kebiasaan orang korea kebanyakan yang
sudah menjadi tradisi umum adalah mentraktir atau menghadiahi
seseorang dengan makanan. Saya pernah ngobrol dengan teman saya,
young jun, dia bilang kalau lagi ada berita gembira atau perayaan
apapun (semisal perayaan pelepasan wajib militer ), yang akan
dilakukan oleh orang korea adalah makan-makan. Hampir sama sih kayak
tradisi kita. Hanya saja tradisi “traktir mentraktir” ini lebih
sering dilakukan. Bahkan sejatinya hal pertama yang dilakukan ketika
bertemu dengan kenalan yang udah lama gag ketemu adalah dengan ngajak
dan mentraktir maka. Saya pernah mengalaminya ketika untuk pertama
kalinya saya “kopi darat” dengan oppa bruce yang merupakan
kenalan couchsurfing di dunia maya. Bersama alya dan satu orang teman
kita lainnya, kita dijamu oleh oppa bruce di sebuah restauran kecil
gag jauh dari juan station, incheon. Makanan yang dipesan pun hampir
semuanya makanan ringan yang sering kita coba. Mungkin karena saya
dan alya “tau diri” kali ya, jadinya kita gag pesan yang
mahal-mahal dan aneh-aneh. Tapi bisa saya pastikan, meskipun saya
udah sering makan ttoebokki (kue beras saus merah) di jogja maupun di
negara asalnya, tapi rasa ttoebokki yang kami pesan ini, merupakan
tteobokki yang paling enak yang pernah kami rasakan di korea. Entah
karena bawaan “gratisan” atau gimana, rasanya bikin kami bisa
menghabiskan dalam porsi yang extra large bagi standarnya orang
indonesia.
Sekedar informasi, rata-rata makanan
basah ataupun produk-produk kering yang dijual di pasaran korea,
kebanyakan berada dalam porsi yang sangat besar. Jadi meskpun dijual
dalam harga yang “lumayan” jika dikalkulasikan ke dalam rupiah,
tapi harga-harga ini worth it dengan jumlahnya yang banyak banget.
Saya pernah beli produk komestik gel multifungsi yang bisa digunain
buat rambut dan kulit keluaran brand ternama yang lagi summer sale,
dengan harga 5500 won (kurang lebih50rb rupiah), tapi jika dilihat
dari ukurannya yang gede, dan gag pernah saya temukan di kemasan
produk kecantikan di manapun di indonesia, rasanya harganya memang
pantas, apalagi dengan ukuran segitu, bisa lebih sebulan diperlukan
hanya untuk menghabiskan isinya. Produsen-produsen produk di korea
gag pelit-pelit ngasih barang ke konsumennya. Hal ini bisa jadi
disebabkan karena begitu banyaknya produsen-produsen di sana. Jadi
persaingan, gag Cuma di harga,kualitas, tapi juga kuantitas.
Berbicara porsi yang gede, hal ini gag
beda jauh sama porsi makanan-makanan basah di restauran maupun
warung-warung makan di korea. Alya pernah beli ramen yang dijual di
depan asrama, begitu ngelihat jumlahnya, yang awalnya laper banget
pas awal pesan, pas pulangnya jadi begah banget karena saking
kekenyangannya.
Yang bikin surprisenya, penjual makanan
di korea hobby banget ngasih bonus tambahan makanan untuk orang
asing, semisal saya dan alya yang kulit dan wajahnya indonesia
banget. Awalnya hanya karena kita beli bilang makanannya enak (untuk
beberapa makanan yang sebenarnya gag gitu cocok ma lidah indonesia
kita, tapi demi manner, pas ditanya gimana makanannya, kita bilang
“nomu massissoyo” sambil ngacungin jempol tangan kanan), dan
alhasil penjualnya tiba-tiba ngasih tambahan makanan dalam porsi yang
gag kalah banyak ke kita yang udah gag bisa nakas saking kekenyangan
dan gag sanggup lagi buat memasukkan makanan apapun lagi.
Hal ini terjadi pas kita ditraktir
makan sama oppa bruce. Belum habis mie yang ada dipanci (orang korea
hobby makan mie langsung dari panci, kadang pake tutup pancinya
juga), kita dikasih tambahan ttoebokki yang jumlahny setengah dari
porsi sebelumnya. Kita bertiga saling liat-liatan, dan karena sadar
sama ekspresi yang natural kita tunjukkan, oppa bruce ngenjelasin
kalau memang begitulah tradisi di korea. Dan sebagai bentuk
apreasiasi dari kita betiga yang udah disambut dengan “sebegitunya”,
mau gag mau kita menghabiskan semua makanan, meskipun dengan susah
payah.
Hari pertama di korea, saya juga sudah
“dijamu” dengan hal seperti ini. Pengalaman pertama kali makan
makanan korea di korea (sebelumnya saya sudah hobby makan makanan
korea di indonesia) memberi saya beberapa informasi baru yang
penting.
- Jangan duga bahwa makanan berkuah yang warnanya menggoda selera, akan secocok dengan rasa yang anda bayangkan. Saya pribadi, sejauh saya makan makanan berkuah di sana, hampir kebanyakan kuahnya gag sebegitu gurih dengan kuah-kuah kita ataupun kuah ramyeon yang kita makan di restauran-restaiuran korea di indonesia.Malah cenderung terasa hambar di lidah saya. Hal ini disebabkan karena orang korea gag suka pake tambahan MSG di masakannya. Selain itu bumbu-bumbu dapurnya pun kebanyakan lebih “irit” dibanding makanan indonesia yang bumbunya lebih “heboh”.
- Kimchi di negara asalnya jauh lebih enak dibanding kimchi yang ada di indonesia. Pengaruh tangan yang ngolah kali ya. Bagi saya kimchi yang selama ini saya makan di korea, gag seasem dengan yang ada di indonesia. Tapi bisa jadi karena mungkin kebetulan kimchi yang saya makan merupakan jenis kimchi yang gag gitu asem. Secara jumlah dan jenis kimchi itu banyak banget. Bahkan ratusan ! Ratusan jenis kimchi ini bisa ditemukan di museum of kimchi.
- Jajanan yang paling enak menurut saya adalah ttoebokki. Sausnya enak banget. Hanya saja, buat yang muslim, kalau mau beli ttoebokki di jalanan, trus nge -liat di dalam kuahnya banyak terdapat tambahan yang menyerupai potongan daging, sebaiknya ditanya dulu ke penjualnya “igoneun dwejineun issoyo ?” (ini ada daging babi ya ?).
- Kalau terbatas budget, saya saranin untuk gag pesan menu-menu daging sapi. Karena harga makanan menu daging, kayak bulgogi (daging sapi asap), amat sangat mahal banget. Saya pernah ngbrol sama teman saya yang lagi travelling ke korea, dia bilang pernah menghabiskan makan menu sapi seharga hampir 1 juta untuk dua orang !. Lebih baik makan daging sapinya di tanah air aja deh..apalagi rendang kita masih tetap juara sedunia kok !
- Kalau travelling korea, saya bisa pastikan anda pasti bakal kangen sama makanan indonesia. Kalau satu dua tiga hari sih, mungkin gag ya. Tapi begitu udah seminggu di sana, rasa kangennya mulai kerasa. Saya sendiri selama di sana “ngidam” banget sama indomie, sambel, sama rendang. Makan rendang yang dibawa salah satu teman saya yang notabene berdarah minang, bikin saya ngerasain “surga yang nyata” ketika di korea. Ketika sebulan di sana, nyokap memang kasih bekal abon cukup buat sebulan lebih. Saya sempat parno dengan bayangan kondisi pemerikasaan penerbangan luar negeri. Tapi ternyata penerbangan ke korea, gag sestrict seperti penerbangan dari indonesia ke amerika (yang pernah saya baca di sebuah buku perjalanan). Saya yang awalnya takut kalau jangan-jangan ketika pengecakan x-ray, tiba-tiba saya ditangguh sebentar terkait olahan daging yang saya bawa masuk dari indonesia. Memang dasarnya saya parnoan,informasi-informasi seadanya yang saya dapat cukup sukses bikin saya gag bawa persediaan makanan indonesia selama di sana. Saya sedikit menyesal ketika saya gag sempat bawa sambel sachet dan indomie ke korea. Positifnya sih, bagasi ketika berangkat gag heboh banget. Secara pas moving dari asrama tumpangan sebelum masuk ke asrama universitas, saya dan alya mesti gotong-gotongan ngangkutin koper pindah dan naik turun tangga subway yang jumlah anak tangganya “heboh” banget. Saran saya, kalau anda travelling ke korea, dan bakal nomaden dari hostel satu ke hostel lainnya,saya saranin untuk gag bawa barang-barang banyak di koper kalau anda enggan buat travelling pake backpack. Fyi, gag semua subway di seoul ada eskalatornya.
- Untuk yang muslim (taat), bisa dipastikan bahwa sedikit kesulitan menemukan makanan halal di korea. Makanan (benar2) halal hanya dapat ditemukan di area sekitar seoul centre mosque yang berlokasi di itaewon. Di kawasan ini banyak banget ditemukan toko-toko yang menjual barang-barang yang dibutuhkan oleh muslim. Karena sebagaian besar, penjual-penjualnya adalah muslim dari timur tengah. Saya gag menemukan wajah-wajah melayu ketika berkunjung ke kawasan ini.
- Tips saya untuk yang muslim : kalau mau beli makanan basah, lebih baik rajin tanya ada babinya gag. Kalau untuk makanan kemasan, pastikan bahwa bahan-bahan yang terkandung di dalamnya gag mengandung babi (meskipun kalau dipikir2 gag benar2 100% bebas unsur babi sih..). Saya sendiri muslim, tapi untuk urusan makanan jujur saya akui saya gag strict-strict banget,hehhe.. Jadi selama itu gag benar-benar ada daging (potongan) utuh, saya memilih untuk makan-makan saja. Hal yang kayak gini, pilihan sih... saya pernah “ngerepotin” seorang petugas minimarket di incheon, karena saya ngutak-ngatik mie instan segala jenis yang gag ada babi (daging)nya. Untungnyam pelayan-pelayan di sana ramah-ramah banget, jadinya saya gag merasa gag enakan sama sekali. Dan finally, saya bisa menemukan mie instan yang bebas babi (daging). Dan rasanya enak banget..hampir sama kayak ramyeon yang sering saya makan di indonesia. Alhasil begitu tau produk ini, saya jadi ketagihan makannya. Apalagi pas seminggu terakhir di korea, waktu lagi dingin-dinginnya saban hari hujan peralihan musim panas ke musim gugur.
- Mentok-mentoknya gag cocok dengan makanan di negara orang, kita masih bisa menemukan makanan yang cocok di gerai sebuah restauran cepat saji yang populer banget hampir di setiap di negara. Sekedar informasi, di KFC korea gag ada menu nasi yang tersedia. Saya cukup sekali makan kfc pas lagi transit 12 jam di bandara incheon pas mau pulang ke tanah air. Dan karena udah kebiasaan yang mendarah daging, makan daging ayam di kfc rasanya gag afdol kalau gag pake nasi. Alhasil saya cari nasi instant yang dijual di mini market, dan bisa di”masak” hanya dalam waktu beberapa menit dari sebuah mesin otomatis. Lumayan lah, mengobati kerinduan suasa makanan ala indonesia. Meskipun saya akui, bumbu dagingnya beda banget dengan yang ada di indonesia.
- Kalau anda mau makan mie instant ketika sedang menunggu pesawat dalam waktu yang lama dan mengharuskan anda untuk stay bermalam di bandara,pilihan ini rasanya jadi pilihan terakhir yang sebaiknya anda pilih. Kenapa ? entah karena memang peraturan general setiap bandara internasional, atau mungkin hanya di incheon IA saja, makan makanan mie instant di dalam area bandara tidak diperbolehkan. Saya sendiri, karena kepalang tanggung udah beli dan kepengen banget makan-makanan yang berkuah, bela-belain buat cari air panas ke restauran-restauran lain yang ada di dalam bandara. Dan thanks God, untuk kesekian kalinya orang korea ramah banget, saya jadi bisa dapat air panas gratis untuk mie instan saya. Dan itu saya dapatkan sampai harus mengetuk pintu dapur belakang restaurantnya.:D
0 komentar on "Masissoyo !!!"
Posting Komentar