Kamis, 06 Desember 2012

Berobat di Korea







Bagi sebagian orang, ansuransi perjalanan sangat penting, dan masuk ke dalam sebuah syarat yang dilampirkan pada pengajuan visa. Tapi berkas lampiran ini bukanlah item wajib, jadi jikapun anda tak menyertakannya ke dalam dokumen-dokumen persyaratan pengajuan visa , tidak masalah. Ini berlaku pada visa korea, kalau negara-negara lain, saya sendiri belum tahu. 


Karena keterbatasan budget perjalanan, jadilah saya yang awalnya dilemma_akan membeli atau tidak_pada akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil saja. Dengan asumsi bahwa, moga-moga selama sebulan di sana kami tidak jatuh sakit sama sekali. Dan anggapan non logis ala kami adalah, dengan membeli ansurasi perjalanan sama halnya dengan mengharapkan kemungkinan terburuk yang bakal terjadi selama perjalanan nanti. Dan ini, jelas-jelas pemikiran yang keliru sodara-sodara...


Berapa sih harga sebuah paket ansurasi perjalanan ? saya pribadi kurang begitu tau nominal pastinya. Karena toh tak mengambil , jadinya informasi yang saya dapat berkisar 300rb-an rupiah. Dan angka ini tentu berbeda tiap tahunnya.


Pra keberangkatan, sebenarnya dari pihak universitas inha sudah menawarkan paket tambahan ansurasi perjalanan, tapi lagi-lagi karena mesti mutar otak dengan dana minim yang ada, alhasil tawaran tersebut gag jadi diambil. Dan imbasnya.....benar saja kami membutuhkan ansuransi itu pada akhirnya !
Cuaca summer yang jelas berbeda dengan iklim tropis tanah air, serta tingginya mobiltas selama di sana, yang kalau di indonesia_kemana-mana jarang banget jalan kaki_ alhasil selama minggu pertama kondisi ini membuat kami jatuh sakit. Untung alya banyak bawa obat-obatan indonesia, jadinya saya yang udah jatuh sakit di hari pertama menginjakkan kaki di korea, terbantu dengan keberadaan obat-obatan itu. Jujur saja, kondisi tubuh saya sebenarnya sedikit menyesuaikan dengan kondisi setempat. Maksudnya begini, saya baru benar-benar bisa sembuh setelah meminum obat-obatan yang saya beli di korea. Bukan obat-obatan yang dibawa di indonesia. Mungkin faktor iklim tersebut memberi pengaruh pada reaksi antibodi terhadap virus flu di tubuh saya. Sementara alya, mesikpun sedikit telat dibanding saya, alya justru dapat sakit yang lumayan “parah”. Dan ini membuatnya sempat melewatkan satu kelas kuliah. (kami berdua berada di dua jurusan yang berbeda). Istilah sistem titip absen tentu gag bisa diterapkan di sini.


Dan jadilah di awal minggu kedua_karena liat kondisi alya yang gag sembuh-sembuh, suara yang nyaris “gag terdengar”, kemana-mana mesti pake masker...jadilah pada akhirnya diputuskan bahwa alya harus berobat ke dokter !.


Permasalahannya adalah, kami belum dapat bayangan sama sekali bagaimana sistem berobat di klinik ataupun rumah sakit. Karena lagi-lagi masih mikir budget yang tersedia-secara kami tetap menyebut dan tergolong budget traveller, jadilah diputuskan bahwa kami akan berobat ke klinik saja, bukan rumah sakit.
Kendala kedua adalah bagaimana menemukan klinik kesehatan yang bisa melayani kami yang tergolong minim bisa bahasa korea untuk dunia medis. Kebayang gimana susahnya menjelaskan indikasi-indikasi kesehatan yang dialami alya pada dokter setempat, jika tenaga medis di klinik tersebut tidak memiliki kemampuan berbahasa inggris yang memadai.


“ni gw dapat info kalau di supermarket dekat asrama ada klinik kesehatan dilantai satunya” ucap alya. Info tersebut didapat dari kenalan alya yang kami temui ketika berjalan-jalan di daerah backgate inha.
“bukan klinik oplas kan ?’ tanya gw dalam hati_ngaco,


Akhirnya diputuskanlah, pagi-pagi banget saya dan alya langsung berangkat menuju klinik yang dimaksud. Dan benar saja, meskipun supermarket yang besarnya seperti carefour kalau di indonesia_belum sepenuhnya beroperasi, tapi klinik kesehatan yang terdapat di pojok kiri dari pintu masuk itu udah rame dengan pengunjung.


(dalam bahasa indonesia)


‘Permisi..saya mau berobat. Kira-kira bagaimana ya prosedur dan biayanya ? kami adalah mahasiswa asing yang sedang study di inha university ?” tanya alya. Dari suaranya, petugas medis yang semuanya adalah perempuan dapat bisa langsung mengerti keluhan kesehatan yang sedang dialami oleh alya.

Informasi : supermarket ini terletak satu komplek dengan inha university. Ditempuh hanya dengan berjalan kaki dari asrama mahasiswa.

“mm..mengenai biayanya, bisakah kami tahu untuk penyakit batuk dan flu, kami akan menghabiskan biaya berapa ?” tanya gw gantian.

Karena keterbatasan bahasa inggris, petugas medis itu tampak kesulitan menerjemahkan apa yang kami sampaikan. Dan thanks god, ternyata gag jauh dari kami ada seorang ibu-ibu muda yang tiba-tiba menghampiri kami. Dan menjelaskan apa yang kami katakan pada petugas medis tersebut. Untuk ukuran orang korea, inggrisnya mbak-mbak itu lumayanlah...

“apakah kalian memiliki asuransi kesehatan ?” tanya ibu muda itu kepada kami, setelah sebelumnya perawat tersebut berkata sesuatu pada ibu muda itu.

Kami kompak menggeleng. 

“mohon maaf, karena kalian bukan orang lokal sini, jadi tanpa ansuransi kesehatan, kalian akan dikenai biaya yang lumayan mahal” ucap ibu-ibu yang sedang menggendong balitanya.

Saya dan alya saling lihat-lihatan. Bayangan nominal won yang akan kami keluarkan memang sudah sedikit kami antsipasi dengan saling membawa uang lebih di dompet masing-masing.

“kira-kira untuk sakit seperti ini, berapa biaya yang akan kami keluarkan tanpa asuransi kesehatan ?” tanyaku lagi.

Ibu muda itu kembali bertanya pada petugas medis.

“apa keluhan kalian ?”

“batuk, flu, dan sedikit demam” jawab alya.

Ibu muda itu kembali bertanya pada perawat itu.

“kurang lebih hampir 20000 won. Tapi tidak pernah lebih dari itu”

Saya dan alya bernafas lega. Perkiraan biaya dari informasi-informasi yang kami kumpulkan ternyata tidak melesat jauh. Sehari sebelumnya saya bertanya pada kenalan saya orang indonesia yang sudah lama bekerja di korea, mengatakan bahwa untuk sekali berobat biayanya tergantung jenis penyakitnya. Dan tentu, untuk turis, adanya asuransi kesehatan sangat membantu keringanan biaya berobat. Dan dari dia, saya dapat info kalau biayanya sekali berobat untuk keluhan sakitnya alya sekitar 18000 won. Dua ribu won lebih rendah.
“oke,baiklah” ucap alya sumringah.

“silahkan diisi formulir ini terlebih dahulu. Yang akan berobat dua dari kalian ?” tanya ibu muda itu.
Saya menggeleng, meskipun suara masih serak..tapi pertimbangan bahwa saya masih bisa menghandle sakit ini, dan kondisi alya lebih membutuhkan...saya pun mengatakan bahwa saya hanya mengantar saja.
Dan selanjutnya alya pun melengkapi prosedur yang diminta. Kami menunggu di ruang tunggu klinik. Meskipun tergolong kecil, tapi kebersihan dan pelayanannya jangan ditanya. Saya rasa, meskipun sakit, rasanya seperti sudah mau sembuh saja. Saking hommynya.

Pagi itu, kebanyakan pasien merupakan anak-anak balita. Sekitar tiga orang balita. Yang kesemuanya diantar oleh kedua orang tuanya. Lengkap. Tidak salah satunya, ibunya saja, atau ayahnya saja. Bahkan balita yang digendong oleh ibu muda yang membantu kami tadi, diantar oleh kedua kakek dan neneknya. Pemandangan yang sangat langka yang saya temukan di indonesia. Bahkan saya sempat bermain-main dengan balita tersebut. Kesamaannya adalah balita-balita di sana suka diajarkan bahasa-bahasa awal layaknya balita di indonesia. Semisal contoh, “panggil kakek,panggil kakek” dan dia akan menunjuk kakeknya sambil ngomong “harabojiiiiiiii....” dengan lucunya. Kalau menjulurkan lidah, di korea disebut “merong,merong, merong”. Dan dengan lucunya dia memanggil saya dan alya berdua dengan panggilan “onnieee...”.wah,saya berasa sudah berbaur dengan orang-orang lokal pada saat itu. Bayangan bahwa suatu hari nanti saya ingin menetap lebih lama di sana terlintas di pikiran saya. Orang-orang korea lagi-lagi menunjukkan keramahannya. Benar-benar sebuah sambutan hangat, yang bahkan jarang saya temukan di kota saya. Mereka memang individualis ketika ditempat umum, tapi bukan berarti mereka tak segan mengulurkan bantuannya ketika orang lain butuh bantuan.


Kunjungan pagi itu ditutup dengan segelas cokelat panas yang kami terima dari kakek balita dari ibu muda yang menolong kami itu. Cokelat yang disediakan for free di klinik kesehatan, dan diulurkan pada kami.
Saya jadi ingin kembali lagi ke klinik itu....:)

0 komentar on "Berobat di Korea"

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez