Sabtu, 09 Februari 2013

Red Velvet Love








“aa....jinjja massiketta...”

Faza menoleh ke sumber suara di sebelahnya. Suara seorang laki-laki bermata sipit yang tengah menunjuk sebuah foto bertuliskan “chocolate pudding cocktail with vanilla vla”.

“wah...kapan ya aku bisa merasakannya” ucap onew, menggigit sedikit ujung jari telunjukknya, membuat faza lantas bergegas menepis ‘kebiasaan’ onew yang tak pernah hilang itu.

“kapan-kapan aku akan membelikannya untukmu” 

Faza mengambil paksa majalah yang baru dibelinya beberapa jam yang lalu_di pemberhentian stasiun hyehwa. 

“sejujurnya...aku lebih suka kalau kau sendiri yang membuatkannya untukku” Onew menyenderkan bahunya ke kursi empuk yang menghadap jendela. Hujan masih turun di luar sana. Tapi keramaian lalu lalang orang yang melintasi jalanan hongdae, membuat awal musim gugur bukan jadi penghalang untuk hang out di luar. 

“Yeobo,” panggil onew _membuat faza hanya menjawab dengan suara “hm ?” pelan.

“Kau tau teman sekelasku...hye rim ?” 

“teman sekaligus....mantan pacar pertamamu itu ?” tanya faza.

“yaaaaa...sejujurnya dia bukan pacarku, tetapi..”

“keunde wae ?” tanya faza lagi, membuat telinganya jadi sedikit memanas jika mendengar sebuah nama itu lagi.

“yeobo...kau tak perlu cemburu seperti itu padaku. Hye rim adalah temanku, cukup hanya temanku”
“lalu kabar apa yang ingin kau katakan padaku tentang dirinya ?” faza tak cukup memiliki keberanian untuk menyebutkan nama itu. Lebih tepatnya...tak memiliki kemauan.

“Beberapa hari yang lalu , aku mendapatinya di sebuah majalah..dan, dia berhasil mendapatkan juara pertama untuk lomba memasak di Busan “ ucap onew bersemangat. Entah mengapa, tidak hanya telinganya...hatinya kini ikut-ikutan memanas.

“kalau begitu...kau pacari saja dia. Bukankah wanita yang pintar memasak adalah tipe idealmu ??” ujar faza dingin.Menatap lekat pada halaman di mana foto kue itu terpampang.

...

Seharian ini faza tak ada kabar. Berulang kali no yang ditujunya tidak aktif. Kalaupun panggilannya masuk, itupun hanya berlangsung berapa detik selanjutnya. Untuk selanjutnya berganti dengan nada sambungan operator.

“ya onew-ya ! Apa yang sedang kau pikirkan ?” Yeonhwa memukul pelan pundak onew dari arah belakang. Sejak tiga puluh menit yang lalu bertolak dari seoul dengan subway menuju incheon, didapatinya onew kerap termenung. 

“a...ani...aku..aku hanya memikirkan untuk kejuaran minggu depan” ujar onew setengah berbohong.
“Kau...kau tidak sedang sakit kan ?” tanya yeonhwa, memeluk tas ranselnya, memberikan ruang lewat pada Seorang wanita paruh baya yang hendak turun di stasiun bukcheon.

“tidak..aku baik-baik saja” ujar onew pelan.

Keduanya kembali terdiam. Memandangi pemandangan luar kereta yang secepat kilat mudah berganti. Onew memandang ke arah luar. Langit gelap membuat pikirannya tak keruan. Entah mengapa, pembicaraan kemarin membuatnya merasa ad yang salah dengan apa yang dikatakannya pada Choi Faza.

....

“Kau yang bernama Choi Faza ?” tanya seorang wanita berambut panjang lurus sebahu_ pada faza di kantin sekolah siang hari itu. “Kenalkan, aku Lee Hye Rim..” ucapnya sembari mengulurkan tangannya pada faza.
Faza menatap bergantian pada uluran tangan dan...sebuah wajah yang akrab dilihatnya..namun jarang ditemuinya itu.

“Kau ternyata persis seperti apa yang teman-temanku katakan...Sedikit...Dingin” ucapnya pelan. Faza membelalakkan matanya. Wait...maksudnya ?

“Kedatanganku ke sini..hanya secara simbolis untuk memberikan ini padamu” ujarnya, meletakkan sebuah amplop berwarna hijau toska ke sebelah mangkuk ramen yang dipesan faza.

“Tak ada kewajibanmu untuk datang. Tapi yang perlu kau tahu...aku sudah mengundang onew, dan bisa dipastikan...dia akan datang di pesta perayaan kemenanganku”

Ujarnya singkat, dan berlalu meninggalkan faza yang terpaku sendirian. Faza menatap sesosok tubuh yang melenggang meninggalkan dirinya. Matanya tak berkedip. Bagaimana bisa onew mengabaikan wanita yang nyaris sempurna itu hanya untuk seorang dirinya satu tahun yang lalu.

...

“aa....michoso....” faza setengah berteriak histeris. Mengacak rambut sebahunya yang tanpa diacakpun sudah tak keruan lagi bentuknya.

“Ya choi faza ! Apakah kau sudah gila ??” teriak Park Hyuri tak kalah bersemangat. “ Sudah...lupakan kekhawatiranmu. Onew bukan nappeun namja yang dengan mudah berpindah hati hanya dengan dicerocoki makanan-makanan penggugah selera itu “ ucapnya pada faza.

“meskipun...bisa memasak bisa jadi nilai plus untuk semua laki-laki” tmbah hyuri.

Faza menoleh pada sahabatnya itu. “Apa aku harus bisa memasak dulu untuk menjadi sempurna di mata onew ?” tanyanya pelan.

“Laki-laki yang baik akan menerima kamu apa adanya.. Tapi kurasa...jika kau benar-benar menyayanginya ,kau harus melakukan satu hal baik yang belum pernah kau lakukan sebelumnya”

“misalnya ?”

Hyuri melemparkan bantal kecil berbentuk kepala pororo ke arah faza, “No babo-ya !”

“Tentu saja dengan belajar memasak” lanjutnya lagi. “chankanmanyo...lihat ini” ucapnya sembari memperlihatkan layar tablet yang sedari tadi dibukanya. Sebuah halaman website berisi berita-berita terupdate.

Faza mengikuti arah telunjuk hyuri.

“mwo ?? igon.....”

Semangatnya tiba-tiba surut. Sebuah judul berita dan sebuah postingan foto ada di sana. Foto yang berjudul “Siswi Incheon SHS berhasil menjuarai kompetisi memasak di Busan International Cooking Competition” . 

Dan orang itu tak lain adalah...Lee Hye Rim.

“Me..mengapa..onew ada di foto ini ketika hye rim menerima pialanya ?”

...

Tak ayal lagi, kecurigaannya terkuak sudah. Pada saat kompetisi itu berlangsung, onew tengah berada di tempat acara.Bersama Hye Rim. Mengapa onew tak mengajaknya ke tempat itu ? Mengapa onew tak pernah bercerita padanya bahwa hari itu dia berangkat ke Busan hanya untuk mendukung Hye Rim dalam perlombaan itu ?

“nega wae ....” Faza menyandarkan kepalanya ke bahu Hyuri. Di depannya, di atas meja, terdapat beberapa bulatan tissue yang tak keruan lagi bentuknya.

“jogiyo..apakah kalian berdua yang ingin bertemu dengan saya ?”

Sebuah suara tiba-tiba membuyarkan keheningan mereka berdua sejak hampir satu jam yang lalu tiba di sebuah kafe bernama “Blossom Vanila”.

