Minggu, 19 April 2009

Ketika Saya Bertanya...


saya selalu merasa takut dengan apa yang saya kerjakan, lebih tepatnya "malu", "minderan", atau apapun itu. Apalagi jika menyangkut dengan semua hal yang berhubungan dengan ketemu orang baru, serasa benar-benar diri tidak memiliki sedikit keberanian, keterbatasan-keterbatasan yang nantinya akan mendudukkan posisi saya pada posisi stagnan yang menunjukkan bahwa "saya bukan siapa-siapa". Tidak tahun, sejak kapan pastinya saya mengalami penyakit kejiwaan ini, saya benar-benar phobia berada pada situasi, dimana orang lain adalah momok, "batu rintangan" yang ingin saya lenyapkan sepanjang hari, dan keesokannya berharap ini semua hanya mimpi, dan saya tak pernah mengalaminya.
Jika berbicara mengenai karakter dasar saya, jelas semuanya menjadi sebuah jawaban. Bahwa,keintrovertan saya sangat disuplai oleh karakter asli bawaasn saya, yang sedari saya sudah berannjak remaja, yang lebih menyenangi berkutat dengan dunia-dunia "kesendirian" saya. Saya lebih senang, berjam-jam menghabiskan satu buku bacaan ketimbang pergi keluar, menemui teman permainan saya, sekedar duduk dan bersama-sama membahas hal-hal lucu apa saja yang seharian ini terjadi di sekolahan, sembari menghabiskan sore, menanti senja tiba.Ataupun, di kasus lain, saya betah menekuri tontotan acara reality show atau drama korea sore (selepas mengerjakan rutinitas wajib saya, mencuci piring), ketimbang ikut keluar bersama ibu saya ke rumah tetangga sebelah (yang kebetulan, karena rumah saya adalah kompleks pemukiman, notabene jarak antara rumah saling berdekatan, dan ini sangat memungkinkan sekali terjadinya interasksi yang lebih intents), sekedar ngobrol, ataupun menyaksikan keramaian jalan yang ramai lalu lalang oleh anak-anak komplek bermain. Well, semua itu seolah jadi gambaran, bagaimana kesendirian saya benar-benar saya nikmati, tanpa mencoba memasuki orang lain, untuk sekedar tahu bagaimana dunia saya yang sebenarnya.
Namun beranjak dewasa, seumuran ini, saya mulai menyadari, ternyata tak selamanya "kesendirian" itu harus saya pertahankan. Mengingat bahwa saya hidup di lingkungan yang benar-benar menuntut kita untuk lebih "show Up" istilahnya kepada dunia luar, serta lingkungan dimana "ke-PROaktifan" saya dalam berkomunikasi, sangat berperan penting dalam keberlanjutan seorang "saya", terutama untuk jangka panjangnya, terhadap masa depan saya. Dunia planner, dalam impian saya, ingin menjadi (insyaallah), menjadi seorang konsultan pembangunan, dirasakan mau tidak mau, harus membuat saya berpikir dua kali, bahkan lebih, apakah saya harus menmpertahankan "habit" ini, dan lantas sedikit tidak mengacuhkan, bahwa saya harus "berubah".
LINTAS KARAKTER, itu yang kerap saya temukan pada tiap pola pikir orang disekeliling saya,ketiak saya ajak untuk sedikit mau bertukar pikiran tentang penyakit akut ini.
Apakah dan seperti apakah lintas karakter itu ? Apakah saya mesti merubah diri seorang saya aslinya, lantas menjadi sosok baru, yang saya rasa teramat asing sekali. Bahkan untuk sekedar menanyakan "benarkah ini saya?"
Hidup memang terkadang terlalu sederhana untuk dimaknai dalm satu arah. Ada saat dimana saya benar-benar tak ingin menjadi siapapaun, just i am,tapi disisi lain terkadang, saya pun merasakan betapa sangat tidak enaknya menghadapi situasi dimana saya benar-beanr layaknya "sapi ompong", yang tak tahu harus berkata, atau menjawab apa, ketika seseorang yang sangat asing tiba-tiba saja menampakkan diri dalam satu hari dari sekian ribu waktu hidup saya.
Hidup terkadang menuntut saya harus menunggu, untuk menemukan jawaban itu.
Terimakasih untuk keluargaku yang tak pernah lelah menemaniku dalam penantian itu...

0 komentar on "Ketika Saya Bertanya..."

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez