Kamis, 01 November 2012

Malam Tahun Baru






Niken menutup payungnya yang basah terkena guyuran air hujan. Kakinya baru saja menginjakkan halte bus sekolah, tak ada siapa-siapa di sini. Hanya dirinya. Wajar saja, jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Satu jam lewat dari jam pulang terakhir sekolah. Dan satu jam yang lalu pula, les tambahan bahasa indonesia baru saja selesai diikutinya.


Niken mengamati sekeliling, bangku duduk untuk menunggu bus yang terlihat kosong. Padahal biasanya ,dia selalu tak kebagian tempat duduk _di jam-jam normal dimana seluruh siswa sekolahnya berbondong-bondong berebut naik bus yang sama. Dan adalah kebiasaan niken selalu memilih pulang sendiri. Di sekolah barunya, ia belum menemukan satu orang pun yang bisa menjadi teman dekatnya. Padahal di sekolah lamanya, niken merupakan salah satu murid populer, berkat keahliannya memainkan olahraga wushu. Di sini, wushu bukan merupakan cabang ekstrakulikuler yang ada di sekolahnya. Dan oleh karena itu, sampai semester ini hampir selesai, Niken belum memutuskan apakah ia akan tetap di eksul jurnalistik atau berpindah ke bidang lain. Keputusannya untuk memilih jurnalistik, dikarenakan hobbi fotographinya, selebihnya_ia tak benar-benar suka dan bisa menulis berita.


“Hai” 
sebuah suara membuyarkan lamunannya. Niken menengadahkan pandangannya ke sumber suara,_setelah sebelumnya memandangi cipratan genangan air yang terkena terpaan setiap kendaraan yang lewat. Hujan masih turun dengan derasnya.


“mm,hai”
jawab niken singkat, berusaha untuk tetap tersenyum_dan mengingat nama dari pemilik wajah yang menyapanya ini.


“kau juga menunggu bus pulang ?” tanya lelaki berwajah indo , berambut ikal. Niken mengangguk. Apakah dia murid pindahan sama sepertiku, tanya niken dalam hati.


“boleh aku duduk di sini ?” tanyanya, menunjuk tempat kosong di sebelah niken.


“tentu saja, silahkan” 


Niken menyingkirkan payung yang disenderkannya di bangku yang akan diduduki murid laki-laki ini.
“Kenalkan, aku zhafran” ujarnya. Niken nyaris tergelak, wajah indo sangat kontras dengan sebuah nama yang barusan terdengar di telinga niken. Anggap saja dia sama sepertiku, punya orang tua yang membuatnya untuk lahir dan menetap lama di negeri orang, dan alhasil_pulang-pulang mengalami culture stock dengan negara sendiri, batin niken. Bedanya, dilihat dari wajahnya_wajah non pribumi jelas tak terlihat, kecuali jika mendengar namanya.


“hei..” sapa laki-laki yang bernama zhafran. 


“o, maaf. ..aku..namaku niken, niken naora” ucap niken sambil menyambut uluran tangan zhafran. Entah karena cuaca seperti ini, atau karena baru saja terkena air hujan_niken merasakan tangannya dingin.

“kau sendirian ?” tanya niken, mencoba untuk balik ramah pada kenalan barunya.


Zhafran mengangguk. Menceritakan bahwa pulang sendiri adalah hal yang setiap hari dilakukannya. Niken merasa apa yang dialami zhafran-adalah apa yang sering dialaminya juga.


“Aku murid pindahan. Lebih tepatnya, pindahan untuk semester ini. Orang tuaku dua-dua indonesia, tapi kami sekeluarga menetap di china. Dan aku, lahir dan dibesarkan di sana” 


cerita niken ketika zhafran memintanya balik bercerita. Zhafran sendiri bercerita betapa susah untuk dirinya beradaptasi dengan lingkungan baru di sekolah. Embel-embel nama belakangnya yang terdengar bule “William Horran”, serta tampangnya yang memang tak se-indonesia nama depannya, membuatnya kesulitan untuk benar-benar diperlakukan layaknya siswa lainnya. Nama zhafran adalah nama pemberian ibunya yang merupakan wanita indonesia tulen. Sementara ayahnya adalah warga negara berkebangsaan inggris yang menetap di indonesia karena ikatan pernikahan.


“Sulit untuk menemukan teman yang benar-benar tak menanyakan perihal latar belakangku” cerita zhafran. Matanya menatap ke lantai halte yang basah terkena bias air hujan.


“Apa bedanya dengan diriku ?” tanya niken tiba-tiba. Zhafran menoleh ke arah naura.


“Kau..kau berbeda,aku merasa pernah bertemu denganmu sebelumnya” ucap zhafran.

“auchhhh..” niken memegangi kepalanya. 


“Kau..ada apa denganmu ?”tanya zhafran, membantu membopong niken yang setengah badannya condong nyaris bersandar ke zhafran.


“aku baik-baik saja.. Aku selalu seperti ini.Tiba-tiba kepalaku sering terasa sakit. Dan sakit ini bisa datang kapan saja” ucap niken. Bergegas dia memeriksa isi tasnya. Tak ada botol obat pereda rasa sakit yang selalu di bawanya ke mana-mana. Wajar saja jika sakit kepalanya kambuh lagi_ia lupa bahwa hari ini dia belum mengkonsumsi obatnya sama sekali.


“apakah kau selalu seperti ini ?” tanya zhafran. Niken menggeleng, “ terkadang”
Niken kembali merasakan tangannya terasa dingin.


“kalau hari sudah beranjak gelap, kusarankan kau harus segera pulang. Karena...”


“karena apa ?” tanya niken. Ia menatap langit yang makin tampak gelap, malam sebentar lagi turun.
Zhafran terdiam. Ia menatap niken yang sedang menunggu jawabannya.


“ah, tidak apa-apa. Aku...aku hanya mengkhawatirkanmu” ucapnya pelan.


Sakit itu kembali datang, entah mengapa sakit kali ini semakin bertambah dibandingkan serangan satu menit yang lalu.


“aku ingin kau segera pulang...”


Pandangan niken semakin mengabur. Air hujan yang turun semakin deras terdengar seperti kucuran air bah di telinganya. Entah mengapa, malam kian semakin beranjak turun_terlalu cepat dirasakannya. Gelap, semakin gelap.


“lanjutkanlah hidupmu..”


Dan niken setelah itu tak ingat apa-apa lagi. Yang ia tau, ada sebelah tangan yang menggenggam jemarinya erat. Dan ia merasakan dingin yang teramat sangat.

.....

Ruang inap kamar melati no 256 Rs. Archellica..

“Untuk sementara nona niken melakukan bedrest selama seminggu. Keadaannya sedikit terguncang”



Seorang laki-laki berstelan jas putih tengah berbicara pada seorang laki-laki dan wanita yang tengah terduduk mematung tepat dihadapannya. Sang wanita tampak menyeka kedua sudut matanya, dan sedikit bersandar padi laki-laki yang menopang tubuhnya sembari menyimak setiap kata yang disampaikan pada mereka.


“Benturan keras memang meninggalkan trauma ingatan yang mendalam. Itu juga mengapa kami sarankan agar pasien rutin melakukan check up otak setiap bulannya”


“maafkan kami,dok. Kesibukan kami, membuat kami lalai terhadap hal ini” ucap laki-laki paruh baya.


“Kami berjanji hal seperti ini tidak akan terulang lagi” lanjutnya.


Laki-laki yang dipanggil dokter itu memasang kaca mata yang digantung disaku kemejanya. Dibacanya kertas-kertas yang ada di dalam map yang diberikan asistennya padanya.


“Kalau keadaan pasien masih tidak ada perubahan, kami akan memberikan rujukan untuk dibawa ke rumah sakit di singapura. Disana terdapat spesialis bedah otak yang bisa menangani masalah ini. Jika dibiarkan, dikhawatirkan dampaknya akan berlangsung lebih buruk. Koma akan berlangsung lama”
Ujarnya.


Mendengar berita itu, laki-laki itu hanya menghela nafasnya panjang. Wanita yang tak lain adalah istrinya tampak semakin terisak. Tak mampu lagi disekanya air mata yang semakin mengalir deras. Niken adalah putri semata wayangnya. Dia tidak sanggup memikirkan hal lebih jauh lagi selain kesembuhan putrinya.Sudah cukup kesedihan yang mereka rasakan satu tahun yang lalu.


“Sesekali, nona niken memanggil sebuah nama.Tapi, saya pastikan itu bukan salah satu dari nama anda” ucap dokter itu lagi.


Kedua laki-laki dan wanita itu saling berpandangan, “maksud anda, dok ?”


“pada saat sedang dilakukan tindakan medis, nona niken menyebut nama seseorang tanpa sadar..jika tidak salah,...zhafran “


Mendengar nama itu disebut, terdiamlah laki-laki dan wanita itu. Tangisnya terhenti. Tetapi semakin menjadi jauh di dalam lubuk hatinya.


“Apakah pasien memiliki saudara kandung yang bernama zhafran ?”


Keduanya menggeleng. Dicobanya untuk dikumpulkan kekuatan serta ingatan yang masih tersisa. Ingatan mereka seperti kembali dibukakan tentang apa yang terjadi satu tahun yang lalu, tepat di malam tahun baru.
“nama itu...zhafran,” ucap laki-laki itu. Dia menghela nafas sejenak,


“zhafran adalah sahabat niken dari kecil yang ikut dalam pendakian gunung ,tepat pada saat kejadian setahun yang lalu menimpa anak kami. Dan malangnya..dia mengalami kecelakaan ketika hendak menyelamatkan niken yang terpeleset ketika berusaha mencapai puncak gunung. Zhafran membiarkan tubuhnya terkena hujan batu dan pasir gunung hanya untuk melindungi niken”


Suasana kembali hening. Hanya detak jarum jam di dinding ruangan terdengar jelas ditengah kesunyian yang tercipta saat ini.


“Karena kejadian itu, ingatan anak kami hilang. Ia tidak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi, terlebih kejadian pada malam itu. Kami...kami memilih untuk tidak mencoba membuka ingatannya lagi. Akan tetapi, ada saat-saat tertentu dia merasakan sakit kepala yang luar biasa jika ada hal yang bisa mengingatkannya pada zhafran. Termasuk olahraga wushu yang dulu pernah ditekuninya, dan mempertemukannya dengan zhafran. Mereka berdua merupakan sahabat dekat. Tapi takdir berkata lain..”


“Tubuhnya dibawa pulang ke negara asal ayahnya. Dengan demikian, tidak ada hal lagi yang bisa mengingatkan niken pada zhafran”


Air matanya tak kuasa lagi ditahan. Membuncah dari tiap sudut matanya.

“Pindah sekolah adalah hal lain yang bisa kami lakukan, dengan harapan niken bisa memulai hidup baru lagi. Tanpa bayang-bayang zhafran. Tapi...karena bisa jadi kejadian ini adalah sebuah pertanda untuk kami mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada niken, tanpa harus menutup-nutupinya lagi..kami..kami berjanji..ketika keadaan niken sudah sembuh total,kami akan memberitahu yang sebenarnya terjadi”


Dan udara semakin dingin. Hening.

Di sudut ruangan yang tampak temaram, sesosok putih yang berdiri mematung_tampak tersenyum bahagia. Tak ada yang menyadari kehadirannya. Entah mengapa, tugasnya telah selesai dan ia merasa sudah saatnya dirinya kembali ke tempat di mana seharusnya berada. Di sebuah tempat di dunia lain, dan ia akan pulang dengan perasaan damai.


“kami hanya ingin niken melanjutkan hidupnya lagi..Seperti pesan terakhir yang diucapkan zhafran sesaat sebelum ajal menjemputnya”



0 komentar on "Malam Tahun Baru"

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez