“aa....jinjja massiketta...”
Faza menoleh ke sumber suara di
sebelahnya. Suara seorang laki-laki bermata sipit yang tengah
menunjuk sebuah foto bertuliskan “chocolate pudding cocktail with
vanilla vla”.
“wah...kapan ya aku bisa
merasakannya” ucap onew, menggigit sedikit ujung jari telunjukknya,
membuat faza lantas bergegas menepis ‘kebiasaan’ onew yang tak
pernah hilang itu.
“kapan-kapan aku akan membelikannya
untukmu”
Faza mengambil paksa majalah yang baru
dibelinya beberapa jam yang lalu_di pemberhentian stasiun hyehwa.
“sejujurnya...aku lebih suka kalau
kau sendiri yang membuatkannya untukku” Onew menyenderkan bahunya
ke kursi empuk yang menghadap jendela. Hujan masih turun di luar
sana. Tapi keramaian lalu lalang orang yang melintasi jalanan
hongdae, membuat awal musim gugur bukan jadi penghalang untuk hang
out di luar.
“Yeobo,” panggil onew _membuat faza
hanya menjawab dengan suara “hm ?” pelan.
“Kau tau teman sekelasku...hye rim ?”
“teman sekaligus....mantan pacar
pertamamu itu ?” tanya faza.
“yaaaaa...sejujurnya dia bukan
pacarku, tetapi..”
“keunde wae ?” tanya faza lagi,
membuat telinganya jadi sedikit memanas jika mendengar sebuah nama
itu lagi.
“yeobo...kau tak perlu cemburu
seperti itu padaku. Hye rim adalah temanku, cukup hanya temanku”
“lalu kabar apa yang ingin kau
katakan padaku tentang dirinya ?” faza tak cukup memiliki
keberanian untuk menyebutkan nama itu. Lebih tepatnya...tak memiliki
kemauan.
“Beberapa hari yang lalu , aku
mendapatinya di sebuah majalah..dan, dia berhasil mendapatkan juara
pertama untuk lomba memasak di Busan “ ucap onew bersemangat. Entah
mengapa, tidak hanya telinganya...hatinya kini ikut-ikutan memanas.
“kalau begitu...kau pacari saja dia.
Bukankah wanita yang pintar memasak adalah tipe idealmu ??” ujar
faza dingin.Menatap lekat pada halaman di mana foto kue itu
terpampang.
...
Seharian ini faza tak ada kabar.
Berulang kali no yang ditujunya tidak aktif. Kalaupun panggilannya
masuk, itupun hanya berlangsung berapa detik selanjutnya. Untuk
selanjutnya berganti dengan nada sambungan operator.
“ya onew-ya ! Apa yang sedang kau
pikirkan ?” Yeonhwa memukul pelan pundak onew dari arah belakang.
Sejak tiga puluh menit yang lalu bertolak dari seoul dengan subway
menuju incheon, didapatinya onew kerap termenung.
“a...ani...aku..aku hanya memikirkan
untuk kejuaran minggu depan” ujar onew setengah berbohong.
“Kau...kau tidak sedang sakit kan ?”
tanya yeonhwa, memeluk tas ranselnya, memberikan ruang lewat pada
Seorang wanita paruh baya yang hendak turun di stasiun bukcheon.
“tidak..aku baik-baik saja” ujar
onew pelan.
Keduanya kembali terdiam. Memandangi
pemandangan luar kereta yang secepat kilat mudah berganti. Onew
memandang ke arah luar. Langit gelap membuat pikirannya tak keruan.
Entah mengapa, pembicaraan kemarin membuatnya merasa ad yang salah
dengan apa yang dikatakannya pada Choi Faza.
....
“Kau yang bernama Choi Faza ?”
tanya seorang wanita berambut panjang lurus sebahu_ pada faza di
kantin sekolah siang hari itu. “Kenalkan, aku Lee Hye Rim..”
ucapnya sembari mengulurkan tangannya pada faza.
Faza menatap bergantian pada uluran
tangan dan...sebuah wajah yang akrab dilihatnya..namun jarang
ditemuinya itu.
“Kau ternyata persis seperti apa yang
teman-temanku katakan...Sedikit...Dingin” ucapnya pelan. Faza
membelalakkan matanya. Wait...maksudnya ?
“Kedatanganku ke sini..hanya secara
simbolis untuk memberikan ini padamu” ujarnya, meletakkan sebuah
amplop berwarna hijau toska ke sebelah mangkuk ramen yang dipesan
faza.
“Tak ada kewajibanmu untuk datang.
Tapi yang perlu kau tahu...aku sudah mengundang onew, dan bisa
dipastikan...dia akan datang di pesta perayaan kemenanganku”
Ujarnya singkat, dan berlalu
meninggalkan faza yang terpaku sendirian. Faza menatap sesosok tubuh
yang melenggang meninggalkan dirinya. Matanya tak berkedip. Bagaimana
bisa onew mengabaikan wanita yang nyaris sempurna itu hanya untuk
seorang dirinya satu tahun yang lalu.
...
“aa....michoso....” faza setengah
berteriak histeris. Mengacak rambut sebahunya yang tanpa diacakpun
sudah tak keruan lagi bentuknya.
“Ya choi faza ! Apakah kau sudah gila
??” teriak Park Hyuri tak kalah bersemangat. “ Sudah...lupakan
kekhawatiranmu. Onew bukan nappeun namja yang dengan mudah berpindah
hati hanya dengan dicerocoki makanan-makanan penggugah selera itu “
ucapnya pada faza.
“meskipun...bisa memasak bisa jadi
nilai plus untuk semua laki-laki” tmbah hyuri.
Faza menoleh pada sahabatnya itu. “Apa
aku harus bisa memasak dulu untuk menjadi sempurna di mata onew ?”
tanyanya pelan.
“Laki-laki yang baik akan menerima
kamu apa adanya.. Tapi kurasa...jika kau benar-benar menyayanginya
,kau harus melakukan satu hal baik yang belum pernah kau lakukan
sebelumnya”
“misalnya ?”
Hyuri melemparkan bantal kecil
berbentuk kepala pororo ke arah faza, “No babo-ya !”
“Tentu saja dengan belajar memasak”
lanjutnya lagi. “chankanmanyo...lihat ini” ucapnya sembari
memperlihatkan layar tablet yang sedari tadi dibukanya. Sebuah
halaman website berisi berita-berita terupdate.
Faza mengikuti arah telunjuk hyuri.
“mwo ?? igon.....”
Semangatnya tiba-tiba surut. Sebuah
judul berita dan sebuah postingan foto ada di sana. Foto yang
berjudul “Siswi Incheon SHS berhasil menjuarai kompetisi memasak di
Busan International Cooking Competition” .
Dan orang itu tak lain
adalah...Lee Hye Rim.
“Me..mengapa..onew ada di foto ini
ketika hye rim menerima pialanya ?”
...
Tak ayal lagi, kecurigaannya terkuak
sudah. Pada saat kompetisi itu berlangsung, onew tengah berada di
tempat acara.Bersama Hye Rim. Mengapa onew tak mengajaknya ke tempat
itu ? Mengapa onew tak pernah bercerita padanya bahwa hari itu dia
berangkat ke Busan hanya untuk mendukung Hye Rim dalam perlombaan itu
?
“nega wae ....” Faza menyandarkan
kepalanya ke bahu Hyuri. Di depannya, di atas meja, terdapat beberapa
bulatan tissue yang tak keruan lagi bentuknya.
“jogiyo..apakah kalian berdua yang
ingin bertemu dengan saya ?”
Sebuah suara tiba-tiba membuyarkan
keheningan mereka berdua sejak hampir satu jam yang lalu tiba di
sebuah kafe bernama “Blossom Vanila”.
“aa....Joongki-ssi ?” tanya hyuri.
Bersama mereka berdua bersalaman dan menyebutkan nama. “Kenalkan,
ini temanku..choi faza. Sekaligus...orang yang akan belajar di kelas
memasak anda”
“Mwo ????” faza berdiri dari
duduknya. Ia kaget. Dan nyaris menumpahkan green latte yang tak
disentuhnya sama sekali dari tadi.
“ja...jadi alasanku diajak ketempat
ini...ka...ka...” Faza gantian menatap hyuri. “Hyuri-ssi bisakah
kau jelaskan semua...ini” ucap faza dingin ke arah hyuri yang
memasang tampang babo-nya.
Buru-buru hyuri mengambil ranselnya.
“a...nanti aku akan menelponmu begitu kau tiba di rumah...A,aku ada
urusan lain dulu...Aku pergi” ucapnya sembari membungkukkan
badannya 90 derajad. Hyuri melangkah cepat menuju pintu keluar kafe.
Meninggalkan dua orang yang kini makin tidak mengerti dengan situasi
yang tengah terjadi.
“Ya ! Park Hyuri !!!!”
...
“Hey, kau harus menakarnya dengan
tepat, faza-ssi” ucap seorang laki-laki yang tengah mengenakan
celemek berwarna merah dan bertopi ala cheff proffesional. Laki-laki
itu bernama Song JoongKi. Guru yang ditunjuk secara sepihak oleh
Hyuri untuk mengajarkan kemampuan memasak pada faza.
“Kau seharusnya berterima kasih
padaku karena telah mengenalkanmu padanya. Dia kenalan sepupuku yang
tinggal di amerika.Dia koki hebat” puji Hyuri tepat setelah faza
meminta klarifikasi mengapa ia diikutsertakan dalam kelas memasak
pada seseorang yang baru dikenalnya itu.
“Nanti kau akan jadi wanita yang
mahir memasak...”
Kata-kata itu masih terngiang-ngiang
dalam otaknya.
“Hey ! Apakah kau mendengar ucapanku
??”
Faza baru saja melamun. Fokusnya tengah
tak berada di situ. Gula pasir yang tengah ditakarnya dalam timbangan
meluber berceceran. Over kapasitas.
“a...mianhae..” ucapnya sembari
membersihkan ceceran gula pasir.
“Lihat baik-baik list ini” ucap
joongki sembari menyerahkan secarik kertas cokelat.
Faza memperlihatkan daftar bahan-bahan
yang akan digunakannya dalam eksperimen pertamanya. Setelah seminggu
sebelumnya disibukkan dengan aktivitas dasar dalam memasak yang
benar, mencakup memotong, menggoreng, merebus dan hal-hal basic
lainnya. Khusus untuk sesi menggoreng, dirinya harus melewati sekian
belas pengulangan. Bagian itu adalah bagian terburuk dalam sejarah
memasaknya.
“110 gram mentega...75 gram margarin,
125 gram gula pasir, 60 gram bit, ½ sendok teh vanilla cream, 1
sendok makan pewarna merah tua, 50 ml susu cair, ¼ sendok teh cuka,
1 sendok makan krim kental, 3 kuning telur, 3 putih telur, 150 gram
tepung terigu, ½ sendok makan baking powder dan....25 gram sendok
makan susu bubuk. Selesai !!!” teriak faza penuh semangat. Ia sudah
tak sabar untuk memulai membuat kue perdananya. Kue yang nantinya
akan ditunjukkannya pada onew, sebagai bentuk nyata bahwa dia
berjuang untuk menjadi wanita terbaik.
“oke...kau harus benar-benar bisa
mengingat apa yang akan kuajarkan nanti..First, campur susu cair dan
cuka,aduk rata dan sisihkan !” teriak joongki tak kalah semangat.
Bergegas faza mencari bahan-bahan yang disebutkan. Tapi entah
mengapa, tetap saja otaknya belum bisa sinkron dengan barang-barang
ini.
“ya ! ya ! ya ! Pikiranmu kemana ???”
teriak joongki lagi sembari menunjuk bahan-bahan yang disebutkannya
sebelumnya dengan sebuah kayu penunjuk.
...
Memasak adalah sebuah seni. Seni yang
menyatukan antara keahlian, ketekunan, disiplin dan...hati. Ya, hati
adalah modal terbesar yang dimiliki faza saat ini. Perasaannya campur
aduk. Tak keruan senangnya setiap membayangkan seperti apa ekspresi
yang akan ditunjukkan onew begitu menerima kue pertama yang dibuatnya
nanti.
“Kalau boleh tau...apa motivasi
terbesarmu untuk belajar memasak ?” tanya joongki yang kini
dipanggil oppa oleh faza. Joongki empat tahun lebih tua dibanding
dirinya. Tapi dengan wajah baby face, siapapun tak meyangka bahwa
laki-laki dihadapannya ini adalah seseorang yang telah menyelesaikan
kuliahnya.
“Jujur..aku melakukannya atas dasar
ingin menyenangkan hati seseorang” jawab faza pelan. Ia mengamati
beberapa buah kue yang tengah disusunnya ke dalam sebuah dos cantik
berwarna pink.
“aku suka red velvet cupcake ini”
lanjut faza sumringah. “Oneul..nae namja chingu saengilyeyo..”
“mwo ?? Kau akan memberikan kue ini
sebagai kue ulang tahun ke orang lain ??” ucap joongki setengah
berteriak.
“wae.....??? “
“a...ani...mudah-mudahan orang yang
akan menerima kue ini tak akan membuangnya ke dalam tempat sampah”
“apa ???”
...
Faza melangkah berjalan menuju sebuah
rumah yang tinggal berapa langkah lagi akan ditujunya. Rumah itu tak
lain adalah kediaman keluarga Lee. Ditangannya sebuah kotak berpita
merah tengah dipegangnya, berisi red velvet cupcake hasil buatannya
sendiri. Perasaannya sudah tak sabar lagi. Hari ini adalah ulang
tahun onew yang ke -17.
“Good luck..Hwaiting !” seru
joongki oppa begitu dia pamit meninggalkan kelas memasaknya. Di
saat-saat seperti ini entah mengapa pikirannya tertuju pada kegiatan
yang dilakukannya hampir setengah hari itu. Joongki oppa memang galak
ketika di kelas, tapi di luar itu semua..ternyata pribadinya begitu
hangat.
Riuh sebuah suara tiba-tiba terdengar
dari arah pagar rumah, membuat faza menghentikan langkahnya.
“Saengil chuka hamnida...Saengil
chuka hamnida..Saranghaneun uri onew...Saengil chuka hamnida...Yeayyy
!!!!”
Sebuah suara amat dikenalnya.
“ya !!! rasakan ini “
Sesosok tubuh berlari keluar pagar
rumah. Baru saja faza hendak melangkahkan kakinya ke tempat dimana ia
akan tak terlihat..tapi mata itu tertuju padanya. Sesosok tubuh itu
tak lain adalah...
“fa...faza ?” ujar onew pelan. Faza
terdiam ditempat. Pandangannya terhenti pada apa yang dilihatnya saat
ini.
Sebuah kue ulang tahun dengan lilin
berbentuk angka 1 dan 7 berada di atas kedua tangan onew.
“ya, onew-ya..ada apa ?”
Sebuah suara tiba-tiba menyusul keluar
dari balik pagar. Seorang perempuan berambut hitam lurus sepinggang.
“lee...lee...hyerim ??” ujar faza
pelan. Air matanya tiba-tiba jatuh, menetes di atas red velvet
cupcake yang telah duluan terjatuh ke tanah. Berhamburan.
“a....a...aku akan jelaskan
semuanya..”
Tanpa pikir panjang, faza berlari
meninggalkan onew yang tengah mematung di tempat.
Dari arah belokan gang, joongki bersiap
untuk mengejar faza. Satu kejadian yang telah diprediksikan
sebelumnya akan terjadi. Faza telah menceritakan semuanya. Entah
mengapa, tiba-tiba kejadian satu tahun yang lalu terputar ulang di
benaknya. Joongki pernah merasakan hal yang sama persis seperti ini.
“fa..choi faza !”
.....Selesai......
0 komentar on "Red Velvet Love"
Posting Komentar