
hae rin sadar mereka tidak seperti dulu. Hae rin cukup dewasa
memaklumi jadwal sungmin yang sangat padat. Tapi apa yang dilihatnya
tadi, cukup membuat jantungnya mencelos dan bertanya- tanya apa yang
sebenarnya terjadi.
“ya! Kau melamun lagi” bentak hye yon. “ kalau kau begitu aku
tidak mau menemanimu lagi” ujar hye yon pura-pura merajuk
“eh, mian, mianhe, habis kau mengingatkanq pada karirku sih, dan
atas pertanyaanmu aku jawab tidak. Aku tidak berniat menjadi
penyanyi. Aku tidak punya bakat kau tahu. Bukankah kita sering ke
noraebang? Dan kau tahu betapa kacaunya suaraku inih” seruku cepat.
Bisa bahaya kalau hye yon ngambek. Ia bakal tidak punya teman
bercerita lagi.
“ah nggak juga ah, kau cuman tidak tahu tekniknya, kalau kau tahu
aku yakin kau bisa” ujar hye yon meyakinkanku
“terima kasih, tapi saya tidak berminat. Hahaha” candaku. “iya
aku janji tidak akan melamun saat bersamamu yon-ah, jadi jangan
merajuk, jelek tau” lanjutku
“yagsog?” balas hye yon sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
Aku berpikir sebentar dan mengulurkan jari kelingkingku sambil
tersenyum dan berkata, “ne, yagsog!”
“bagus, sampai aku menemukanmu melamun, aku akan langsung keluar
dari mobil dan tidak mengenalmu” tandas hye yon
“ne, ne, araso.” Jawabku sambil tersenyum lebar
“Annyeonghasaeyeoo…” seruku sambil membungkukkan badan
90derajat ketika memasuki studio KBS. Sebuah tradisi di Korea ketika
bertemu dengan senior.
“Annyeong, ah kau Rin-ah, wah kau semakin cantik saja” seru
Haechul dari balik meja sambil tampak sibuk menulis sesuatu.
“ah oppa, kau selalu saja membuat kepalaku membesar. Bagaimana
kalau tempat ini penuh gara – gara kepalaku membesar?” candaku
“aigoo, aku sudah menyiapkan jarum untuk megecilkan kepalamu tau”
jawabnya sambil tergelak, “sudah –sudah duduklah, sebentar lagi
bintang tamu akan datang.”
“ne, mighty mouth ya kan yang akan mengisi acara hari ini kan
oppa?” tanyaku sambil membaca skrip
“aniyo, aku lupa memberitahumu, mighty mouth tidak bisa hadir tapi
sebagai gantinya Beast yang akan mengisi acara hari ini. Tidak
masalah kan?” tanyanya
“gwenchana oppa, siapapun bintang tamunya tidak akan terlalu
berbeda” balasku sambil menunjukkan rentetan gigi putih.
“nah itu mereka datang.” Seru haechul saat 5 orang memasuki
ruangan.
“annyeonghasaeyeoo” seru mereka serempak.
“annyeonghasaeyoo” jawabku dan haechul oppa bebarengan
“halo, apa kabar kalian? Kalian tampak lelah tau, rileks saja
disini. Kebetulan kalian ditemani oleh wanita cantik. Kalian tau
betapa beruntung kalian?” lanjut haechul oppa dengan candaan
khasnya.
“Ya, oppa !!” pekikku sambil mencoba memukul haechul oppa.
“gwenchana, apa yg dikatakan haechul hyung benar kok. Jadwal kami
benar – benar sangat padat hyung akhir – akhir ini, apakah sangat
terlihat? Tapi tenang saja, kita sangat senang bisa diundang ke radio
show.” Ujar doo joon yang merupakan leader dari Beast. Aku merasa
mukaku memerah mendengar kata – katanya.
“aku sudah mengira kau akan berkata demikian doo joon-ah. Yasudah
enjoy the show, 5 menit lagi kita on air.” Lanjut haechul
Semua mengambil posisi masing – masing, diantara kesibukan tampak
sepasang mata menatap lurus pada sesosok satu – satunya makhluk
berjenis kelamin perempuan di ruangan itu, Hae rin.
“akhirnya selesai juga.” Seruku sambil menelantangkan tangan.
“Ya !! kau ini perempuan atau bukan, menguap sangat lebar,
sepertinya aku perlu memberitahu Mister Kim untuk mempertimbangkan
untuk tidak menggunakanmu sebagai model.” Ancam haechul
“Ya !! oppa !! suka suka aku lah, aku juga tidak ingin membuatmu
tertarik jadi untuk apa aku harus behave?” balasku sambil melakukan
gerakan meroong.
“jadi, hae rin model? Wah keren.” Seru gi kwang dan aku hanya
tertawa kecil mendengar seruannya.
“hei gi kwang, meski kalian seumuran, jangan coba mendekatinya, dia
sudah ada yang punya.” Canda haechul
“jeongmal? Wah aku patah hati.” Jawabnya sambil dijawab kekehan
dari rekannya.
Ah aku jadi teringat dengan Sungmin Oppa. Hae rin tampak terdiam
hingga tidak menyadari sepasang manic – manic mata itu lagi –
lagi memperhatikannya dengan wajah teduh.
“Ya hae rin !! kau melamun, hayo mikirin apa??” tanya haechul
usil
“memikirkan bagaimana cara untuk membuat haechul oppa terdiam,”
candaku yang disambut tawa para personil beast sementara hae chul
oppa tampak manyun.
“ah sudahlah, malas berdebat denganmu sekarang Rin-ah. Jadi kau
kemana setelah ini? Ikut oppa yuk” tanya haechul
“Kemana oppa? Sepertinya aku mau pulang saja, hari ini sangat
melelahkan, aku tidak sabar untuk merebahkan badan di kamarku.”
Jawabku mantap.
“itu mah dasarnya kau yang sangat pemalas.” Seru haechul
“Hehe.. Oppa tau, jarang – jarang aku dapat memiliki waktu yang
cukup longgar akhir – akhir ini. Semuanya, hae rin pamit.
Annyeong.” pamitku
Alarmku berbunyi dan memaksa mataku untuk membuka mata meskipun
dengan sangat enggan. Aku melihat jam yang tertempel manis di tembok
kamarku. Pukul 6 pagi. Kepalaku masih terasa pening, aku ingat
semalam aku sedikit susah untuk tidur. Aku buru – buru mengambil
handphone untuk melihat apakah ada message baru. “ya, hae rin babo,
sudahlah, lupakan saja, jangan kau pikrkan” rutukku dalam hati.
Aku bergegas mandi lalu menyiapkan sarapan, sepotong roti panggang
dan segelas susu sudah cukup membuatku kenyang.
Aku teringat temu janjiku dengan Mr. Kim jam 9 di galerinya. Aku
bergegas menuju galeri Mr. Kim dengan sedikit tergesa – gesa. Aku
sangat tidak suka terlambat.
Galeri Mr.Kim sangat sunyi, tapi aku senang berada disini. Tempat
yang damai menurutku, apalagi aku bisa melihat rancangan Mr. Kim yang
sangat luar biasa. Aku bergegas menuju ke ruang pertemuan.
“annyeonghasaeyeoo..” seruku
“annyeong. Ah kau hae rin. Take your seat, kita akan segera mulai.”
Kata sekretaris Mr. Kim, So In noona. Gadis cerdas menurutku. So In
noona mampu dalam menghadapi sisi perfeksionis Mr.Kim, wah jika aku,
lebih baik aku menjauh.
Tak lama Mr.Kim memasuki ruangan dengan aura wibawanya yang khas.
Kacamata separuh bulan setia bertengger di hidung Mr.Kim yang
mancung.
“Baiklah kita langsung ke pokok persoalan ya. Jadi saya akan
mengadakan peragaan busana dengan tema wedding party. Saya ingin kamu
Hae Rin, sebagai model utama, jadi kamu akan memperagakan 3 dress
sebagai pembuka, di tengah dan penutup peragaan. Saat penutup kamu
akan didampingi oleh model pria. Tapi hari ini dia tidak bisa hadir
karena kesibukannya. Tapi aku yakin kalian sudah saling mengenal.
Sekarang aku ingin melihatmu mengenakan semua dress ini.” Jelas mr.
kim tanpa bisa disela.
Begitulah mr. kim jika menjelaskan sesuatu dia sangat tidak suka
disela. Tapi buatku itu bukan masalah selama aku bisa memahami apa
yang dijelaskan oleh mr. kim. Tunggu, model pria? Aku pernah tau?
Hmm, siapa ya. Ah sudahlah, lebih baik aku segera mencoba baju –
baju ini.
Aku menatap diriku yang mengenakan gaun di cermin. Aku bahkan tidak
seperti mempelai yang bahagia. Sedikit teringat ketika menjadi MV di
album suju oppa, ah sudahlah, mengapa lagi – lagi aku harus
memikirkannya. Ayo hae rin tersenyumlah sebelum mr. kim memprotesmu
karena membuat rancangannya tidak laku hanya karena modelnya merengut
dengan sangat jeleknya. And it works.
Aku berjalan dengan sangat pelan menuju ruang pertemuan, dan…..
“great, seperti yang aku bayangkan. Oke fix, kau sebagai model
utama.” Seru mr. kim
Aku menarik nafas lega dan memberikan senyum terbaikku.”apa lagi
yang harus aku lakukan mr. kim?” tanyaku
“its enough. Kau boleh pulang. Nanti jika ada pertemuan lagi saya
kabari.”
“kamsahamnida mr.kim” aku segera mengganti bajuku dan berpamitan
kepada semuanya. Perutku sudah kelaparan, minta jatah untuk diisi.
Jadi aku memarkirkan mobilku di café favoritku. Pancious. Kedai
pancake dan pasta yang sangat sangat aku sukai. Aku memilih tempat
duduk favoritku meja no 7 terletak tepat disamping jendela yang cukup
besar. Tempat favoritku karena aku bisa melihat pemandangan sungai
Han di musim dingin. Sungai yang tertutup salju, pohon – pohon yang
tampak seperti pohon natal. Mungkin aku berhalusinasi karena aku
membayangkan ada sinterklas di atas sungai yang membeku. Musim yang
sangat indah. Tempat favorit, musim favorit, kedai favorit dengan
menu favorit. Sepertinya sangat menyenangkan tapi tetap ada yang
berbeda. Aku menatap kursi kosong didepanku. Kursi yang selalu diisi
oleh seseorang.
“one love,, one love,, the memory are beautifull never say
goodbye.” Suara kyuhyun oppa menandakan ada seseorang
menelponku. Aku melihat layar dan
“Halo umma..” jawabku ceria
“Ya !! kenapa kau tak pernah menelpon umma, tidak tahukah kalau
umma khawatir?” cerocos umma.
“mianhae umma, aku sangat sibuk, tapi aku tidak pernah lupa unuk
menelpon umma, hanya saja waktu yang belom bersahabat. Umma jangan
marah – marah nanti kerutannya bertambah lo. Umma apa kabar?”
tanyaku sambil berusaha menenangkan umma. Umma keturunan Indonesia
yang menikah dengan keturunan korea. Umma yang berasal dr Jogja
memikat hati appa yang sedang berlibur. Appa dulu bekerja di
perusahaan swasta di Seoul, tapi semenjak aku dan kakakku sudah
bekerja, appa memutuskan untuk tinggal di Indonesia. Sementara
kakakku, Choi Hae Ra menikah dengan seorang pria dari jepang dan
memilih menetap di jepang, sedangkan aku, aku sudah terlalu cinta
dengan kota ini, sehingga aku tidak berniat pergi kemanapun.
“umma baik – baik saja, hanya appa yang sedikit menurun
fisiknya.” Ujar umma sendu
“apakah aku harus pergi ke Indonesia umma?” tanyaku khawatir
“gwenchana, selesaikan dulu pekerjaanmu, barulah sempatkan libur
seminggu atau dua minggu disini.” Jawab umma bijak
“ne, araseoyo umma. Aku juga akan baik – baik saja, umma tidak
perlu khawatir, jaga appa saja untuk aku dan Hae Ra onnie.”
Jawabku.
Tampak hae rin menutup telponnya. Ia tak memperhatikan bahwa ada
sepasang mata yang tak pernah berhenti menatap dirinya semenjak ia
memasuki café itu. Ia hanya melihat dari kejauhan, menghabiskan
chocolate latte lalu keluar dari café itu tenggelam dalam keramaian.
Sementara Hae rin tampak melamun dan menatap nanar sebuah kursi yang
dengan setia menemaninya walaupun tanpa penghuninya. Keadaan sekitar
yang cukup ramai pun tidak dapat menghilangkan zona tanpa suara
disekeliling hae rin. Hingga ia memutuskan untuk pulang. Setelah
membayar, Hae rin melihat sekelebat bayangan seseorang yang sangat ia
rindukan. Sungmin, dan ia bersama wanita itu. Hae rin terhenyak
bahkan untuk memanggil namanya pun ia tak sanggup.
“ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?” Ucapku lirih.
Dengan bersusah payah memusatkan seluruh perhatian ke jalanan, hae
rin tiba didepan pintu apartemennya. Ia memutuskan mandi lalu
langsung merebahkan diri di wilayah teritorialnya, kasur !!
“haruskah aku menelponnya? Oppa sudah terlalu sering tidak
mengangkat telponku. Baik sepertinya aku harus mengikuti saran hae
rin, aku harus bertanya langsung padanya.” Putusku
“Oppa, apakah kau sibuk? Aku sangat ingin bertemu denganmu.
Sudah lama kita tidak bertemu.” Message sent. Aku memutuskan
untuk mengirim sms. Aku khawatir jika menelpon, air mataku turun
lebih cepat daripada kata – kataku.
0 komentar on "One Love (Part 1)"
Posting Komentar