“aa....Joongki-ssi ?” tanya hyuri. Bersama mereka berdua bersalaman dan menyebutkan nama. “Kenalkan, ini temanku..choi faza. Sekaligus...orang yang akan belajar di kelas memasak anda”

“Mwo ????” faza berdiri dari duduknya. Ia kaget. Dan nyaris menumpahkan green latte yang tak disentuhnya sama sekali dari tadi.

“ja...jadi alasanku diajak ketempat ini...ka...ka...” Faza gantian menatap hyuri. “Hyuri-ssi bisakah kau jelaskan semua...ini” ucap faza dingin ke arah hyuri yang memasang tampang babo-nya.

Buru-buru hyuri mengambil ranselnya. “a...nanti aku akan menelponmu begitu kau tiba di rumah...A,aku ada urusan lain dulu...Aku pergi” ucapnya sembari membungkukkan badannya 90 derajad. Hyuri melangkah cepat menuju pintu keluar kafe. Meninggalkan dua orang yang kini makin tidak mengerti dengan situasi yang tengah terjadi.

“Ya ! Park Hyuri !!!!”

...
“Hey, kau harus menakarnya dengan tepat, faza-ssi” ucap seorang laki-laki yang tengah mengenakan celemek berwarna merah dan bertopi ala cheff proffesional. Laki-laki itu bernama Song JoongKi. Guru yang ditunjuk secara sepihak oleh Hyuri untuk mengajarkan kemampuan memasak pada faza.

“Kau seharusnya berterima kasih padaku karena telah mengenalkanmu padanya. Dia kenalan sepupuku yang tinggal di amerika.Dia koki hebat” puji Hyuri tepat setelah faza meminta klarifikasi mengapa ia diikutsertakan dalam kelas memasak pada seseorang yang baru dikenalnya itu.

“Nanti kau akan jadi wanita yang mahir memasak...”

Kata-kata itu masih terngiang-ngiang dalam otaknya.

“Hey ! Apakah kau mendengar ucapanku ??”

Faza baru saja melamun. Fokusnya tengah tak berada di situ. Gula pasir yang tengah ditakarnya dalam timbangan meluber berceceran. Over kapasitas.

“a...mianhae..” ucapnya sembari membersihkan ceceran gula pasir. 

“Lihat baik-baik list ini” ucap joongki sembari menyerahkan secarik kertas cokelat.

Faza memperlihatkan daftar bahan-bahan yang akan digunakannya dalam eksperimen pertamanya. Setelah seminggu sebelumnya disibukkan dengan aktivitas dasar dalam memasak yang benar, mencakup memotong, menggoreng, merebus dan hal-hal basic lainnya. Khusus untuk sesi menggoreng, dirinya harus melewati sekian belas pengulangan. Bagian itu adalah bagian terburuk dalam sejarah memasaknya. 

“110 gram mentega...75 gram margarin, 125 gram gula pasir, 60 gram bit, ½ sendok teh vanilla cream, 1 sendok makan pewarna merah tua, 50 ml susu cair, ¼ sendok teh cuka, 1 sendok makan krim kental, 3 kuning telur, 3 putih telur, 150 gram tepung terigu, ½ sendok makan baking powder dan....25 gram sendok makan susu bubuk. Selesai !!!” teriak faza penuh semangat. Ia sudah tak sabar untuk memulai membuat kue perdananya. Kue yang nantinya akan ditunjukkannya pada onew, sebagai bentuk nyata bahwa dia berjuang untuk menjadi wanita terbaik.

“oke...kau harus benar-benar bisa mengingat apa yang akan kuajarkan nanti..First, campur susu cair dan cuka,aduk rata dan sisihkan !” teriak joongki tak kalah semangat. Bergegas faza mencari bahan-bahan yang disebutkan. Tapi entah mengapa, tetap saja otaknya belum bisa sinkron dengan barang-barang ini.

“ya ! ya ! ya ! Pikiranmu kemana ???” teriak joongki lagi sembari menunjuk bahan-bahan yang disebutkannya sebelumnya dengan sebuah kayu penunjuk.

...

