Kamis, 01 November 2012

Gondola






Asya menepuk-nepuk punggung buku yang tanpa sengaja terjatuh ketika dirinya berusaha untuk menjangkau sisi teratas rak. Debu-debu berterbangan, menusuk hidungnya yang sedikit alergi. Diambilnya kemoceng, dibersihkan lagi buku bersampul samson cokelat setebal KBBI, dan dijauhkannya dari hidungnya. Buku itu terselip di antara tumpukan buku-buku lama yang sudah tidak terpakai lagi di dalam gudang belakang. Sore ini mama memerintahkannya untuk membereskan buku buku lama, dalam rangka kegiatan sumbang buku di komplek rumahnya.


It can be dream, it can be done...


Asya mengeja tulisan yang tercetak Bold dan berfont miring tepat di sampul depan. Matanya tertuju pada sebuah gambar pohon dan seekor kelinci dibawahnya. Ini pasti diary mama, pikir asya.


Dibukanya buku ditangannya. Dibandingkan melanjutkan kerjaannya mengepak buku-buku ke dalam kardus, membuka isi buku yang baru saja ditemukannya ini jelas lebih menarik minatnya.


..Malam itu, aku tanpa sengaja bertemu denganmu. Aku melihat bintang, bulan,dan langit terbang mengitari kita..


Asya terkikik pelan. Tak disangka, mamanya yang sering ditemuinya keseharian, ternyata bisa sepuitis ini.
Kata-kata berikutnya lebih kepada cerita tentang masa lalu ibunya. Bagaimana geeky-nya sang mama yang hampir separuh waktu di sekolah dihabiskan di perpustakaan_membaca baca buku seri perjalanan, dan ini yang menurun padanya. Tak ada hal yang lebih menggembirakan selain masuk ke dalam cerita-cerita petualangan di berbagai belahan dunia. Mama adalah Marco Polo bagi dirinya, yang membuka keinginan dirinya untuk menjelajah seluruh tempat-tempat indah di dunia. Dan venice adalah pijakan pertama yang ingin dicapainya.


“Kalau kamu mau bepergian ke luar negeri, kamu harus kerja keras. Dengan begitu kamu bisa menikmati hasil jerih payahmu dengan syukur yang luar biasa”


Ucap mamanya suatu ketika asya menyampaikan niatnya untuk menghabiskan liburan musim panasnya di kota seribu gondola itu.


Meskipun memiliki mama yang notabene pernah berprofesi sebagai diplomat, tak melulu dirinya akan mengalami nasib yang sama dengan anak-anak diplomat lainnya. Asya tak pernah sekalipun menginjakkan kaki selain indonesia. Ketika tugas kerja, asya kecil dititipkan ke tempat eyangnya di jogja. Eyang adalah orang yang menurunkan mimpi-mimpi mama pada dirinya. 


“Ketika kau berkunjung ke negeri orang, dengan begitu kau akan menyadari betapa kayanya negeri sendiri. Keluarlah dari tanahmu, jadilah marcopolo bagi negerimu” begitu ucap eyang kakung ketika setiap sore dirinya menghabiskan waktu bersama di teras depan rumah joglo, dengan setumpuk atlas dari berbagai edisi dan revisi.


Bagian favouritenya adalah halaman-halaman terakhir di atlas yang menampilkan bendera-bendera dari tiap negara. Dan selanjutnya, bersama sepupunya_rhesa, mereka akan berlomba-lomba mencari bendera dari negara yang disebutkan oleh eyang suryo.


Asya kembali tertawa kecil jika membaca kisah tersebut yang tertuang dalam buku yang tengah dipegangnya. Tebalnya buku ini menunjukkan banyaknya rangkaian kisah yang ditulis mamanya_ dari mulai bangku sekolah hingga asya lahir, dan membesarkan dirinya seorang diri. Mama adalah Hero dalam hidupnya. 


Matanya tiba-tiba tertuju pada halaman terakhir dari buku tersebut. Tak ada cerita, tak ada tanggal, yang ada hanya deretan kata-kata yang mengusik dirinya untuk mengambil pulpen atau alat tulis yang bisa didapatnya sekarang.


...tuliskan mimpimu di sini, dan ia akan hidup...


Tulisan itu bukanlah tulisan tangan mama atau siapapun, karena tercetak dan merupakan bagian dari buku tersebut.


Asya merogoh saku bajunya. Ada pensil yang dibawanya untuk keperluan check list buku-buku yang akan dimasukkannya ke dalam kardus.


Pandangannya menerawang. Ia memikirkan, mimpi apa yang akan ditulisnya. Sepertinya mama sengaja membiarkan halaman ini tetap kosong tanpa kata-kata apapun _selain tulisan cetak tersebut. 


Asya tersenyum singkat. Tanpa ragu, detik selanjutnya ia menuliskan beberapa kata-kata, menutup buku itu, dan memasukkannya ke dalam kardus _tempat buku-buku yang masih terpakai berada.
Ponselnya bergetar. Dilihatnya sebuah nama tertera di layar hape.


“Lima belas menit lagi aku ke sana. Aku ikut maen” klik. Ditutupnya ponsel tersebut. Hari ini jadwal latihan baseball di sekolah. Farikh_sang kapten team baseball sekolahnya baru saja menelponnya. Memberitahu bahwa dirinya harus segera menuju lapangan. Latihan untuk kejuaran yang akan digelar bulan ini_sebentar lagi akan dimulai.



Asya bergegas memasukkan buku-buku ke dalam kardus, untuk kemudian diserahkannya pada bik mirah_pembantu rumahnya.


.....



8 Tahun kemudian...


“Ok. Saya akan segera mengirimkan draft laporan akhir world meeting ini. Mungkin kira-kira saya akan tiba di indonesia senin malam. Selasa pagi saya bisa segera bertolak ke kalimantan”


Asya mempercepat langkahnya. Dia tampak kelimpungan membawa tumpukan map di tangan kanannya, sementara tangan kirinya sibuk memegang tablet androidnya. Asisten lapangannya menelpon langsung dari tanah air. Mengabarkan bahwa pemerintah daerah setempat telah menanyakan perihal kerjasama perlindungan orang hutan dengan LSM tempat dimana asya berkarier.


“Jangan lupa pesan tiket pesawat saya untuk selasa pagi. Kalau bisa bukti konfirmasinya sudah saya terima paling lambat besok malam”


Ucapnya diikuti suara persetujuan dari asistennya. Asya menutup panggilannya. Ditekannya beberapa digit angka disertai huruf-huruf di laman ponselnya. Untuk kemudian melakukan transferan melalui internet banking ke rekening asistennya.


Diliriknya arloji ditangannya. Sudah sedikit terlambat. Kegiatan terakhir dari rangkaian Konferensi International Perlindungan Satwa-satwa yang terancam punah, akhirnya selesai dijalankannya. Begitu banyak agenda yang telah dirangkum, dan menunggu untuk direalisasikan_begitu tiba di indonesia.


Dipandanginya wallpaper tabletnya, ada foto dirinya bersama seekor bayi orang hutan bernama Viri_yang berhasil diselamatkan oleh teamnya ketika terjadi pembalakan liar di hutan kalimantan. Dan Viri, sama seperti teman-temannya yang lain_ dengan begitu cepatnya menjadi akrab dan menyatu bersama asya. Asya adalah pimpinan LSM yang dibentuk oleh PBB di asia tenggara khusus menangani perlindungan satwa-satwa liar dan terancam punah keberadaannya. Orang Utan, komodo, gajah lampung, harimau sumatra adalah beberapa nama yang masuk dalam list penanganan. Tapi,kecintaannya pada cerita petualangan bekantan yang dibacanya di bangku sekolah dasar, membawanya memilih orang utan sebagai fokusnya. 


Asya mengeluarkan sesuatu dari balik tasnya. Sebuah buku yang tampak terlihat usang. Tapi masih terawat dan tak berdebu lagi. Buku yang sama yang ditemuinya 8 tahun lalu di dalam gudang penyimpanan. Dipeluknya erat buku itu. Ad keharuan yang muncul di relung jiwanya saat ini.


Ditatapnya semburat cahaya matari yang terpantul ke riak-riak air sungai yang bergoyang perlahan,yang bersentuhan dengan setiap badan dasar perahu yang melewatinya.


Sesosok tubuh yang sangat dikenalinya_tengah berdiri membelakanginya_menghadap hamparan sungai yang sebagian dikelilingi oleh bangunan-bangunan berarsitektur klasik. Dipanggilnya nama orang tersebut. Mendengar suaranya, laki-laki itu berbalik dan melambaikan tangan padanya.


Asya membalas lambaian tangan itu. Tersenyum, untuk kemudian berjalan menuju laki-laki yang tengah berdiri di tepi dermaga dimana perahu-perahu kecil tersandar.


“Welcome to Venice.,asya”


Suara berat itu menambah lengkap kesempurnaan perasaannya saat ini. Seperti gondola yang terayun bebas dan lincah membelah sungai-sungai kota venice. Dan mimpinya_kini telah terwujud, bersama seseorang yang ditakdirkan untuk ikut dalam lingkaran mimpinya. Antara venice, gondola, dan air sungai_ asya yakin_bahwa pada akhirnya_mimpinya akan berlabuh juga di kota ini.



0 komentar on "Gondola"

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez