Sebaik-baiknya tupai melompat, pasti
bakalan jatuh juga. Secara positifnya saya terjemahkan peribahasa ini
adalah, sepaham-pahamnya kita terhadap sesuatu pasti bakal ada kita
ngalami kekeliruan ini juga (versi terjemahan sendiri).
Ini saya alami ketika menggunakan moda
transportasi umum subway di korea. Bagi saya pribadi, sistem
transportasi subway di seoul dan incheon (untuk subwaynya) lebih
mudah saya pahami. Ketimbanng petas subway negara tetangganya
(jepang) yang pernah saya lihat di sebuah buku perjalanan. Kaktor
bahasa jadi penentunya. Pengetahuan bahasa dan aksara korea sangat
membantu terhadap hal ini. Bisa jadi karena saya gag tahu blas dengan
bahasa dan aksara jepang, jadinya peta sistem dengan garis-garis
meliuk berbagai warna itu terasa rumit banget untuk saya. Selain
karena saya pribadi belum pernah ke sana.,:P
Kata teman saya yang pernah ke
singapore dan korea, peta subway korea lebih rumit dibanding
singapore. Dan benar saja, pas saya liat, jalur-jalur MRT yang ada di
singapore gag sebanyak dan secomplicated dengan peta subway korea.
Bersyukur negara pertama yang saya datangi adalah korea, jadinya
kalaupun nanti saya trip ke singapore atau malaysia, saya gag perlu
parnoan lagi dengan “kerumitan” transportasi negaranya.
Kekeliruan yang saya alami adalah
ketika hendak pulang dari seoul ke incheon. Sekedar informasi, subway
di seoul melakukan operasi terakhir tepat pukul 10 (sepuluh) malam.
Karena hal inilah, yang membuat petualangan kekeliruan ini semakin
mendebar-debarkan kami. (saya,alya dan satu teman kami_rika).
Malam itu, demi mengejar subway yang
akan selesai pada pukul 22.00 waktu setempat, jam 21.00 sudah kami
pastikan bahwa kami telah duduk dengan tenang di dalam subway jalur 1
yang biasanya membawa kami dari seoul ke incheon dan sebaliknya.
Kekhawatiran ini bahkan mengalahkan kekhawatiran ditutupnya gerbang
asrama pada pukul 24.00. Yang kami pikirkan saat itu adalah bagaiman
caranya tiba di juan station maksimal pukul 22.00 malam. Perjalanan
itu dilakukan setelah kami menghadiri acara buka bersama
mahasiswa-mahasiswa indonesia di KBRI korea selatan.
“ni kita naik jalur 1 kan ?” tanya
rika. Tangannya dan tanganku memegang buku petunjuk perjalanan yang
selalu kami bawa ketika bepergian ke seoul. Sementara alya_dia
memilih untuk mengikuti saja kemana kami berjalan, dikarenakan malam
itu energinya sudah keburu habis karena kami mencari-cari kantor KBRI
yang susah banget buat ditemukan (maklum,kunjungan pertama).
Aku hanya mengangguk. Sembari
memperhatikan papan penunjuk dengan simbol angka 1 yang berada pada
lingkaran berwarna biru. Gag sampai satu detik kemudian, kereta
ekspress yang kami tunggu pun tiba.
“tumben ya lapang kayak gini.
Biasanya jam-jam segini kita desak-desakan sama orang kantoran”
ucapku ,mengambil tempat di kursi berwarna biru. (sekedar informasi
tambahan, kursi berwarna merah maroon yang biasanya terletak di ujung
gerbong, itu hanya diperuntukkan bagi manula).
Perjalanan pun ditempuh dengan lega,
karena sekarang yang kami lakukan hanya dengan menghabiskan waktu
selama kurang lebih satu jam ke depa. Alya memilih untuk terlelap di
posisinya, sementara aku dan rika tetap terjaga, Sembari mengamati
tiap pemberhentian stasiun. Hampir tiga puluh menit, kami lalui tanpa
ngobrol sedikitpun. Sampai akhirnya...
“mbak, kok kita lewat stasiun xxx
(saya lupa namanya). Coba d perhatiin” ucap rika sembari menunjuk
papan arah digital dan mencocokkannya dengan jalur biru di dalam
buku.
“eh ia..kok ada percabangannya ya ?
biasanya kalau naek line 1 udah pasti langsung nyampe ke juan”
ucapku. “ya ampunn.... kita salah jalur”
“ia nih. Kita udah kelewatan tiga
stasiun neh” ucap rika. “kita keliru pas di percabangan ini”
tunjuknya pada bulatan bertuliskan “GURO”.
Menyadari kekeliruan urgent ini, kami
pun membangunakan (paksa) alya dan memutuskan untuk berhenti di
stasiun berikutnya. Kekhwatiran mulai dirasakan lagi. Mengingat
hampir 30 menit lagi jam bergeser ke angka 22.00. Sementara kami
harus kembali ke titik dimana kami berbelok arah berseberangan dengan
arah menuju incheon.
Dan tibalah kami di stasiun guro.
Sedikit sulit menetralkan pemikiran di tengah kekeliruan dan sisa
waktu yang ada. Apalagi pada saat itu hujan turun dengan derasnya.
Kami tidak membawa mantel ataupun payung sebelumnya. Bayangan tidur
ngemper di stasiun rasanya sulit untuk dideny.
“kita tanya aja sama penjual yang di
sana” kata alya menunjuk pada sebuah gerai sepatu yang kami temui
tepat begitu tiba di stasiun guro.
(dalam bahasa indonesia)
“permisi pak. Kami barus saja salah
jalur, dan sekarang kami hendak menuju incheon. Kami harus jalur mana
lagi ya ?” tanyaku kepada bapak-bapak kurus, bermata sipit, dan
berambut gondrong keriting belah tengah. Bapak itu adalah penjual
sepatu-sepatu yang disale, secondhand. Mungkin karena logat saya yang
gag lokal, jadinya rada butuh waktu yang gag cepat untuknya menangkap
maksd pertanyaanku.
“ke incheon, lewat mana pak ?”
jawabku mempersingkat.
“aaa.....saya paham. Lewat sini”
tunjuknya ke sebuah papan penunjuk arah. Dan benar saja ada tulisan
incheon di sana.
“ke incheon? Saya juga mau ke arah
sana. Sama saya saja” tiba-tiba seorang ibu-ibu muda bersama anak
laki-lakinya yang kira2 baru berumur 5 tahun berbicara kepada bapak
pejual sepatu itu.
Ahjossi itu kemudian berbicara kami,
dan mengatakan bahwa kami bisa mengikuti ibu itu agar tidak tersesat
lagi. Karena tujuan kami sama. Thanks God akhirnya kami baru
benar-benar bisa bernakas dnegan sangat lega. Bayangan ketinggalan
subway, menginap di subway hilang dari pikiran.
Dan bonus lainnya lagi..gara-gara
“tersesat” di GURO ini , kami jadi menemukan banyak boots2 lucu
yang dijual dengan harga hanya 10000 won (all item). Dan karena ini
juga, saya dan alya bolak-balik ke GURO hanya untuk menemui toko ini,
membeli sepatu hingga 3 buah, dan berkenalan dan berfoto bersama anak
dan ibunya ahjossi ini. Benar-benar sebuah kenangan akan keramahan
orang-orang korea...
Tips gag “tersesat” di subway :
- Beli buku panduan perjalanan di indonesia yang ada peta subwaynya. Lebih bagus lagi kalau peta subwaynya yang paling update. Pas saya bawa buku perjalanan yang ada peta subwaynya, ternyata di seoul telah ada satu penambahan jalur baru,line 9. Meskipun kami hanya sekali menggunakan line ini selama di korea. Tapi keupdate-an peta, amat sangat membantu sekali.
- Kalaupun gag bisa bahasa korea, at least pelajarilah cara baca aksara hangul (aksara korea)/ Karena hal ini sangat mempermudah sekali dalam mencari subway, exit keluar, dan nama jalan. Karena saya pernah menemukan di salah satu subway, dimana aksara hangul ditulis berbarengan dengan aksara latin “exit”. Padahal aksara hangul itu bukan merupakan versi hangul dari kata yang berarti sama dengan “exit”. Tapi merupakan nama dari subway tersebut. Tenang saja, bagi saya pribadi aksara hangul lebih mudah dipelajari dibandingkan katakana hiragana ,terlebih aksara cina mandarin. Saya pernah mempelajari bahasa jepang dan korea secara otodidak (belajar lewat buku). Dan saya kesulitan sekali dengan bahasa jepang (untuk penulisannya), dibanding hangul.
- Bisa karena biasa. Semakin sering naik subway, akan semakin sering anda menghapal dan memilih jakur-jalur cepat ke tempat yang anda tuju.
- Jika ingin ke suatu tempat, selain jalurnya anda juga WAJIB harus tau jalur exit (keluar) nya. Karena tiap-tiap exit akan mengarahkan anda ke tempat dan lokasi yang jauh berbeda. Hal ini pernah saya alami ketika mencari gedung SM Entertainmnet, yang membuat saya menempuh jalan yang jauh hanya karena keliru memilih jalur keluar.
- Selalu re-load “T-money” card anda sebelum bepergian. Pengisian ulang kartu ini bisa dilakukan di minimarket manapun. Kalaupun lupa, jangan khwatir di setiap stasiun pemberhentian terdapat mesin-mesin pengisi kartu. Dengan menggunakan instruksi dalam bahasa korea dan inggris yang sangat mudah dijalankan. Saya sendiri belum pernah ngalamin di mana kehabisan pulsa di tengah jalan. Karena setiap menempelkan kartu di mesin palang masuk subway, makan dengan sendirinya saya jadi aware sama saldo T-money card saya.
0 komentar on "Tersesat di Guro"
Posting Komentar