Senin, 17 Desember 2012

Butterfly







Langit diluar hitam pekat.Gelap. Hanya ada sinar bulan setengah purnama yang mencuri-curi lihat dari balik dedaunan pohon _entah apa namanya. Sementara angin di penghujung musim panas berhembus pelan, menerbangkan beberapa dedaunan yang belum tersapu.


“kita gag mungkin kayak gini terus, chanyeol” 


Azka menoleh ke arah chanyeol, melihat dari bingkai kaca mata minusnya. Malam ini adalah malam kesekian untuk mereka berdua di taman belakang inha. Di bibir kolam, menghadap pepohonan yang mulai berguguran, memasuki autumn.


“kamu gag harus bilang ia. Bagiku, kita seperti ini, itu sudah lebih dari cukup. Aku belum berani untuk melangkah lebih jauh lagi” ucapnya, memainkan anak rambutnya yang sudah tak keruan lagi bentuknya. Kelas arsitektur prof.koo sudah cukup membuatnya berpikir keras. Beruntung besok adalah hari minggu, setidaknya, malam ini tak ada tugas yang akan mengganggu malam serta tidurnya.” Kau sendiri, apa yang ingin kau capai ?”


Azka menoleh ke arah laki-laki yang telah dikenalnya sejak 4 tahun masa studynya di negeri ginseng ini. Teman sekelas, cukup dekat, tapi Cuma sebatas dekat. “aku menginginkan sebuah komitmen”


Chanyeol menoleh. “aku ... aku tak bisa, ka” ucapnya pelan. Jawaban yang sama yang selalu diucapkannya sejak pertama kali pertanyaan yang sama pula diucapkan.


Azka menghela nafas panjang, meneguk sisa-sia terakhir capuccino moccanya. “apa salahnya kita coba, toh...kalaupun ommamu tidak setuju, setidaknya kita sudah pernah mencoba”


“mianhae...nan motaeyo...” jawabnya lirih.”kalau kita berpacaran, untuk sebuah ending bahwa pada akhirnya kita tidak akan menikah..itu jauh lebih buruk dari hubungan ini”


Azka menoleh ke arah chanyeol, matanya terasa memanas. Bibirnya kaku. Entah karena cuaca malam yang mulai dingin, atau statement chanyeol yang baru saja didengarnya. Tadi.


“Di keluargaku, menikah dengan orang selain korea,...selalu berujung pada pengucilan. Dan aku, aku cucu pertama di keluargaku”


“lantas,..apa bedanya dengan hubungan kita selama ini. Semua orang tau, teman-teman kita mengerti bahwa hubungan kita bukanlah sekedar teman. Bedanya..tidak ada pengesahan, dan kau tak berani untuk mengenalkanku pada keluargamu. Hanya karena....i am not korean..”


Azka tak kuasa lagi menahan tangisnya. Semuanya keluar. “jujur...aku capek chanyeol..aku capek dengan kondisi ini “ ucapnya, menyeka kedua sudut matanya.


Chanyeol memeluk erat azka, membenamkannya ke dalam dadanya. Entah mengapa hal ini kerap terjadi...setidaknya selama tiga bulan ini.


“bulan depan aku bakal wisuda. Kalau tak ada kejelasan, tak ada alasan lagi untukku menetap lebih lama di sini” ucapnya, terisak. Hening. Tak ada jawaban. Yang terdengar hanya suara desiran angin yang berhembus mulai kencang.


“uri...kkeutmanhaja...”


...

Satu minggu kemudian..

“azka, yogi mwohaeyo ?” sebuah suara membuyarkan lamunan azka yang tengah duduk di sebuah kafe di hongdae. Azka menoleh ke arah suara itu berasal. “Hi ..”


Pemilik suara yang bernama sehun itu berjalan menuju pojok kafe dimana azka berada “can i take seat here ,please ?” ucapnya, menunjuk pada kursi kosong di hadapannya.


“sure...aku memang lagi sendiri” 


“kau...kau tak bersama chanyeol ?”


Azka menggeleng. Memastikan bahwa pertanyaan ini tak akan berlanjut lagi. “setiap ke sini, aku pasti selalu sendiri” 


Mendengar jawaban dari azka, sehun hanya tersenyum. Dilepasnya headset yang sedari tadi menggantung di lehernya.


“sudahlah..kau tak perlu menutupi semuanya. Aku...sudah tau” sehun melambaikan tangannya pada seorang waiter yang tengah berjaga di pintu masuk kafe. Memesan beberapa menu yang dipilihnya. “aku turut bersedih...setidaknya, meskipun kalian benar-benar hanya seorang teman” lanjutnya, membuka botol air mineral dan menegu habis setengah isinya.”tapi perpisahan ini tentu akan terasa berat untukmu”


Azka menatapi laki-laki dihadapannya ini. Sehun adalah teman sekaligus satu-satunya orang yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sehun telah menjadi connector yang mempertemukan dirinya dan chanyeol. Empat tahun lalu di sebuah acara musik tahunan terbesar di kota seoul.


“tapi setidanya kau harus tahu yang sebenarnya.” Ucapna hati-hati.Dan benar saja, azka akan terkejut dengan apa yang dikatakan olehnya.


“ini, bukalah” 


Sehun mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, dan kemudian memberikannya pada azka.”apa ini ?” tanya azka pelan. Bercampur aduk, antara bingung, penasaran...serta, takut.


“buka saja”


Azka mengamati selembar kertas beramplop merah maroon berpita kuning emas di tangannya. Sebuah tampilan yang sedikit banyak memberikan pertanda dari isi didalamnya.


Azka menutup mulutnya begitu membaca kata demi kata yang tertera di sebuah surat yang tak lain adalah surat undangan pernikahan. 


Azka tak sanggup berkata apa apa lagi. Sehun memegang tangan sahabatnya itu. “itu sudah menjadi keputusan chanyeol. Dia berpesan padaku, agar kau bisa menerima keputusannya, dan hidup bahagia meskipun kalian tidak bisa bersama lagi”


Azka menangis dalam diamnya. Apa yang menjadi pertanyaannya selama ini , terjawab sudah. Pada akhirnya, hubungan ini tak akan pernah mencapai ujung. Ujung yang berakhir seperti yang diharapkan. Dan apa yang dikhawatirkan chanyeol terakhir kali di taman inha sudah menjadi kenyataan.


“tolong katakan pada chanyeol...aku ..turut berbahagia..”

..


Pelataran sebuah rumah sakit swasta di kota seoul tampak lenggang. Hanya beberapa perawat dan dokter yang tengah hilir mudik, lalu lalang. 


“terimakasih untuk semuanya, ..” ucap chanyeol pada sehun yang berada di hadapannya. Sembari Mengamati bungkusan obat yang berada dalam genggamannya.”bagaimana hasil check up tadi ?” sehun mengamati chanyeol yang entah mengapa terasa semakin berbeda dalam penglihatannya.


“dua minggu lagi transfusi darah akan dijalankan” jawab chanyeol lirih. Memandangi langit sore kota seoul yang masih berwarna biru terang. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.


“bersabarlah..Aku sedang mengusahakan untuk membawamu ke dokter di amerika. Professorku memiliki kenalan seorang dokter ahli penyakit lupus. Systemic lupus eritenatosus”


Chanyeol tersenyum tipis. Sehun sudah seperti dokter sekaligus perawat pribadinya yang selalu mengikuti perkembangan kesehatannya. 


“Untuk saat ini, obat-obatan ini yang bisa membuatku bertahan, meskipun benda ini selalu membuat ulu hatiku nyeri..dan ini” tunjukknya ada atas kepalanya yang tertutup topi. “semakin rontok”


Sehun memandang sahabatnya itu lekat. “tak ada yang benar-benar bisa memahami jalan hidup seseorang. Aku masih ingat, musim panas tahun lalu, saat pemeriksaan kesehatan dilakukan dan kau didiagnosa karena kadar hemoglobinmu hanya mencapai angka 6. Dan setelah itu, kau disarankan untuk menjalani serangkaian tes pemeriksaan darah. Dan...” sehun menghentikan kata-katanya. Tes kesehatan yang dilakukannya pada chanyeol dalam rangka tugas koasnya, berbuntut pada ditemukannya penyakit langka pada sahabatnya ini.
Chanyeol terseyum getir. ‘beruntung jaringan darah itu tak sampai menjalar di permukaan kulit. Kalau ia, tentu azka sudah bisa membaca semua ini sejak awal. Dan saat itu..aku belum benar-benar yakin apakah aku akan siap menerima semuanya lebih awal” ucapnya perlahan. Chanyeol menunduk ke arah lantai kantin rumah sakit yang terasa semakin putih. Ada bayangan wajahnya di sana. Efek obat-obatan yang dikonsumsinya membuat ia tampak lebih gemuk dari minggu ke minggu.


“kamu tidak boleh stress, chanyeol. Itu kuncinya..” ucap sehun pada chanyeol. Detik beriutnya, chanyeol mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. “minggu depan aku akan berangkat ke amerika. Di sana aku akan bertemu dengan seseorang yang kuharap bisa menangani penyakitmu ini”


“Terima kasih untuk semua usahamu. Meskipun saat ini..aku selalu merasa seperti berteman dengan kematian..”


“Chanyeol, kau pasti bisa menjalani semuanya” sehun menatap lekat mata sahabat yang telah dikenalnya sejak kecil. Ada perasaan takut kehilangan yang kini dirasakannya. 


“kau harus kuat, chanyeol”


...
..Aku memang tidak benar-benar mengatakannya.Pada akhirnya yang kulakukan hanya menyimpan rapat semua ini. Semua yang sudah kulakukan, termasuk mengenalkan chanyeol pada azka , bukanlah sebuah kebetulan. Meskipun terkadang terselip rasa penyesalan. Andai ada mesin waktu, aku ingin kembali ke saat-saat itu.Saat di mana, baik aku, azka maupun chanyeol tak pernah saling mengenal. Berada di sebuah persimpangan yang sulit seperti ini tentu bukan mauku. Aku harap keputusanku untuk menjalankan rencana ini adalah sebuah keputusan yang tepat. Chanyeol memang tak menginginkan azka hidup bersamanya dalam semua keterbatasan kesempatan dan waktu. Dan di sisi lain, ya...memutuskan hubungan dengan azka, adalah hal terbaik bagi chanyeol, setidaknya bagi masa depannya. Entah sampai kapan,aku benar-benar bisa lepas dari perasaan rahasia ini. Maafkan aku chanyeol,..maafkan aku azka...

0 komentar on "Butterfly"

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez