CHAPTER 11
Vito menatap pelan ke selembar foto kenangannya. Foto yang diambil belasan tahun silam. Foto kecilnya bersama gadis kecil, berkepang dua, yang tampak begitu ceria duduk di atas boncengan sepedanya. Gadis itu bernama Defa, Nandefa Anastsya. Sahabat kecilnya, dan sekarangpun…persahabatan itupun masih tetap ada.Sampai kapanpun.
“Kamu janji kan Vit. Apapun yang terjadi, kita akan tetap bersama-sama mewujudkan impian kita. Kita akan menjelajah tempat-tempat terindah di dunia ini”
Vito tersenyum. Ya, gue janji Def…
Pikiran Vito melayang. Betapa rasa itu kini telah berubah. Perasaan yang melebihi sekedar rasa sebagai seorang sahabat. Dan itulah yang dirasakannya semenjak pertemuan pertamanya dengan Defa, setelah sekian lama perpisahannya dengan sahabat lamanya itu.Betapa, inilah yang selama ini dia cari. Betapa gembiranya ketika tahu bahwa keluarganya akan menginjakkan kaki ke Jakarta, yang artinya ia akan segera menemui Defa.
Namun sayangnya… telah hadir Findra, yang lebih dulu mendahuluinya. Dan sekarang…setelah berakhirnya hubungan Vito dengan Kiki (yang tak lain dijadikannya hanya sekedar pelarian), ia mulai merasakan rasa itu hadir kembali. Rasa yang membuatnya selalu tertuju pada sosok Defa.
Rencananya, di hari ulang tahun Defa, Vito telah menyiapkan segalanya , termasuk niatnya untuk menyatakan semua perasaannya pada Defa. Melalui lilin kecil yang jika dinyalakan akan terangkai menjadi betuk hati, simbolisasi perasaan Vito yang sebenarnya. Dan sayangnya lagi…Hujan keburu menggagalkan semuanya !.
Dan entah kapan lagi, ia mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya lagi.
***
“OH MY GOD !!! MAMA !!! BIK YEM !!!”
Mama berlari-lari tergopoh ke arahku, yang diiringi mbok yem.
“Ada apa sayang ?! Whats wrong sama kamu ?”
“Iya non…ada apa toh…opo yang sedang terjadi ?!”
“Mama, bik yem…lihat ini…Surprise !!!”
Aku menujuk kearah jarum jam yang bertengger di angka 54. Prestasi pertama dan terhebat yang pernah kuraih. Menurunkan 3 kilo lemak dari tubuhku !
“Wah…sayang…Mama gak nyangka. Akhirnya kamu bisa juga. Selamat ya…”
Mama menciumiku. Tak ketinggalan bik Yem.
“Jangan lupa dijaga ya non. Kalau bisa diturunkan lagi sampai benar-benar ideal”
Aku mengangguk. Yup, pastinya ! Aku kan sudah janji sama Vito untuk serius kali ini.
Oh ya, aku harus memberitahu dia tentang keberhasilan ini. Vito pasti senang.
***
“Cherrsss…”
“Keberhasilan ini mesti dirayakan !”
Seorang pelayan membawakan sepiring rujak buah yang Vito pesan khusus untukku. Cemilan favoritku semenjak kuputuskan untuk menjalankan program ini.
Oh ya, sekedar pemberitahuan. Nafsu makanku sekarang sudah mulai stabil. Bahkan cenderung normal. Butuh perjuangan berat, untuk meyakinkan diri kalau menstabilkan pola makan itu gak bakal mengganggu programku sama sekali, apalagi menambah lemak dalam tubuhku, asalkan…aktifitasku gak berhenti dan yang kumakan bukan Junk Food !.
Inilah bedanya program dietku. Bukan menyiksa tapi mengobati !. Soalnya penitikberatanku bukan pada makanan, tapi terlebih pada aktifitas tubuh !.
Yes, aku akhirnya berhasil sembuh dari phobia dan sifat paranoidku pada makanan ! Untung aja aku berhasil ketemu ma Vito. Coba kalau gak, pasti sekarang…aku sudah menderita anorexia, bulimia atau sejenisnya, atau..malah kebalikannya …Obesitas Akut !
“Vit…gue berhutang budi sama lo. Gue gak tahu gimana ngembalas semua perhatian yang udah lo lakuin ke gue. Kalau gak ada lo, sampai kapanpun gue bakal GATOT terus”
“Udahlah. Gak usah lo pikirkan kok. Oh ya, bagaimana dengan impian dulu ? Lo mau jadi Reporter kan ?”
Upss…hampir aja aku tersedak,
“Oh iya, gue hampir lupa. Untung aja lo ngingetin”Bergegas aku menenggak segelas orange jus. Pedas banget…
“Kemaren, waktu gue mampir di sebuah stasiun TV swasta. Ada lowongan bagi siapa saja yang ingin menjadi Reporter. Kalau gak salah…Reporter buat sebuah acara keliling nusantara gitu”
“Apa ?! Beneran ?!”
“Ya gittu deh. Kalau lo mau, gue bisa kok ngambilin Formulir pendaftarannya besok”
Sabtu, 04 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar on "nonamelicious #11"
Posting Komentar