“oia, sally titip salam untukmu”
Kata langit singkat. Hampir lima belas
menit mobil yang mereka kendarai berada dalam jalur antrian panjang
mobil yang hendak menuju daerah yang sama. Seoul. Namun berkat
kedisiplinan dan saling menghargai antar satu pengendara dan
pengguna jalan lainnya, kemacetan ini tidak menguras hati dan energi
positif. Semuanya berjalan semestinya.
Kwang jo menoleh ke arah langit. Ia
memutar stir ke arah jalan dengan penunjuk jalan berwarna hijau
dengan huruf putih. Dalam aksara hangul (aksara korea) dan latin.
Tetap saja langit belum begitu ahli membacanya walaupun hanya
sekilas. Meskipun penunjuk jalan ini tersedia dalam dua bahasa, mau
tak mau matanya lebih tertarik untuk melihat tulisan dalam hangul
ketimbang langsung membaca versi tulisan latinnya. Dibandingkan
jepang dan mandarin, hangul lebih muda untuk dibaca, ditulis serta
dihapalkan. Beruntung sebelum ke sini, langit sempat mengambil kursus
bahasa korea, meskipun hanya empat bulan. Setidaknya ada beberapa
kata simple yang bisa digunakan dalam percakapan sehari-hari, dan
yang paling membantu adalah...langit bisa membaca huruf-huruf unik
itu meskipun masih dengan cara mengeja.
“apa kabar sally ?”
tanya balik
kwang jo, setelah mobil mereka memasuki jalan yang lebih lenggang.
Sebuah jalan yang berada di atas fly over. Kalau dilihat sekilas, fly
over yang mereka lewati ini lebih kurang hampir sama dengan yang
biasa ditemukan di jakarta atau kota-kota besar lainnya di indonesia.
“dia baik-baik saja. Mungkin nyaris
sama dengan yang kau temui sewaktu dia masih study di sini”
Jawab langit.
Langit mengalihkan
pandangannya ke arah langit lepas. Tidak terasa ia berada di langit
yang sama, namun berbeda posisi bumi saat ini dengan sally, dan satu
orang lain lagi.
“mengapa dia tidak ikut bersamamu ke
sini ?”
“sally sedang sibuk menyiapkan suatu
urusan yang penting saat ini. Kalau tidak, tentu kemanapun aku
travelling, sally pasti akan ikut. Kami sudah nyaris seperti saudara
kembar yang tak terpisahkan”
“well, dulu mengapa kau tidak ikut
sally kuliah di seoul ?”
Kwang jo bertanya lagi. Meminjam
istilah sepupunya yang masih di bangku sekolah, ini orang kepo juga_
batin langit.
“program beasiswa yang kami ikuti
berbeda. Aku memilih untuk melanjutkan yang dekat dengan indoensia
saja.singapura”
“wow, kau pernah menetap dan
bersekolah di singapore ?”
tanya kwang jo setengah berteriak , yang
langsung dibalas dengan kalimat yang sama diucapkan oleh kwang jo
ketika langit merespon setengah histeris begitu tau mereka akan
berangkat ke seoul “aishhh...kau sama saja seperti sally “
Dan mereka berdua melebur dalam tawa
yang lepas.
Langit mengangguk “ satu tahun yang
lalu lebih tepatnya”
“Asia timur merupakan kawasan yang
menghipnotisku untuk bisa kukunjungi selama hidupku. Jepang, korea,
china adalah tiga di antaranya. Maybe someday aku harus mencoba
bepergian ke maccau, taiwan atau hongkong”
“daebak..berarti kau sudah pernah
menginjakkan kaki ke china ?”
Langit menggeleng. “ it’s my next
destination. Korea selatan adalah negara kedua yang kukunjungi.
Waktuku terlalu banyak kuhabiskan di singapore”
“sekarang aku tau, mengapa ketika
libur natal, sally selalu memutuskan terbang ke singapore. Karena
ingin mengunjungimu ?”
Langit mengangguk.
Mobil mereka kini mulai memasuki area
kawasan pemukiman. Dengan tipologi jalan yang agak sedikit datar
dibanding dengan kawasan pemukiman yang langit lihat sebelum memasuki
kawasan ini.
“welcome to seoul....”
Ucap kwang jo singkat.
Ada perasaan yang sedikit berbeda yang
langit rasakan sekarang. Sedikit berbeda dengan apa yang ia rasakan,
dan pikirkan satu jam yang lalu._Saat mobil yang mereka tumpangi
melenggang meninggalkan incheon international airport.
Pertokoan dengan tulisan-tulisan hangul
yang mencolok merupakan bangunan yang paling banyak ditemukan di sisi
kiri dan kanan jalan. Kebanyakan dari pertokoan itu adalah
restaurant, mini market bertuliskan “Family mart” (yang berhasil
dibaca langit dengan sekilas, karena ditulis dengan aksara latin
berwarna hijau dan dalam font yang lumayan besar), mungkin semacam
“indomaret” ,”Circle K”, dan sebangsanya jika di
indonesia_serta beberapa di antaranya adalah “noraebang” alias
tempat karoeke yang notabene menjamur di korea selatan. Khususnya
seoul, begitu yang langit baca dari sebuah buku travelling yang
dibelinya satu minggu yang lalu. Noraehaeyo, yang artinya “bernyanyi”
atau lebih tepatnya diartikan “ berkaraoke” merupakan hobby
hampir semua masyarakat seoul. Jadi tidak heran jika tempat-tempat
yang menyediakan fasilitas ini banyak ditemukan di kota ini. Dan
suatu hari nanti, setidaknya langit sudah bertekad untuk mencobanya.
Setidaknya sekali saja. Meskipun langit tau, apakah dia akan bisa
membaca hangul secara cepat dan menyanyikannya. Kecuali untuk
beberapa lagu yang memang sudah dihapalkannya luar kepala. Salah
satunya lagu “S.E.O.U.L” milik super junior berkolaborasi dengan
para member girl band terkenal korea selatan, Girls generation.
Wait...Seoul ? Here is Seoul ?
“se...oul ?” tanya langit pelan,
nyaris berbisik ke kwang jo.
Kwang jo mengangguk mantap.
Jika ini seoul, ok..dirinya melihat
lalu lalang orang-orang bermata sipit di trotoar jalan. Mereka memang
sama persis dengan figuran-figuran yang sering dilihatnya di drama
korea. Bahkan tidak sedikit diantara mereka menggunakan style dan
warna rambut yang sama seperti tokoh utama kebanyakan. Dari
belakang, jika tidak ingat bahwa orang korea adalah masyarakat yang
peduli dan sadar dengan fashion alias stylish, tentu langit akan
berpikir betapa mudahnya menemukan artis di negara ini. Cara
berpakaian mereka tidak kalah dengan bintang drama ataupun idol
lainnya.
Tapi..where’s Sejong The Great’s
Statue yang tengah duduk disinggasananya dalam balutan warna emas di
tengah-tengah jalan raya ? atau patung laksama_ yang langit lupa
namanya_ berdiri kokoh di depan atraksi air mancur yang berlokasi
tidak jauh dari patung King Sejong yang dilihatnya di music video
part sunny dan shin dong ? di mana mereka ?
Ada sedikit kekecewaan, sedikit...yang
dirasakan langit kini. Ternyata tidak di korea, di indonesia..realita
tidak selalu sama dengan apa yang digambarkan di media seni, apalagi
itu promosi !.
Summer kali ini semakin terasa panas
bagi langit. Ia mengambil kipas kertas dari dalam tasnya. Peluh
keringat membasahi dahinya.
“hari ini dan kemaren merupakan hari
terpanas di korea. Begitu juga yang dilaporkan oleh BMG kota seoul”
Langit hanya mengangguk singkat. Entah
karena perasaannya sudah tak se-interest tadi atau memang kondisinya
yang kurang fit, sehingga langit merasakan moodnya kurang terasa
baik.
“kau..kau sakit langit-ssi ?” tanya
kwang jo. “mengapa wajahmu terlihat pucat ?” tanyanya lagi.
“a..ani..aku mungkin hanya kelelahan
setelah delapan jam berada dalam pesawat tanpa sempat tertidur”
ucapnya.
“aa..i see. Mungkin begitu tiba di
apartementku, akan lebih baik kalau kau langsung beristirahat. Bisa
jadi kau menderita jetlag..kkkkk....meskipun perbedaan waktu antara
indonesia dan korea hanya terpaut dua jam “
Entah mengapa, begitu melihat kwang jo
tertawa lepas tadi, langit seolah melihat seseorang secara real. Yang
tak pernah ditemuinya di kehidupan nyata. Lee Jin Kiiiiiiii...alias
Onew, pentolan dari sebuah boy band asal korea selatan yang sudah
digilai langit sejak tahun pertama dia kuliah.
Bedanya wajah mereka beda, dan
kesamaannya hanya satu..mereka sama-sama memiliki smilling eyes !.
Dan tentu hampir semua orang korea memiliki hal yang sama. Langit
tersenyum-senyum sendiri.
Mobil pun berhenti di traffic light
yang tengah menyala di lampu merah. Hampir dipastikan tidak ada mobil
yang mencoba menerobos lampu merah seperti yang biasa terjadi di
detik-detik pergantian lampu kuning ke merah di indonesia.
Segerombolan pejalan kaki menyerbu zebra cross dihadapan mobil _di
mana langit dan kwang jo ada didalamnya. Beberapa diantara mereka ada
yang fokus menatap ke depan, sebagian ada yang sambil berbincang
kecil, dan sebagian lagi yang tengah seru dengan headset yang
tersambung dengan gadget yang mungkin berisi playlist lagu yang
tengah mereka dengarkan. Tapi kesamaan mereka juga satu...sama-sama
berjalan cepat !
Lampu hijau kembali menyala. Mobil pun
berbelok ke arah kanan. Langit sempat membaca tulisan di penunjuk
arah berbunyi “jaegi-dong”. Mungkin nama kawasan, atau bisa jadi
berarti “turn right” atau dalam bahasa indonesianya “belok
kanan ikut lampu pill “ begitu yang kerap ditemukannya di setiap
perempatan lampu merah.
“well, kita sebentar lagi akan tiba
di apartementku”
Ujar kwang jo.
“apa nama daerah ini ?”
“jaegi-dong” jawab kwang jo singkat
yang diikuti ucapan “ooo..” oleh langit. Dia baru saja keliru.
Kursus super kilat empat bulan tidak cukup membuat langit ingat bahwa
“turn right” adalah “eoreuncok-ero” dalam bahasa koreanya.
Bukan “jaegi-dong”.
Jalan kembali menanjak. Kali ini mereka
memasuki jalan dengan ukuran yang lebih kecil. Satu dua mobil
terparkir di badan jalan. Mungkin karena keterbatasan lahan, membuat
parking on the street juga terjadi di kota ini. Hanya saja tidak
sebanyak di indonesia, dan kondisi jalan serta trotoarnya dalam
keadaan bersih. Tanpa sampah, limbah ataupun aksi vandalisme yang
kerap ditemukan di jalan-jalan di kota-kota besar di indonesia.
Jalanan ini tampak sepi. Tak terlalu
banyak orang lalu lalang. Bisa jadi karena cuaca panas begini membuat
siapapun enggan untuk beraktivitas di luar ruangan.
Dan akhirnya..mobil pun memasuki
halaman kecil yang menanjak naik tepat di sebuah gedung berlantai 4.
“ini apartementku. Lebih tepatnya
gedung kecil dimana aku dan teman-temanku tinggal”
Kwang jo mematikan mesin mobil. Langit
menatap ke depan. Ada rasa lega yang dirasakannya sekarang.
Setidaknya, bangunan yang dihadapannya ini bukanlah bangunan
apartement dengan berpuluh-puluh lantai yang hanya akan membuat
“phobia”nya kambuh.
Kwang jo membuka pintu mobil, “ ok,
selamat datang..”
Ucapnya singkat. Dan langitpun
mengikutinya. Membuka pintu mobil, dan mengeluarkan barang bawaannya.
Koper merah maroonnya.
Welcome to korea,langit... welcome to seoul (?)....
Welcome to korea,langit... welcome to seoul (?)....
0 komentar on "Loveable Namsan (ep 3)"
Posting Komentar