“aku merasa..abi kayak
masih ada sama kita, za” ucap islah, memandangi laman sebuah
facebook yang sudah lama tak terlihat di jejak wall.Islah mengusap
kedua pipinya yang basah lagi. Mendengar itu, faza hanya mampu
tersenyum tipis. Miris. Hampir enam bulan sejak kepergiaan
abimanyu_sahabat sekaligus tunangan sahabatnya , islah..untuk
selama-lamanya, membuat pemandangan seperti ini selalu terjadi saban
hari.
Di sisi lain. Hubungan
yang terjalin selama hampir delapan tahun sejak awal kuliah, menjadi
satu-satunya alasan logis mengapa sahabatnya itu nyaris seperti orang
yang kehilangan arah. Kerap didapatinya islah menangis berjam-jam
lamanya hanya dengan melihat facebook ataupun twitter almarhum abi.
“Cuma dengan kayak
gini, aku bisa terus ngenang dia, za” ujar islah lagi. Kalau sudah
begini, yang bisa dilakukan faza hanyalah memeluk erat sahabatnya
ini. Bibirnya terlalu kelu untuk mengucapkan sepatah kata apapun.
Kehilangan adalah hal yang bisa terjadi ke siapapun. Dan islah ,
menjadi orang pertama yang merasakan hal itu.Dibanding faza.
Faza menggeser posisi
duduknya. Ditatapnya layar halaman facebook abimanyu. Tiba-tiba dia
teringat pada obrolannya dua hari yang lalu.Bersama kia,koleganya
yang terobsesi menjadi seorang pakar forensik digital. Mahasiswa
magister teknologi informasi di sebuah universitas negeri terkemuka
di kotanya.
“kalau yang punya akun
udah gag ada, dikhawatirkan bakal jadi sasaran hacker. Ujung-ujungnya
bisa disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu” jelas kia di suatu
petang ketika tanpa sengaja faza bertemu dengannya di sebuah gerai
kopi di sebuah mall selatan jakarta.
“kalau yang ngakses
keluarga terdekat sih gag apa-apa. .” lanjutnya, sembari meneguk
habis secangkir green latte di gelasnya. Entah mengapa bayangan faza
saat itu tiba-tiba tetuju ke islah. Kematian abimanyu pada sebuah
kecelakaan mobil di puncak , membuat islah kerap memberlakukan
seolah-olah mantan tunangannya itu seperti masih ada di
sekelilingnya, salah satunya dengan kerap mengupdate status yang
berisi jadwal do’a bersama serta kata-kata kenangan tentang
abimanyu.
“aku Cuma pengen
mengenang semua yang udah aku alamin sama dia, za. Gag lebih. Dengan
baca-baca status-statusnya ini, aku jadi ngenal sisi dia yang gag aku
ketahui selama ini” jelas islah di suatu kesempatan saat faza
mempertanyakan mengapa di akun abimanyu, ditemukan banyak updatean
foto almarhum dalam kurun dua bulan terakhir ini.
“beberapa negara bagian
di amerika serikat bahkan udah memberlakukan regulasi untuk nutup
akun media sosial yang pemiliknya udah meninggal.Dan sayangnya, di
indonesia belum ada”
“berarti, di sana
password mereka yang sudah meninggal diberlakukan sebagai ‘digital
aset’ ?” tanya faza. Obrolan yang menarik dan related sama
kejadian yang dialaminya akhir-akhir ini. Sebuah akun tak bertuan.
“yup.hanya saja, buat
ngedeactive-in akunnya itu, perlu prosedur khusus dan kelengkapan
dokumen” kia memandangi faza yang terdiam ditempatnya.”salah
satunya...harus ada surat kematian”
Faza menghela nafas
berat. Apa yang dipikirkannya saat ini, tentu berhubungan dengan hal
yang akan dilakukannya untuk islah.
“aku sendiri gag habis
pikir, kenapa orang-orang terdekat mereka yang udah meninggal, masih
ngaktifin akun sosial si empunya. Kan serem banget tuh, pas lagi buka
wall, tiba-tiba ada status dari pemilik akun yang kita tahu udah lama
meninggal”
Kia bergidik ngeri.
Kejadian yang dialaminya setahun yang lalu, membuatnya tergerak
mengkaji hal ini lebih mendalam. Sekaligus menjadikannya sebagai
fokus untuk topik thesis masternya.
“di amerika ada kasus
di pengadilan antara seorang ibu yang anaknya udah meninggal karena
kecelakaan, dan perusahaan facebook.Setelah anaknya meninggal, dia
ngirim surel ke facebook untuk gag ngehapus akun anaknya. Tapi
sayangnya, sama facebok, dua jam setelah surel itu diterima, akun
yang bersangkutan langsung diblokir aksesnya.Padahal niat awal wanita
itu, gag lain karena Cuma pengen ngenal kehidupan anaknya terlebih
dahulu. Namanya Karen Williams”
“oo..yang pernah kamu
ceritain ke aku tempo hari ?” tanya balik faza.Kebiasaan mereka
bercerita adalah “me time” sendiri untuk otaknya mencerna dan
menemukan hal-hal yang baru, dan tak biasa. Dan dari kia, faza bisa
mendapatkan itu semua.
“benar banget. Padahal
kasus itu udah dua tahun lho,dan akhirnya..pihak facebook ngizinin
karen buat ngakses facebook,meskipun cuma selama 10 bulan doang.
Sampe akhirnya akun facebook itu ditutup selama-lamanya. Thats it.
Lagian gag penting banget ya, kalau terus-terusan hidup sama masa
lalu” ucap kia. Menutup ceritanya dengan sekali tegukan habis green
lattenya. “pesan satu lagi dong, mas” lanjutnya pada seorang
laki-laki bercelemek merah maroon dari balik meja kasir.
“dan itu yang terjadi
sama temanku sekarang” faza berucap pelan. Bayangannya lagi lagi
tertuju pada islah. Kalau dalam istilah kia..”tipikal orang yang
hidup di zaman sekarang, tapi tanpa sadar terjebak di masa lalu”
“miris..kadang aku
kepikiran, kalau suatu saat kita udah gag ada lagi di dunia ini, apa
ya yang bakal terjadi sama akun-akun sosial itu . Bisa jadi, gag
semua friends atau follower kita bakal ngeh kalau kita udah
meninggal” kia tak mampu menahan gelak tawanya. Mendengar itu,
entah mengapa tengkuknya terasa merinding_demikian yang dirasakan
faza.
“serem banget. Aku sih
gag mau jadi kenangan buat orang-orang yang kutinggalin” jawab
faza.”kalau aku udah gag ada, tolong kasih tau siapapun, islah
maybe..untuk nutup semua akunku ya”Ucap faza, memasang tampang
setengah konyol pada salah satu sahabatnya itu. “haha...gw becanda
kali” lanjutnya setelah sebelumnya menyaksikan mimik heran tingkat
dewa kia yang bagi faza malah terlihat kocak itu.
“bagi sebagian orang,
akun kerabat atu teman yang sudah meninggal dianggap sebagai memorial
digital. Karena alasan inilah, facebook nyediain fitur untuk ngubah
akun seseorang yang udah meninggal jadi memorial page” lanjut kia.
Matanya tiba-tiba tertuju pada faza yang tampak melamun.” Za, lo
lagi mikir apaan ?” tanyanya, mengibaskan tangan kananya ke udara,
tepat sejajar dengan arah pandangan faza. Menyadari bahwa dia baru
saja tertangkap basah sedang melamun, faza buru-buru membenarkan arah
pandangannya.
“sorry..lagi mikir
surat wasiat nih”
Jawabnya. Serta merta,
baik kia maupun faza, keduanya sama-sama tergelak.”udah ah,
ngomongin kematian, auranya jadi suram kayak gini” tutup kia.
...
“maaf ini dengan
kediaman nona faza ?”
Sebuah suara dari
seberang terdengar samar-samar di telinga islah yang baru saja
terbangun begitu mendengar suara telpon rumah yang tersambung
langsung ke telpon dikamarnya. Suara itu beradu dengan deru kendaraan
yang lalu lalang.
“mm..ya benar.ada apa
ya ?”
“kami dari
kepolisian...Maaf, saudara siapanya nona faza ?” tanya suara
laki-laki itu lagi. Islah mengucek matanya, kantuk masih terasa, buah
dari baru saja tidur satu jam yang lalu.
“saya ? oh.,saya islah,
teman satu rumahnya”
“saudara tolong segera
ke sini. Ke jalan bandung km 6. “
Tiba-tiba pandangannya
menegang. Kepolisian, jalan bandung, faza..? Detik berikutnya,
keringat dingin menjalar di dahinya. Dilihatnya jam dindig. Pukul
empat pagi dini hari. Bergegas di tujunya kamar yang terletak
disebelahnya.
“hallo..hallo...apa
anda masih mendengar suara saya ??”
Tak dihiraukannya suara
dari seberang itu. Faza tak ada di sana. Tak biasanya, di jam seperti
ini, faza belum pulang ke rumah. Selambat-lambatnya lembur di kantor,
tak sampai dini hari baru pulag ke rumah. Dan faza bukan tipikal yang
hobby keluyuran malam-malam. Termasuk dugem.
“apa yang sebenarnya
terjadi dengan teman saya ??” suara islah mulai meninggi. Bercampur
rasa panik yang mulai memuncak. Entah mengapa bayangan faza tiba-tiba
muncul di hadapannya. Satu sosok yang selalu mengingatkan untuk bisa
move on semenjak kepergian abimanyu. Satu sosok yang selalu
memintanya untuk menutup semua jejaring sosial yang berkaitan dengan
mantan tunangannya itu.
“nona faza terllibat
dalam kecelakaan beruntun di belokan maut jalan bandung km 6. Dan
sekarang, jenazahnya tengah dibawa ke rumah sakit setempat. Tolong
salah satu dari keluarganya bersedia untuk hadir saat ini juga.
Dan...”
Islah tak mampu lagi
menahan pendengarannya untuk mendengar jelas semua kata-kata dari
panggilan telpon yang diterimanya satu menit yang lalu. Abimanyu,
faza..satu persatu berkelibat di otaknya. Entah mengapa.. tubuhnya
bergetar hebat. Dan telpon pun terlepas di genggamannya.
“hallo..hallo...”
0 komentar on "Akun Tak Bertuan"
Posting Komentar