Kamis, 12 Maret 2009

well u..






Luv U, My (Nice)Mellow !

“Yank, kamu nangis ?”

Bimo mengangkat wajah kiara pelan. Tuh kan, pasti lagi-lagi gara-gara habis baca novel yang saat ini ada di tangannya, batin Bimo. Exactly, kiara mengangguk.

Bimo Cuma geleng-geleng kepala. Belakangan hari ini, tepat sebulan mereka jadian, Bimo jadi lebih tahu karakter asli ceweknya ini, yang mellow abiz. Apapun itu, baik lagu, cerita,lebih-lebih film, membuat kiara jadi gampang touching_begitu istilah yang disebutkan kiara untuk mengatakan mengapa dengan segitu cepatnya matanya berkaca-kaca. Ok, secara kepribadian, sedari awal_bimo tahu kalau ceweknya ini tergolong tipikal yang mudah tersentuh, peka istilahnya. Tapi, but please…semakin hari, kepekaan itu justru berubah menjadi sifat yang bisa dibilang terlalu melankolis_well, dengan kata lain,sensitive banget seh !.

Ok, satu dua kali kejadian, Bimo bisa memakluminya, tapi kalau kasusnya udah sering terjadi, bahkan hal sekecil apapun itu_sebagai contoh_saat Donta, kucing keluarga Bimo mati, yang histeris banget justru bukan siapa-siapa, malah kiara_yang kalau mas Ditya bilang,_mengalahkan kesedihan hati anak-anaknya donta yang masih kecil-kecil (anak kucing maksudnya, he…). Alhasil, selama seminggu, kiara gak henti-hentinya, membahas topik mengapa Donta bisa mpe pergi secepat itu (padahal kan, emang udah waktunya).

“kamu cowok sih yank, jelas beda. Kalian terkadang gak bisa ngeliat hal sekecil mungkin, yang pada dasarnya terlalu manusiawi banget wat dirasain. Kalian gak peka”

Well, masalah gender lagi…Emang apa bedanya sih cowok ma cewek, selain perihal fisik_ataupun antara logika dan maen perasaan, yang seolah selama ini jadi dinding pembatas jelas, why man different with woman ??.Oh, jelas semuanya tergolong abstrak bagi Bimo. Toh, kalau cowok terlalu berlebihan ngenggunain logikanya pun, kesannya malah bisa jadi apatis ma sekitar, cuek tingkat akut.Dan itupun udah gak wajar jadinya,

“Ok ok…Trus, yang mesti kita lakuin apa donk, begitu udah tahu kayak gini ? Gak mungkin kita ke sana saat ini juga kan, yank ?”Bimo bertanya pada kiara pada suatu saat ketika mereka lagi sama-sama nyaksiin berita busung lapar yang lagi terjadi di belahan benua afrika. Dan kiara, sudah bisa ditebak, telah menghabiskan sekian banyak tissue yang kemudian bertebaran di meja sofa, di mana mereka lagi nonton.

Kiara bukannya melanjutkan nangisnya, malah sontak mencubit lengannya Bimo.

“Kamu tega banget sih yank, ngeliat mereka kelaperan gitu, kamu malah enak-enaknya becanda. Gak peka banget sih ??”

Well, dan lagi-lagi…Ok yank, aku mesti nangis gittu ?? Kiara kiara….

*-*-*

Suatu sore di food court mall, saat Bimo lagi lunch bareng kiara

“Yank, kamu udah baca novel yang aku kasih ke kamu tempo hari dulu itu gak ?”

Bimo tersedak. Bukan karena potongan nugget yang dimasukkan ke mulutnya terlalu kebesaran, tapi mendengar pertanyaan yang barusan kiara ajukan. Selesain baca novel yang bagi Bimo jalan ceritanya gak banget itu ?? Oh jelas, jawabannya TIDAK. Bimo pun sudah lupa, di mana dia meletakkan novel itu, terakhir setelah kiara memasukkannya ke dalam tas Bimo, selepas pulang sekolah.Ataw, jangan-jangan_tak sengaja ketinggalan di laci meja belajarnya. Owh, jangan sampai deh, mama ataupun mbak nadia menemukannya. Bisa-bisa, berabeh tuh, Bimo jelas bakal diledekkin habis-habisan.

“Mm…”

Bimo berusaha mengulur waktu, berharap dia menemukan jawaban yang pas, atau minimal kiara mengalihkan topic ini selanjutnya. Tapi ternyata dugaan Bimo salah,

“Pasti gak kamu baca, kan ?? Jujur deh”

Upz, kok ketebak sih !.

“Err…gak gitu kok yank, kan kamu tahu kalau…kalau…”

Bimo gelagapan. Dia tahu, siang ini_lebih tepatnya sepanjang hari ini, adalah hari special bagi mereka, tepat ke2 bulan jadian Bimo dan Kiara, dan ini jelas, gak lucu banget kalau auranya jadi rusak gara-gara Bimo ngaku apa yang sebenarnya terjadi.

“Kalau apa ? Kalau Bimo gak suka semua hal yang kiara sukain ? “

Suara kiara menaik. Duh, kok jadi kayak gini sih,

“Mm…bukan gitu,.Maksud Bimo,…err…kan kiara tahu sendiri, kalau…kalau akhir-akhir ini, Bimo…Bimo lagi sibuk bantuin mama nyiapin pesta nikahnya mbak nadia !. Mama lagi butuh Bimo banget, kan kiara tahu sendiri kalau mas Ditya bener-benar gak bisa diharepin “

Dan oupz, ketauan ngelesnya,

Kiara diam. Mengamati setiap ekspresi yang ditimbulkan Bimo. Merasa dirinya diperhatikan begitu seperti layaknya seorang terdakwa yang lagi berharap gak bakal ketauan kalau baru saja melakukan sebuah kebohngan besar_BImopun hanya memilih untuk memasang tampang sok lugunya, seperti biasanya. Dan selanjutnya, Cuma nyengir kuda.

“Yaudah deh. Tapi jangan sampai gak dibaca ya. Awas lho, ntar kiara kasih yang lebih banyak lagi, biar Bimo bisa lebih ngertiin kiara”

Dan, yeah ! Berhasil!. Bimo menghembuskan nafas pelan. Kali ini, dia bisa melewatinya. Meskipun jelas sekali, hal yang kayak gini, bukan Cuma sekali dua kali terjadi di kehidupan Bimo selanjutnya. Selama dia masih milih bersama kiara.

-*-*-*-

Jam dinding berdetak sebelas kali. Sudah terlalu malam. Tidak ada lagi suara riuh dari arah ruang tengah, tempat di mana mama, papa sama mas Joe_calon kakak iparnya, ngobrol sambil nonton tv. Terasa hening. Hanya tinggal, sedikit suara dari arah kamar sebelah, kamar kakaknya_mas Ditya, yang lagi nelpon ceweknya malam-malam gini, saat semua penghuni rumah sudah tertidur lelap dalam mimpi masing-masing.

Bimo baru saja menyelesaikan paper bahasa inggrisnya, sebagai prasyarat untuk program beasiswa sekolah ke luar negerinya. Dan ini, telah menjadi mimpi Bimo selama ini. Kuliah keluar negeri tanpa gunain uang ortunya sepeser pun. Dan sebentar lagi, mimpi itu bakal terwujud_sepanjang Bimo berusaha keras kea rah situ.

Kelelahan menyelimutinya. Sudah hampir 5 jam, Bimo berada di meja belajarnya. Matanya pun sudah terasa berat menghadapi layar monitor komputer belajarnya.Dilepaskannya kacamata minusnya, dan detik berikutnya mencoba untuk merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.

Matanya terpaku pada foto yang terbingkai dalam frame hijau, yang sengaja diletakkannya di atas meja belajar, disamping tumpukan buku pelajarannya. Fotonya bersama kiara, saat ulang tahunnya 3 bulan yang lalu, dan saat itu, adalah dimana untuk pertama kalinya Bimo menyatakan perasaannya pada kiara, yang notabene, teman sekelasnya dari kelas satu.

Kiara tampak begitu manis dengan dress polkadot pink yang dikenakannya malam itu. Menambah nilai cantiknya di mata Bimo. Tersenyum, merapatkan wajahnya, mendekat ke wajah Bimo. Dan malam itu, menjadi malam terindah dan bersejarah baginya, diiringi denting lagu Because of You-nya Keith Martin_yang mengalun dari alunan piano yang Bimo mainkan.

Tapi, kemanisan itu kini malah terkikis seiring waktu. Hal ini memang terlalu dini untuk Bimo rasakan, mengingat baru beberapa bulan ia menjalani kisahnya bersama Kiara. Tapi , semuanya terpampang jelas, bahwa_sosok Kiara yang sebenarnya jelas berbeda dari apa yang dipikirkannya. Bisa dikatakan_Kiara tidak sebegitu dewasa dari tipikal wanita yang diinginkannya selama ini.Tapi di sisi lain, dirinya masih menginginkan kebersamaan ini terus terjalin, tertutupi dengan sifat polos serta cerianya seorang Kiara. Dan hal itulah yang membuat Bimo semakin bersemangat mengejar mimpi-mimpinya bersama seorang sosok seperti Kiara.

Dan Bimo pun tersenyum, lantas mengambil bingkai foto itu, dan membawanya ke tempat tidur.

*-*-*

Ujian tes seleksi beasiswa tinggal hitungan hari. Semakin hari pula, bimo makin giat menyiapkan semuanya, termasuk persiapan materinya. Hal ini menjadi penentu, apakah nantinya, dia bisa mewujudkan apa yang selama ini dia pertaruhkan. Melawan arus, dari kedua kakak-kakaknya, bahwa dia akan hidup mandiri, selepas SMU, dengan tidak mengandalkan nama besar kedua orang tuanya, yang notabene sebenarnya mampu memuluskan langkahnya kapanpun ia mau. Tapi, tentu saja, bukan hal itu yang diinginkan seorang Bimo. Kesuksesan kedua orang tuanya bukan jadi jaminan kesuksesannya nanti.

Dan sudah beberapa hari ini pula, kiara tak menerima kabar apapun dari cowoknya itu. Terakhir, yang kiara tahu_selama seminggu ini, Bimo ingin memfokuskan semua hal pada tes seleksi scholarship ke Jepang itu.

“Aku khawatir Bimo kenapa-kenapa Dhik. Kamu tahu sendiri,kesehatan Bimo itu gampang drop kalau tubuh dan pikirannya terlalu diporsir”

Cerita kiara siang itu di kantin sekolah pada dhika, sahabat Bimo dari kecil. Dhika tersenyum.

“Tenang saja,Ki. Aku yakin, bimo gak bakal kenapa-kenapa. Kamu berdo’a saja biar dia bisa dapet beasiswanya, key”

Kiara mencoba untuk tersenyum. Bagaimanapun,batinnya mengatakan, sesuatu harus diingatkannya pada Bimo. Ah entahlah, apa ini hanya merupakan bias dari sifat melankolisnya yang terlalu peka, hingga ujung-ujungnya mampu merubahnya menjadi sosok paranoid,seperti yang kerap Bimo nfusea padanya ?

-*-*-*

Jam menunjukkan pukul 11 teng. Matahari sudah beranjak naik, terlihat sinarnya menyusup melalui jendela kamarnya yang berhadapan langsung dengan di mana matahari terbit. Tapi, mengapa sudah sesiang ini, bimo merasakan dingin yang sangat, seperti halnya udara ketika jam 2 dia bangun untuk memulai belajar paginya.

Bimo mencoba membetulkan posisi tidurnya, dan selanjutnya bersender di ujung tempat tidurnya. Kepalanya tiba-tiba terasa berat. Apa karena dia lupa menggunakan kacamata selama 15 menit menjelang belajarnya disudahi semalam ?.Ah Entahlah

Bimo melongok kea rah jam beker yang terletak di atas meja di samping tempat tidurnya, nfuse-samar terlihat jarum jam berputar-putar di peredarannya. Rusakkah ?

Semuanya terasa berat, dan…

Bergegas bimo melepaskan selimut dan lantas mencari-cari sandal di kolong bawah tempat tidurnya. Dan Hup,didapatinya,. Bimo bangkit, namun beberpa langkahnya menuju pintu, tiba-tiba_kepalanya benar-benar terasa berat,layaknya sebuah godam baru saja mengenai kepalanya. Tubuhnya oleng, dan detik selanjutnya_bimo tidak mampu merasakan apa-apa lagi. Gelap.

*-*-*

“Telpon Rumah Sakit segera, pa”

Ma, jangan…lima belas menit lagi, bimo ujian

“Bila perlu panggilkan ambulance. Nad, kamu segera hubungi pak Darmawan, beritahu kalau hari ini Bimo gak masuk sekolah. Dia mesti opname”

Pa, bukan Cuma itu…Bimo perlu ujian itu

“Bik, tolong beresi semua yang diperlukan nantinya. Jangan lupa, beritahu_siapa itu namanya_”

“Siapa nyonya ?”

“Teman ceweknya Bimo yang sering ke rumah”

“Oh_mbak kiara”

“Ya, dia.kasih tahu dia jangan lupa”

Ya, hanya kiara yang mungkin bisa memberitahukan betapa pentingnya ujian itu buatku, batin Bimo. Detik selanjutnya, semuanya kembali gelap.

*-*-*

Ruangan bernuansa putih. Bau nfuse, obat, dan semuanya seolah menjadi jawaban di mana saat ini Bimo berada. Rumah Sakit. Persis seperti apa yang didengarnya beberapa jam yang lalu. Masih dalam keadaan terkulai, Bimo mencoba membuka matanya. Dilihatnya, disampingya_di atas meja, kacamatanya tergeletak. Digunakannya, untuk melihat lebih jelas lagi.

Semuanya memang benar, bukanlah kamar tidurnya. Sepi.Tak ada siapapun, mana kedua orang tuanya, mbak nadia, mas ditya ? Apa mereka lupa kalau saat ini dia sedang terbaring di sini ?

“Kamu udah sadar , yank ??”

Kiara tiba-tiba masuk dari luar. Senyum manisnya terkembang.

“Kamu tahu aku di sini ? Dari siapa ?”tanya Bimo sembari mencoba bangkit, dan bersender di ujung tempat tidur.Tali infusnya bergerak, terasa sakit.

Bergegas kiara membantunya membetulkan posisi bersandarnya. Dirapikannya selimut, dan selanjutnya, bergabung duduk di tepi tempat tidur, disamping Bimo.

“Mamamu yang ngasih tahu aku lho”

Kiara bercerita dengan gembiranya, seolah-olah baru saja sesuatu yang menyenangkan terjadi. Dan ini jelas terdengar janggal, mengingat_selama ini, yang Bimo tahu, hubungannya dengan kiara berjalan backstreet, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, kecuali mbak Nadia dan Mas Ditya tentunya.Bimo memasang tampang bingung, meminta penjelasan atas semuanya.

“Oh ya ? Kok bisa ?”

“hehe…gara-gara, aku sering mampir ke rumahmu. Waktu itu aku mau ngajak kamu nonton film Twilight, eh kamunya lagi gak ada, yang ada justru mamamu. Jadi ya udah, gak tahu gimana bisa, kita berdua selanjutnya_nonton bareng, eh habis itu, jadi deket deh. Tahu gak yank, ternyata mamamu suka juga lho baca novel,bla..bla…”

Dan selanjutnya cerita pun mengalir. Bimo tidak habis pikir, kok bisa semua ini terjadi. Kedua orang tuanya yang terlampau sibuk, mementingkan akademis yang berlebihan sehingga melarangnya untuk berkomitmen sekecil apapun dan pada siapapun saat ini, justru bisa berubah dengan kehadiran seorang kiara. Cewek mungil nan melankolis, begitu dia menyebutnya. Dan hal ini jelas membuyarkan semua pemikiran salah dan keliru Bimo pada kiara. Bahwa tak selamanya_sesuatu yang kita anggap buruk itu, akan terus menjadi buruk. Bahkan mampu menjadi suatu hal yang indah, jika kita bersabar menanti kapan waktu itu tiba. Dan saat ini, waktu itu telah tiba bagi Bimo_untuk mengetahui bahwa kiara tidaklah seperti yang dipikirkannya. Apalagi begitu mengetahui apa yang ternyata telah ceweknya itu lakukan, tanpa sepengetahuannya.

“Aku sudah meminta papaku untuk melobby rekannya yang kebetulan tergabung dalm panitia tes beasiswa, kalau calon mahasiswa yang bernama_Banyu Bimo Wardhana, boleh mengikuti ujian susulan, mengingat kondisinya tidak memungkinkan untuk mengikuti ujian pada hari H tersebut,he…”

Dan kiara pun nyengir dengan polosnya.Hati bimo benar-benar luber. Betapa selama ini dia telah menyia-nyiakan kehadiran kiara di dekatnya.

“Kok,kamu bisa tahu sih yank kapan aku sakit ?” tanya Bimo ketika kiara menyudahi ceritanya.

Kiara tidak langsung menjawab. Terlebih dahulu, mengupas jeruk yang diambilnya dari keranjang buah, dan kemudian memasukkannya ke dalam mulut Bimo. Membuat Bimo tersedak. Kiara tertawa puas, dengan gayanya yang menurut bimo menggemaskan_sekaligus ngangenin.

“Ada deh…”

“Ih, pake rahasia-rahasian segala. Sejak kapan kamu punya bakat sebagai paranormal ?”

Bimo mendekatkan wajahnya kea rah kiara. Kiara menatapnya lekat.Keduanya terdiam.Ada rasa yang berbeda dirasakan baik kiara ataupun bimo. Rasa yang selama beberapa minggu-minggu terakhir ini tak pernah mereka rasakan lagi, selain di bulan pertama mereka jadian, kalau saat ini waktu itu memang telah datang, waktu buat mereka menyadari untuk saling mengerti satu sama lain. Saling menyelami pribadi masing-masing. Dan Bimo bahagia telah mampu mencapai waktu ini, sebelum dia mengucapkan kata menyerah, dengan lantas menyudahi semuanya. Dan itu gak akan terjadi lagi,janji Bimo.

“Mm…sejak kapan ya ??Sejak…”

Bimo menunggu jawaban kiara.

“Sejak kamu bilang kalau aku terlalu perasa untuk hal-hal sekecil apapun yang menurutmu gak terlalu penting. Tapi justru hal-hal yang gak penting itu, semakin buat aku ngerti dan paham kalau sebenarnya kamu itu jauh terlalu penting dibandingkan hal-hal kecil itu. Dengan kata lain….”

“Aku janji gak bakal terlalu mellow kayak dulu lagi, yank”

Dan Bimo pun tersenyum. Ya, ketulusan hati seorang kiara memang terlalu penting bagi dirinya untuk sekedar memikirkan sedikit kekurangan kiara di mata Bimo. Dan Bimo juga janji untuk gak bakal berpikir seperti kemaren-kemaren lagi.

Bimo memeluk erat kiara.Seerat yang dia bisa. Berharap kiara gak akan pernah pergi ninggalinnya.

Dan Ruangan rumah sakit pun terasa lapang bagi mereka berdua sore itu. Ada seulas senyum dari mama, papa, dan kedua kakak Bimo menyaksikan mereka berdua dari balik jendela kamar pavilliun nomor 14A itu.

-Selesai-

0 komentar on "well u.."

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez