Kamis, 12 Maret 2009

Desember Itu...


“Kenalkan, aku Nathan…”
Uluran tangan itu, tangan yang sama seperti beberapa bulan yang lalu.
“Nasya…”
Kubalas, seperti beberapa saat yang lalu itu juga.
Dan selanjutnya, obrolan pun berjalan seperti seharusnya. Obrolan ter-kosong yang selama ini pernah kulakukan. Dengan seseorang yang bagiku tak seharusnya hadir dan menampakkan diri di hadapanku, bersikap seolah-olah antara aku, dia dan beberapa orang itu tidak pernah terjadi hal-hal spesial atau setidaknya mengesankan. Mungkin bagi dia…tidak untukku pastinya !.
“Kau masih mengingatnya, sya ?”
Helaan nafas sejenak. Bulan lalu semuanya berjalan ibarat cerita yang kerap kutulis, atau mimpi yang senantiasa kubayangkan. Indah…sangat indah…sampai akhirnya…
“Aku tak bermaksud untuk menghadirkan vei…”
Helaan nafas lagi. Nama yang sama yang kau sebut beberapa bulan lalu juga.Apapun itu, saat ini kau uturakan dan coba perjelas ke padaku, semuanya jelas tak kan pernah berjalan seperti beberapa bulan lalu…Bukan dia yang kusalahkan, tapi semua hal ketidakberdayaanmu menahan utuk tak membiarkan dia masuk lah justru yang selalu kusalahkan. Bukan seorang dia, tapi sosoknya lah yang ku kecewakan kenapa justru yang mengisi hari-harimu beserta segenap ruang perasaanmu.
”Aku sudah melupakannya asal kau tahu…”
Ya, dan melupakanku juga,pastinya !.
Berhentilah berharap kalau aku akan melupakan semuanya dan lantas bersikap normal seolah-olah antara aku dan kau, selalu akan mengigat hal-hal terindah yang pernah kita lewati, sebelum ikatan itu muncul.Persahabatan…
“Kita bisa jadi teman lagi kan ?”
Ya, dan mungkin akan terjadi sampai aku benar-benar mampu memaafkan kealpaanku mengenalmu !
Tak segampang itu. Seperti halnya kita kau kujadikan lebih dari sekedar teman.Dan saat ini, begitulah caraku memaafkan kesalahanku
“Semuanya akan baik-baik saja sebenarnya”
Ya…akan terjadi ketika ku tahu kau benar-benar tak menampakkan diri dihaddapanku lagi untuk selamanya !
Dan obrolanpun berjalan_kosong.

….
Senja yang kulihat terasa sangat tak biasa dari seharusnya. Senja yang kutanyakan pada bunda_biasa saja, namun entah angin apa dan datang dari mana, semuanya tergambar begitu indah. Dan kuhabiskan penghujung siang ini di sini, di ujung daratan yang terkadang menjadi saksi dingin betapa aku sangat menikmati kesendirian serta kesepian ini. Kesepian yang di sisi lain mampu memberiku pemahaman bahwa di dunia yang hiruk pikuk ini, setiap pribadi selalu membutuhkan ruang-ruang hidup kosong sejenak untuk mengerti arti dari hidup itu sendiri. Kita datang ke dunia memang ditakdirkan untuk menetralisir kesunyian dunia.
Sebentar lagi matahari terbenam. Angin lautpun sudah berhembus pelan. Musim dingin tahun ini, benar-benar terasa dingin. Tapi itulah letak seninya. Yang jarang didapatkan oleh siapapun di belahan dunia manapun yang kesehariannya senatiasa bergulat dengan gemerlap dan hedonisme dunia. Dingin seperti inilah yang mampu membuat jiwa menghangatkan setiap hati yang kosong…
Penghujung bulan inipun masih sama, apakah aku akan tetap berada di situasi seperti ini. Tahun lalu saja, bunda menyuruhku untuk pulang…Pulang ke pelukannya. Jelas, aku merindukan kehangatan itu. Tapi tidak untuk sekarang…Saat ini aku ingin menikmati kebekuan ini. Sampai diriku benar-benar merasa jenuh dan lantas memilih untuk beralih dan berharap takkan kutemui lagi aku yang seperti ini.
“Bulan depan aku akan kembali ke sini lagi, sya…menemuimu”
Nun jauh di sana, camar laut telah beranjak kembali ke sarangnya.
Kapanpun dan sesering apapun kau menjenguk hati ini, semuanya takkan kembali lagi.Telah kubuang jauh-jauh rasa itu, telah kukubur dalam-dalam kenangan itu, sekalipun suatu saat nanti kau ingin membukanya kembali…kau takkan menemukan hal yang persis sama seperti apa yang belakangan ini kau harapkan. Jangan pernah bermimpi denganku…
Dan hujan pun mulai turun…
….
“Bunda, besok nasya berangkat…”
Kubisikkan kata-kata itu perlahan di telinga bunda. Ia sedang tertidur dan terlelap di sana, entah sampai kapan. Sudah sebulan ia berada di pembaringan ini. Dokter memvonis bunda koma selama waktu yang tak bisa diperkirakan lagi.Sejak kejadian itu…
“Kamu yang kuat ya nak…Beginilah hidup. Selalu ada yang datang, begitu juga dengan kepergian. Bunda tak menyalahkan siapapun dalam hal ini. Mungkin, yang di atas tak mengizinkan pernikahan ini terjadi. Seseorang telah dipersiapkan untukmu, tanpa kau sadari_meskipun tak sekarang”
Kugenggam erat jemari bunda. Bukan diriku yang mesti kukuatkan, tapi pribadi jemari ini. Aku tahu…dalam hati yang sebenarnya, bunda pasti kecewa, begitu tahu, semuanya dibatalkan begitu saja.
Kutatap mata bunda. Ada kekosongan di sana, meskipun seulas senyum itu masih tetap ada. Seperti biasanya…
Kutatap lagi disekelilingku. Gordin putih, rangkaian bunga, deretan kursi, tetap saja semuanya terasa hambar. Dan lebih-lebih, saat kutatap selembar kertas bertuliskan ada namaku di sana, dan nama seseorang yang mulai saat ini, detik ini, tak kan pernah lagi kusebut namanya…sampai kapapnpun…
Nathan..
Untuk yang terakhir kalinya…

“Aku akan menunggumu”
hening
“Akan kubuktikan kalau aku mampu memperbaiki semua kesalahanku”
Diam
“Kamu cukup memberikan kesempatan itu padaku”
Sunyi
“Terserah bagaimanapun sikapmu padaku”

Kosong…
Ya, yang terakhir itu juga yang sebenarnya ingin kusampaikan padamu sedari awal pertemuan kita di bulan ini
Terserah…
Dan obrolanpun berjalan_Hambar.

Yogyakarta, Des 2508
“Untuk seseorang yang maaf…aku tak kan pernah menjadi seperti sediakala lagi. Terimakasih atas semuanya..Spirit 4 the better life !”

…SElesai…

0 komentar on "Desember Itu..."

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez