Rabu, 05 Februari 2014

Mendokumentasikan Kisah




(my travel writing workshop's certificate by TEMPO)

Satu resolusi tahun ini akhirnya kesampaiaaaaannnn....
Kalau readers masih ingat postingan saya sebelum2nya (my 2014 resolution), di salah satu poin saya menuliskan kalau pengen ikut kelas menulis professional. Jujur, saya belum pernah sama sekali mengikuti kelas penulisan. Dan Thanks God, berkat info dan tawaran dari partner saya di Legoo, Amie _serta acc dari sang tetua Legoo, bang Jamz, akhirnyaaaaa...saya punya kesempatan untuk mewujudkan resolusi saya itu, dengan biaya gratisssss...Terima kasih Legoo *xoxo*

Saya mau cerita dikit tentang kegiatan menulis yang udah saya tekuni selama kurang lebih 15 tahun. Yups, saya sudah mulai suka menulis sejak pertama kali dapat diary *waktu menang sebuah lomba, saya lupa lomba apa waktu masih kelas 4 sd*. Sejak itulah saya ketagihan nulis. Berawal dari nulis diary berlanjut ke nulis fiksi. Waktu itu saya ingat, cerpen pertama yang berhasil saya buat adalah cerpen gubahan/saduran (ditulis ulang dalam bahasa dan gaya penulisan sendiri) dari sebuah novel anak-anak. Saya lupa judulnya apa, tetapi jalan ceritanya saya masih ingat, yaitu tentang kisah seorang anak perempuan yang memiliki saudara angkat, yang tidak disukai keberadaannya, namun ternyata di akhir hidupnya (saudara angkatnya kecelakaan dan meninggal) mendonorkan matanya untuk kesembuhan seorang tuna netra. Cerpen ini adalah cerpen pertama ketika saya duduk di bangku kelas 4 sd. Waktu itu saya senang banget waktu dapat respon positif dari teman-teman sekelas yang baca cerpen saya. Dan sejak saat itulah saya hobby nulis. Jadi kalau dihitung-hitung, jam menulis saya mungkin sudah lebih dari 10000 jam. Hanya saja, karya-karya tersebut tidak pernah didokumentasikan secara baik. Baru setelah saya mengenal blog di tahun 2009, saya mulai belajar buat mendokumentasikan karya-karya saya. Blog udah kayak gallery plus 'diary' pribadi saya.

Kalau berbicara tentang prestasi bidang menulis, sejauh ini masih tingkat regional. Sharing dikit, waktu masih duduk di bangku sekolah, cerpen-cerpen saya pernah masuk majalah lokal daerah dan menangin lomba-lomba (meskipun cuma tingkat sesekolahan :D). Prestasi tertinggi saya di bidang menulis waktu  SMA, ketika berhasil jadi juara umum lomba cipta dan baca puisi se-provinsi, dan karya saya dibukukan (kompilasi bersama karya pemenang lainnya), serta Thanks God pas masih SMA saya sudah dapat laptop dari menang kompetisi tersebut. Setelah itu ? pas duduk bangku kuliah, saya sempat lolos seleksi FLP (forum lingkar pena) Yogyakarta, tetapi karena kesibukan akhirnya saya batal ikut.Kemudian saya juga sempat tergabung di klub jurnalistik jurusan, tapi lagi-lagi karena kesibukan di luar kampus, saya memilih mundur setelah dua semester bergabung. Setelah itu saya kebanyakan menulis secara mandiri, ya lewat blog ini.

Tahun kemaren saya sempat berada di 'fase galau' ketika memutuskan pengen jadi apa nanti. Saya punya 3 options, yaitu jadi praktisi urban planner, wirausahawati, atau penulis. Jujur, kalau berbicara keinginan hati saya tidak terlalu suka dengan sesuatu yang mengikat, kerja kantoran dengan tingkat stress setiap saat kurang cocok bagi saya. Saya orangnya mudah jenuh dengan rutinitas. Makanya kalau pun saya harus (karena orang tua menginginkan) berkarier sesuai background pendidikan , saya memilih untuk jadi PNS saja. Meskipun jenjang kariernya termasuk lambat, tetapi setidaknya saya punya waktu luang untuk mengembangkan bakat saya secara professional di bidang tulis menulis, sembari punya usaha sendiri. Memang kelihatannya gag fokus sih, tapi justru tiga hal itu fokus bagi saya. Dan tujuan akhirnya adalah saya ingin menjadi penulis professional yang stabil, sehingga punya waktu yang banyak untuk mengurus keluarga.

Well, apapun itu saya bersyukur dikaruniai hobby dan (mungkin) bakat dari Tuhan YME dibidang menulis dan membaca ini. Yups, merujuk pada apa yang disampaikan pemateri tadi, seorang penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Dengan banyak membaca, membuat tulisan kita jadi gag kering. Tapi setidaknya, untuk bisa menulis, satu-satunya tips terbaik adalah dengan MENULIS, MENULIS dan MENULIS !. Perbanyak jam terbang dalam menulis.

Sedangkan untuk jadi penulis proffesional, tipsnya adalah (kata bapaknya tadi) rajin-rajin belajar dari ahlinya (salah satunya dengan ikut workshop atau join komunitas penulis) juga berani diterbitkan. Perkara diterima atau ditolak ? itu nomor ke sekian. JK Rowling saja (penulis serial legendaris Harry Potter)  pernah merasakan ditolak oleh penerbit. Jadi habiskan jatah kegagalan di bidang menulis ini dulu...:D

Setiap orang bisa menulis, buktinya ? tuh bisa bikin timeline dan wall rame...:D.

Last but not least,


-Oleh-oleh terbaik dari sebuah perjalanan adalah tulisan perjalanan itu sendiri (+foto). More Everlasting dari oleh-oleh apapun, bahkan dari sebuah cerita mulut ke mulut sekalipun. Karena ketika si penulis udah gag ada, tulisan-tulisannya akan terus 'hidup'-by Anonim

0 komentar on "Mendokumentasikan Kisah "

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez