Kamis, 12 Mei 2016

Peduli Anak,Peduli Masa Depan





Akhir-akhir ini publik sedang diramaikan dengan sederetan berita tentang kekerasan seksual, dimana yang jadi korbannya adalah anak perempuan. Bahkan mirisnya di satu kasus,si korban adalah batita yang baru berumur 2,5 tahun. Setiap mendengar berita seperti ini, entah mengapa selalu miris, mengurut dada, takut dan khawatir tiap mengingat betapa besarnya tantangan orang tua di zaman ini dan di zaman saya nanti sebagai orang tua. Bahaya ini tidak hanya bagi orang tua yang memiliki anak perempuan, anak laki-laki pun tidak lepas dari ancaman terkena kejahatan seksual. Pedofil, Sodomi, menjadi ancaman mengerikan. Apalagi jika mengingat pelaku ada orang di lingkaran terdekat dengan korban. Entah itu teman, tetangga, saudara dan bahkan bisa juga orangtua korban sendiri. Lalu siapa lagi yang bisa dipercaya sebagai penjaga anak ?

Tentu jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah IBU dari anak tersebut. Sangat kecil kemungkinan jika ibu menjadi pelaku. Kalau pun ada, tentu jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan kelompok pelaku lainnya. Ibu yang menjadi pelaku biasanya berperan tidak langsung, dan tentu kasusnya lebih ke arah human traffiking.

Mengapa di sini saya menyebutkan IBU menjadi penjaga terbaik untuk seorang anak, the best guardian angel? Karena faktor tumbuh dan menyatu bersama selama 9 bulan menjadi penguat mengapa naluri seorang ibu lebih besar ke anak. Signal atau alarm bahaya seorang ibu lebih aktif, Sudah berproses secara alamiah. 

Lantas apa yang bisa dilakukan seorang ibu untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada anak :

1. Lebih Peduli dan Lebih Peka

Entah itu ibu bekerja atau ibu bekerja, rasa peduli dan peka tidak ditentukan oleh label tersebut. Hanya saja mungkin jam kebersamaan seorang ibu rumah tangga lebih banyak dibandingkan ibu bekerja. Tapi tidak sedikit juga ada ibu rumah tangga yang kepedulian dan kepekaannya kurang dibandingkan dengan ibu bekerja. Saya selalu miris jika ada ibu rumah tangga yang malah tidur siang dengan enak-enaknya, tidak tahu kalau anaknya keluyuran ke mana-mana. Okelah anak lagi bermain di rumah tetangga. Tapi jangan salah, kasus kekerasan seksual yang menimpa batita 2.5 tahun terjadi dan dilakukan oleh tetangga korban. Korban adalah teman sepermainan dari keponakan si pelaku. Terlepas dari faktor X yang bernama takdir meninggal, tapi setidaknya satu hal yang bisa kita pelajari adalah bahwa setidaknya kejadian tersebut bisa dicegah jika kita sebagai orangtua (saya belum jadi orang tua sih) peka dan paham lingkungan permainan atau pergaulan anak. Di mana biasanya dia bermain, di mana rute atau lokasi yang sering ditemui anak. Semua hal. Akan lebih bagus lagi jika kita memiliki anak yang apa-apa cerita. Hanya saja kan kalau ada kejadian mendadak, seorang anak tidak tau apa yang mesti mereka lakukan. Kita sebagai orang tua hanya mampu membentengi anak secara tepat tanpa berkesan overprotektif. Saya pribadi (karena memang belum terjun langsung sebagai orang tua, karena saya pribadi belum menikah) masih mencari-cari berbagai informasi dan ilmu bagaimana menjadi orang tua yang menjaga tapi tidak menjadi pribadi yang overprotektif. 

2. Waspada terhadap Bahaya Internet

Kasus pemerkosaan terhadap siswi SMP di surabaya yang dilakukan oleh 8 (delapan) anak di bawah umur, yang tiga di antaranya bahkan adalah siswa sekolah dasar dipicu oleh video porno yang merke tonton dari warnet. 

Pelajarannya adalah :

a. Jika rumah anda memiliki akses wifi, batasi penggunaan wifi di area-area tertentu, misal cukup dibatasi di area keluarga saja. wifi sebaiknya tidak menjangkau hingga kamar tidur anak. Sehingga ketika anak hendak browsing atau mengakses internet, hal tersebut dilakukan di ruang keluarga saja yang bisa anda pantau diam-diam.

b. Jika anda memilii kenalan programmer, minta bantuan pada ahli IT terkait rekomendasi aplikasi atau software yang dapa memblok konten-konten dewasa pada perangkat gadget anak anda. Saya sendiri sudah sempat browsing, dan memang menemukan beberapa pilihan aplikasi blocker tersebut, hanya saja saya tidak bisa menjamin keakuratan aplikasi tersebut dalam memblock konten-konten negatif teruji dan efektif atau tidak.

c. Untuk pemilik usaha warnet sebaiknya menerapkan kebijakan bahwa yang bisa mengakses internet di warnet hanya mereka yang sudah berusia di atas 17 tahun. Saya termasuk pengguna warnet aktif. Agak mempertanyakan juga setiap melihat ada anak-anak yang browsing di warnet. Karena sangat tidak aman sekali. Ketik saja kata kunci yang sangat amat general di google, yang keluar sekian ratus images-images terselubung yang absurd.


-BERSAMBUNG-

0 komentar on "Peduli Anak,Peduli Masa Depan "

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez