Dan Aku Terus Berlari…
Siang ini cuaca tak seperti biasanya.Masih terlihat begitu cerah. Padahal beberapa hari belakangan ini awan mendung masih menaungi kota Yogyakarta. Hal ini yang terkadang membuat Vei malas untuk keluar ke manapun. Tidak juga untuk beranjak menengok ke luar begitu hujan telah reda. Semuanya terasa berat.
“Lalu, bagaimana dengan rencanamu berlibur ke Lombok,vei ?” mama bertanya sore hari ini. Saat semua anggota keluarga sedang tidak ada di rumah. Papa pergi ke luar kota, sementara mas Diaz, gak tahu ke mana.Palingan nongkrong seharian di laboraturium kampus, berkutat dengan eksperimen kimia, yang saban hari telah menjadi rutinitas abangnya itu.
“Gak jadi ma. Di sana juga sama, musim hujan. Gak lucu aja, diguyur hujan gini liburan ke pantai”
Vei memperhatikan sesuatu di luar jendela sana. Taman bunga mawarnya makin berbunga indah. Merekah.
“Trus, liburan kali ini bakal kamu habisin di rumah aja ?”mama berjalan kea rah dapur. Namun, karena hunian keluarga Vei memkai konsep minimalis, suara mama terdengar masih begitu jelas, sekalipun sedang berada di dapur. Jarak ruang tengah dan dapur tidak begitu jauh.
Vei menoleh ke belakang, kea rah mama yang ternyata tengah sibuk menyiapkan teh, pertanda kalau bentar lagi papa pulang kerja.
“ya, apa boleh buat. Vei milih gak ke mana-mana aja” vei merengut. Menekuk wajahnya.Dan kembali mengarahkan pandnagannya ke depan, ke arah luar jendela. Sinar matahari sore semakin membuat warna merah mawar menjadi semakin merona.Tapi tetap tak berniat sama sekalii untuk keluar.
“Apa kita mengunjungi mbak kikan saja ?” mama telah selesai menyiapkan secangkir teh, dan kini mengalihkannya lagi ke acara menata biscuit satu-persatu ke piringan. Jamuan minum teh ala keluarga Vei, seperti biasa, akan segera digelar. Papa, mama, dan Vei sendiri adalah tamunya.
Vei menggeleng. Mengunjungi mbak kikan adalah salah satu hal yang paling tidak diinginkannya. Mengunjungi mbak kikan sama asrtinya mengunjungi sepupu ‘tercinta’nya_diandra, dan itu sama halnya juga,membangkitkan kembali kenangan-kenangan buruknya dengan saudara pihak ibu yang tak pernah bisa ia ajak kompromi itu.
“Lagi gak mood berantem ma dian” jawab Vei.
Mama tersenyum. Vei…vei..masih saja gak bisa akur ma sepupu sendiri..
“Abisnya c, dian terus yang ngajak berantem. Deket dia, bawaanya gak pernah damai mulu..” Vei cemberut. Kalau sudah ngomongin dian aja, gak ada bagus-bagusnya d…
“lho kok jadi ngomongin dian c…kan mama Cuma nawarin mw ngunjungin mbak kikan atau gak..Sydney-Yogya kan gak terlalu jauh”
Vei tetap menggeleng. Terkesan terlalu jauh jika harus menghabiskan masa liburannya untuk bepergian ke luar negeri. Selain melelahkan dan menghabiskan waktu dengan segala persiapan tetek bengeknya, liburan ke luar negeri baginya merupakan sebuah pemborosan uang jajannya. Karena dengan begitu, mama pasti akan memotong sebagian uang jajannya jika Vei lebih memilih untuk berlibur tidak di dalam kota, apalahi Negara.
“Vei di sini aja deh ma..” Vei memeluk bantal kursi yang sedari tadi didudukinya.
Mama menyudahi kegiatannya dengan menutup lemari penyimpan makanan, dan lantas menaruh kaleng biscuit ke dalamnya.
Ting.Tong.
Bel berbunyi dari luar.
“Biar mama aja yang bukain”
Palingan mas Diaz yang lagi iseng,sok-sokan pencet bel buat dibukain pintu..batin Vei
“Vei…Tebak siapa yang datang, sayang”
Suara mama makin mendekat. Terdengar lain dari biasanya.
“Tarraa…Here I come !!!” vei kelimpungan ketika sesosok tubuh merangkulnya dengan cepat.
“Ih…apaan c ?!” Vei mencoba melepaskan rangkulan itu. Dan ketika Vei menoleh..
“Dian ?! Oh, my Goodness, ngapain kamu di sini ??”
Dian cengengesan. Dia tahu meskpun penyambutan tak bakal semeriah, seperti biasa..Vei pasti akan menyakan mengapa ia harus berada di sini.
“Hello, ya liburan lha…Kamu c ditungguin liburan ke sana gak pernah nampakkin batang hidung.How are you, dear ?”
Mama tersenyum sembari berjalan menuju pintu. Sebuah suara sepertinya tengah berada di sana.
“Buat apa coba aku maen ke Sydney ?? Mendingan dalam negeri aja deh, atau minimal…”
“Dian, how can you forget this, honey…” mama setengah memekik. Dan..
“Robert !!! I’m so sorry…” dian melepas rangkulan tangannya di Vei, dan lantas berdiri menghampiri sesosok yang begitu terlihat kelimpungan dengan segenap barang bawaannya.
“Its okay…Never mind..”
Yang di hampiri terlihat begitu kikuk denga perlakuan ‘berlebihan’ dian.
“Beneran kamu gak apa-apa ??Oh No…really-really make me so guilty…”
Vei bengong. Nih orang salah masuk kali ?atau jangan-jangan di lagi bermimpi ??
“Hi..” sesosok itu menyunggingkan senyumnya.Dan dia terlihat begitu familiar di mata Vei…
Saat Hidupku Harus Memilih..
Untuk beberapa detik ini, kemarin berlalu dengan begitu saja…semuanya seaakan berjalan tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan.Tapi semua ini salahku.tak ada yang salah dengan kanan, hidup ini, apalagi Tuhan. Tuhan tak mungkin salah menempatkanku. Apapun itu, kuharap akan berujung bahagia. Kutahu ini tak mudah, tapi tak mungkin dan tak akan ini berharir di saat yang tak seharusnya semua ini berakhir. Semua hal yang terindah dalam hidupku akan kujalani di sini. Tak akan ada lagi cacat noda di sini, tak akan ada lagi sebuah kisah yang salah, yang seharusnya tak hadir saat ini. Maafkan aku atas kesalahan ini, Tuhan…janjiku tak akan ada dan terulang lagi…
Bukankah hidup itu indah pada akhirnya ? tak ingin kujalani semua ini dengan ketergesa-gesaan…kisah yang salah, aku tak kan menyapamu lagi, untuk itu….maafkan aku,
Well, semuanya terasa abstrak, sangat abstrak….itulah hatiku, saat kisah yang salah itu bermula…
Kamis, 12 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar on "jingga"
Posting Komentar