Pelataran halaman sebuah sekolah taman
kanak-kanak tampak lenggang. Lalu lintas mobil penjemput berbaur
dengan riuhnya sorak sorai murid-murid TK , kini mulai berkurang.
Berganti dengan rintik air hujan yang tiba-tiba jatuh, butirannya
sebesar biji jagung menimpa kelopak bunga matahari yang tertanam di
taman kecil depan pintu kelas. Setelah itu, guyuran air hujan yang
tertimpa bagai air bah mengisi siang tengah hari yang suasananya
seperti menjelang sore.
“oke,aku jemput ya” ucap sebuah
suara dari seberang sana.
rafa hanya mengucapkan kata “ya”,
dan lantas menutup ponsel flipnya dengan sekali dorong, menimbulkan
bunyi “flip”. Hujan turun dengan derasnya, terlihat dari balik
jendela. Dia adalah orang terakhir yang tertinggal di gedung
ini.Oxford Kindergarten.
“bu guru...aku takut hujan..”
Tiba-tiba sebuah suara membuyarkan
lamunannya. Suara yang kerap dikenalinya, selaku “rival”nya
sebagai penunggu terakhir saban hari. Lucy. Lucy william horan. Nama
yang kerap diingatnya, karena seringnya anak perempuan berumur 5
tahun ini menghadap meja kantornya. Di sela-sela istirahat makan
siang.Hanya sekedar untuk mengumpulkan diary hariannya.
Rafa tersenyum, berjalan menuju lucy
yang tampak ketakutan.
Ctarrrrrr...
Refleks mendengar suara kilat, lucy
sontak mendekap tubuh rafa yang hanya mampu dijangkaunya tak pernah
lebih dari sepinggang.
“papamu belum datang ?” tanya
rafa.mendekap hangat tubuh lucy yang masih menggigil. Lucy sangat
tidak suka dengan hujan, dan apapun yang berkaitan dengan hujan.
Contohnya ketika anak seumurannya akan berlari-lari di genangan air
ketika hujan baru tiba, lain halnya dengan lucy. Dia akan berlari
menjauh_tak ubahnya seperti anak kucing yang takut kena air.
Lucy melepaskan pelukan eratnya. Dan
gantian menatap ibu gurunya. Ekspresinya masih sama.
“daddy bilang kalau dia akan telat
lagi ke sini....” ucapnya.nyaris menangis.Rafa kembali memeluknya
erat.
“dont worry little lucy..ada ibu guru
rafa di sini” ucapnya sembari mengelus punggung lucy.
Bersama mereka berjalan menuju bangku
yang terletak di dekat pintu keluar. Rafa mengeluarkan sesuatu dari
dalam tasnya. Beberapa buah kertas origami berwarna warni berbentuk
persegi.
“don’t you afraid to heavy rain ?”
tanya lucy.tangannya tak lepas dari melipat-lipat kertas yang entah
dibentuknya menjadi apa.
Rafa menggeleng. “i love the rain. We
can get the fresh air, the flower blossom, and we dont feel hot on
the summer.everythings going smoothly in the rainy day” ucap rafa.
Lucy mendengarkan tiap-tiap kata
rafa,sementara matanya entah menatap ke mana. Ia membayangkan, suara
ibu gurunya bercerita sama halnya seperti suara pengasuhnya saat
membacakan dongeng pengantar tidur.
“you look alike my nanny...”
ucapnya pelan. Matanya tak bergeming , “dia selalu membacakan
dongeng setiap malam padaku..” lanjutnya lagi.
Rafa baru tersadar. Lucy adalah salah
satu muridnya yang telah lama ditinggal oleh ibunya. Bukan karena
perceraian, tapi karena ibunya meninggal saat lucy berumur satu
tahun. Dan ini yang pertama kalinya diketahuinya ketika tepat
beberapa bulan yang lalu, lucy pindah ke sekolah ini.
“tidakkah kau merasa kesepian ketika
hujan seperti ini ?” tanya lucy lagi.
Rafa menggeleng, “ not at all.
Because i have you.you always stay by myside, lucy”
Dan kata-kata ini membuat rafa kangen
dengan murid-muridnya yang lain.
“lucy !” sebuah suara berasal dari
pintu masuk tiba-tiba membuyarkan obrolan mereka berdua. Sesosok
tubuh menyembul setengah dari balik pintu masuk.
“daddy !!!!”
Serta merta lucy berlari menuju sumber
suara tak lain adalah ayahnya.Berdua mereka berangkulan. Lucy sangat
senang sekali ketika ayahnya datang menjemput. Bukan supir pribadi
suruhan ayahnya, atau pengasuhnya yang akan mengajaknya pulang naik
bus atau subway seperti biasanya.
“you keep your promise, daddy”
ucapnya.
Menyadari bahwa ada orang lain selain
dia dan anaknya, yang dipanggil daddy segera berdiri dan membungkuk
ke arah rafa. Guru dari anaknya.
“hello, ms. Rafa, nice to meet you
again”
“hello mr.niall, nice to meet you”
Ada kekikukan yang terjadi saat ini,
sampai akhirnya lucy menunjukkan hasil prakarya kepada ayahnya. “she
taught me this one” ucapnya riang.
“owh,welldone lucy..”ucap niall.
“ms. Rafa..terimakasih untuk semuanya..” ucapnya pelan.
Rafa membalasnya dengan sebuah senyuman
“ you are great father, mr.niall. Lucy always tell me about you
everytime..how kind you are...” balasnya.
“by the way...mm, maukah kau ikut
bersama kami. Kebetulan hari ini...”
“today was daddy’s birthday” sambung lucy. Betapa senangnya ia bisa bertemu dengan ayahnya. Ayahnya telah berjanji untuk menjemputnya hari ini.
“mm...i’m sorry mr niall.saya sudah
dijemput..lain kali, saya bisa bertamu ke rumah anda” ucap rafa.
Ada raut sedih terpancar di wajah lucy.
Betapa sangat diinginkannya ibu gurunya ikut bersamanya merayakan
ulang tahun ayahnya. Mereka berencana akan makan bersama di
mc.donalds. Lucy sangat terobsesi sekali dengan ronald. Laki-laki
bermuka jenaka, dan berambut merah kribo, yang selalu menyapanya di
pintu masuk mc.donalds. Tapi anehnya ronald hanya duduk, sembari
menyisakan satu tempat di bangkunya, tanpa berkata apapun. Belakangan
rafa tau kalau ronald yang selalu diceritakan lucy tak lain tak bukan
adalah karakter ikon restaurant cepat saji itu.
“rafa...here i...co...”
Sebuah suara menyusul dari balik pintu.
Suara dari seorang laki-laki berkulit putih dan berjambang,
menggunakan kaca mata hitam.
“hi dan..kenalkan ini lucy, muridku.
Dan ini...mr.niall horan. Ayahnya lucy”
Danny menyalami niall. Entah mengapa,
rafa merasa suasana ini begitu akward. Kecuali lucy, yang selalu
tampak riang.
“hi, i’m danny...danny O’donoghue”
...
Rafa mengelap rambutnya yang basah
terkena air hujan. Danny baru saja pulang dari rumahnya. Tangannya
memegang suatu dari selembar foto yang tak sengaja terjatuh dari
tumpukan baju di lemarinya, saat dia mencari handuk kering.
Rafa mengamatinya. Sudah bertahun-tahun
lewat. Meskipun berubah, tapi baginya tak ada yang pernah berubah.
Rafa mengamati foto itu. Dua orang yang
tersenyum ke arah lensa kamera selca dalam jarak yang sangat dekat.
Dan ada sebuah tulisan di sana . Rafa n Niall. Forever.
Entah mengapa hujan kini terasa
berpindah ke pelupuk matanya.
The End
0 komentar on "Rendezvous"
Posting Komentar