Memasak adalah sebuah seni. Seni yang menyatukan antara keahlian, ketekunan, disiplin dan...hati. Ya, hati adalah modal terbesar yang dimiliki faza saat ini. Perasaannya campur aduk. Tak keruan senangnya setiap membayangkan seperti apa ekspresi yang akan ditunjukkan onew begitu menerima kue pertama yang dibuatnya nanti.

“Kalau boleh tau...apa motivasi terbesarmu untuk belajar memasak ?” tanya joongki yang kini dipanggil oppa oleh faza. Joongki empat tahun lebih tua dibanding dirinya. Tapi dengan wajah baby face, siapapun tak meyangka bahwa laki-laki dihadapannya ini adalah seseorang yang telah menyelesaikan kuliahnya.

“Jujur..aku melakukannya atas dasar ingin menyenangkan hati seseorang” jawab faza pelan. Ia mengamati beberapa buah kue yang tengah disusunnya ke dalam sebuah dos cantik berwarna pink.

“aku suka red velvet cupcake ini” lanjut faza sumringah. “Oneul..nae namja chingu saengilyeyo..” 

“mwo ?? Kau akan memberikan kue ini sebagai kue ulang tahun ke orang lain ??” ucap joongki setengah berteriak.

“wae.....??? “

“a...ani...mudah-mudahan orang yang akan menerima kue ini tak akan membuangnya ke dalam tempat sampah”

“apa ???”

...

Faza melangkah berjalan menuju sebuah rumah yang tinggal berapa langkah lagi akan ditujunya. Rumah itu tak lain adalah kediaman keluarga Lee. Ditangannya sebuah kotak berpita merah tengah dipegangnya, berisi red velvet cupcake hasil buatannya sendiri. Perasaannya sudah tak sabar lagi. Hari ini adalah ulang tahun onew yang ke -17.

“Good luck..Hwaiting !” seru joongki oppa begitu dia pamit meninggalkan kelas memasaknya. Di saat-saat seperti ini entah mengapa pikirannya tertuju pada kegiatan yang dilakukannya hampir setengah hari itu. Joongki oppa memang galak ketika di kelas, tapi di luar itu semua..ternyata pribadinya begitu hangat.
Riuh sebuah suara tiba-tiba terdengar dari arah pagar rumah, membuat faza menghentikan langkahnya.

“Saengil chuka hamnida...Saengil chuka hamnida..Saranghaneun uri onew...Saengil chuka hamnida...Yeayyy !!!!”

Sebuah suara amat dikenalnya. 

“ya !!! rasakan ini “ 

Sesosok tubuh berlari keluar pagar rumah. Baru saja faza hendak melangkahkan kakinya ke tempat dimana ia akan tak terlihat..tapi mata itu tertuju padanya. Sesosok tubuh itu tak lain adalah...

“fa...faza ?” ujar onew pelan. Faza terdiam ditempat. Pandangannya terhenti pada apa yang dilihatnya saat ini.

Sebuah kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka 1 dan 7 berada di atas kedua tangan onew.
“ya, onew-ya..ada apa ?”

Sebuah suara tiba-tiba menyusul keluar dari balik pagar. Seorang perempuan berambut hitam lurus sepinggang.

“lee...lee...hyerim ??” ujar faza pelan. Air matanya tiba-tiba jatuh, menetes di atas red velvet cupcake yang telah duluan terjatuh ke tanah. Berhamburan.

“a....a...aku akan jelaskan semuanya..”

Tanpa pikir panjang, faza berlari meninggalkan onew yang tengah mematung di tempat.
Dari arah belokan gang, joongki bersiap untuk mengejar faza. Satu kejadian yang telah diprediksikan sebelumnya akan terjadi. Faza telah menceritakan semuanya. Entah mengapa, tiba-tiba kejadian satu tahun yang lalu terputar ulang di benaknya. Joongki pernah merasakan hal yang sama persis seperti ini.

“fa..choi faza !”

.....Selesai......

0 komentar on "Red Velvet Love"

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez