Senin, 17 Desember 2012

Akun Tak Bertuan






“aku merasa..abi kayak masih ada sama kita, za” ucap islah, memandangi laman sebuah facebook yang sudah lama tak terlihat di jejak wall.Islah mengusap kedua pipinya yang basah lagi. Mendengar itu, faza hanya mampu tersenyum tipis. Miris. Hampir enam bulan sejak kepergiaan abimanyu_sahabat sekaligus tunangan sahabatnya , islah..untuk selama-lamanya, membuat pemandangan seperti ini selalu terjadi saban hari.


Di sisi lain. Hubungan yang terjalin selama hampir delapan tahun sejak awal kuliah, menjadi satu-satunya alasan logis mengapa sahabatnya itu nyaris seperti orang yang kehilangan arah. Kerap didapatinya islah menangis berjam-jam lamanya hanya dengan melihat facebook ataupun twitter almarhum abi.


“Cuma dengan kayak gini, aku bisa terus ngenang dia, za” ujar islah lagi. Kalau sudah begini, yang bisa dilakukan faza hanyalah memeluk erat sahabatnya ini. Bibirnya terlalu kelu untuk mengucapkan sepatah kata apapun. Kehilangan adalah hal yang bisa terjadi ke siapapun. Dan islah , menjadi orang pertama yang merasakan hal itu.Dibanding faza.


Faza menggeser posisi duduknya. Ditatapnya layar halaman facebook abimanyu. Tiba-tiba dia teringat pada obrolannya dua hari yang lalu.Bersama kia,koleganya yang terobsesi menjadi seorang pakar forensik digital. Mahasiswa magister teknologi informasi di sebuah universitas negeri terkemuka di kotanya.


“kalau yang punya akun udah gag ada, dikhawatirkan bakal jadi sasaran hacker. Ujung-ujungnya bisa disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu” jelas kia di suatu petang ketika tanpa sengaja faza bertemu dengannya di sebuah gerai kopi di sebuah mall selatan jakarta.


“kalau yang ngakses keluarga terdekat sih gag apa-apa. .” lanjutnya, sembari meneguk habis secangkir green latte di gelasnya. Entah mengapa bayangan faza saat itu tiba-tiba tetuju ke islah. Kematian abimanyu pada sebuah kecelakaan mobil di puncak , membuat islah kerap memberlakukan seolah-olah mantan tunangannya itu seperti masih ada di sekelilingnya, salah satunya dengan kerap mengupdate status yang berisi jadwal do’a bersama serta kata-kata kenangan tentang abimanyu.


“aku Cuma pengen mengenang semua yang udah aku alamin sama dia, za. Gag lebih. Dengan baca-baca status-statusnya ini, aku jadi ngenal sisi dia yang gag aku ketahui selama ini” jelas islah di suatu kesempatan saat faza mempertanyakan mengapa di akun abimanyu, ditemukan banyak updatean foto almarhum dalam kurun dua bulan terakhir ini.


“beberapa negara bagian di amerika serikat bahkan udah memberlakukan regulasi untuk nutup akun media sosial yang pemiliknya udah meninggal.Dan sayangnya, di indonesia belum ada”


“berarti, di sana password mereka yang sudah meninggal diberlakukan sebagai ‘digital aset’ ?” tanya faza. Obrolan yang menarik dan related sama kejadian yang dialaminya akhir-akhir ini. Sebuah akun tak bertuan.


“yup.hanya saja, buat ngedeactive-in akunnya itu, perlu prosedur khusus dan kelengkapan dokumen” kia memandangi faza yang terdiam ditempatnya.”salah satunya...harus ada surat kematian”


Faza menghela nafas berat. Apa yang dipikirkannya saat ini, tentu berhubungan dengan hal yang akan dilakukannya untuk islah. 


“aku sendiri gag habis pikir, kenapa orang-orang terdekat mereka yang udah meninggal, masih ngaktifin akun sosial si empunya. Kan serem banget tuh, pas lagi buka wall, tiba-tiba ada status dari pemilik akun yang kita tahu udah lama meninggal” 


Kia bergidik ngeri. Kejadian yang dialaminya setahun yang lalu, membuatnya tergerak mengkaji hal ini lebih mendalam. Sekaligus menjadikannya sebagai fokus untuk topik thesis masternya.


“di amerika ada kasus di pengadilan antara seorang ibu yang anaknya udah meninggal karena kecelakaan, dan perusahaan facebook.Setelah anaknya meninggal, dia ngirim surel ke facebook untuk gag ngehapus akun anaknya. Tapi sayangnya, sama facebok, dua jam setelah surel itu diterima, akun yang bersangkutan langsung diblokir aksesnya.Padahal niat awal wanita itu, gag lain karena Cuma pengen ngenal kehidupan anaknya terlebih dahulu. Namanya Karen Williams”


“oo..yang pernah kamu ceritain ke aku tempo hari ?” tanya balik faza.Kebiasaan mereka bercerita adalah “me time” sendiri untuk otaknya mencerna dan menemukan hal-hal yang baru, dan tak biasa. Dan dari kia, faza bisa mendapatkan itu semua.


“benar banget. Padahal kasus itu udah dua tahun lho,dan akhirnya..pihak facebook ngizinin karen buat ngakses facebook,meskipun cuma selama 10 bulan doang. Sampe akhirnya akun facebook itu ditutup selama-lamanya. Thats it. Lagian gag penting banget ya, kalau terus-terusan hidup sama masa lalu” ucap kia. Menutup ceritanya dengan sekali tegukan habis green lattenya. “pesan satu lagi dong, mas” lanjutnya pada seorang laki-laki bercelemek merah maroon dari balik meja kasir.


“dan itu yang terjadi sama temanku sekarang” faza berucap pelan. Bayangannya lagi lagi tertuju pada islah. Kalau dalam istilah kia..”tipikal orang yang hidup di zaman sekarang, tapi tanpa sadar terjebak di masa lalu”
“miris..kadang aku kepikiran, kalau suatu saat kita udah gag ada lagi di dunia ini, apa ya yang bakal terjadi sama akun-akun sosial itu . Bisa jadi, gag semua friends atau follower kita bakal ngeh kalau kita udah meninggal” kia tak mampu menahan gelak tawanya. Mendengar itu, entah mengapa tengkuknya terasa merinding_demikian yang dirasakan faza.


“serem banget. Aku sih gag mau jadi kenangan buat orang-orang yang kutinggalin” jawab faza.”kalau aku udah gag ada, tolong kasih tau siapapun, islah maybe..untuk nutup semua akunku ya”Ucap faza, memasang tampang setengah konyol pada salah satu sahabatnya itu. “haha...gw becanda kali” lanjutnya setelah sebelumnya menyaksikan mimik heran tingkat dewa kia yang bagi faza malah terlihat kocak itu.


“bagi sebagian orang, akun kerabat atu teman yang sudah meninggal dianggap sebagai memorial digital. Karena alasan inilah, facebook nyediain fitur untuk ngubah akun seseorang yang udah meninggal jadi memorial page” lanjut kia. Matanya tiba-tiba tertuju pada faza yang tampak melamun.” Za, lo lagi mikir apaan ?” tanyanya, mengibaskan tangan kananya ke udara, tepat sejajar dengan arah pandangan faza. Menyadari bahwa dia baru saja tertangkap basah sedang melamun, faza buru-buru membenarkan arah pandangannya.


“sorry..lagi mikir surat wasiat nih”


Jawabnya. Serta merta, baik kia maupun faza, keduanya sama-sama tergelak.”udah ah, ngomongin kematian, auranya jadi suram kayak gini” tutup kia.


...

“maaf ini dengan kediaman nona faza ?”


Sebuah suara dari seberang terdengar samar-samar di telinga islah yang baru saja terbangun begitu mendengar suara telpon rumah yang tersambung langsung ke telpon dikamarnya. Suara itu beradu dengan deru kendaraan yang lalu lalang.


“mm..ya benar.ada apa ya ?”


“kami dari kepolisian...Maaf, saudara siapanya nona faza ?” tanya suara laki-laki itu lagi. Islah mengucek matanya, kantuk masih terasa, buah dari baru saja tidur satu jam yang lalu.


“saya ? oh.,saya islah, teman satu rumahnya”

“saudara tolong segera ke sini. Ke jalan bandung km 6. “


Tiba-tiba pandangannya menegang. Kepolisian, jalan bandung, faza..? Detik berikutnya, keringat dingin menjalar di dahinya. Dilihatnya jam dindig. Pukul empat pagi dini hari. Bergegas di tujunya kamar yang terletak disebelahnya.


“hallo..hallo...apa anda masih mendengar suara saya ??”


Tak dihiraukannya suara dari seberang itu. Faza tak ada di sana. Tak biasanya, di jam seperti ini, faza belum pulang ke rumah. Selambat-lambatnya lembur di kantor, tak sampai dini hari baru pulag ke rumah. Dan faza bukan tipikal yang hobby keluyuran malam-malam. Termasuk dugem.


“apa yang sebenarnya terjadi dengan teman saya ??” suara islah mulai meninggi. Bercampur rasa panik yang mulai memuncak. Entah mengapa bayangan faza tiba-tiba muncul di hadapannya. Satu sosok yang selalu mengingatkan untuk bisa move on semenjak kepergian abimanyu. Satu sosok yang selalu memintanya untuk menutup semua jejaring sosial yang berkaitan dengan mantan tunangannya itu.


“nona faza terllibat dalam kecelakaan beruntun di belokan maut jalan bandung km 6. Dan sekarang, jenazahnya tengah dibawa ke rumah sakit setempat. Tolong salah satu dari keluarganya bersedia untuk hadir saat ini juga. Dan...”


Islah tak mampu lagi menahan pendengarannya untuk mendengar jelas semua kata-kata dari panggilan telpon yang diterimanya satu menit yang lalu. Abimanyu, faza..satu persatu berkelibat di otaknya. Entah mengapa.. tubuhnya bergetar hebat. Dan telpon pun terlepas di genggamannya.


“hallo..hallo...”

0 komentar on "Akun Tak Bertuan"

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez