Kamis, 01 November 2012

Diary





Menjadi gemuk memang bukan sebuah kutukan, tapi tidak bagi kaka. Tubuh gemuk, bulat, dengan gumpalan lemak di tempat-tempat strategis, pipi chubby bak bakpao matang , merupakan kutukan yang tak pernah tau di mana menemukan mantra penghilang.


“aku bosan dengan keadaan seperti ini” ucap kaka, berdiri mematung di depan cermin. Gaun black dress yang rencana nanti akan dipakainya di prom night tampak membungkus rapat dan ‘sempurna’ badannya. Padahal ketika membeli, kaka amat sangat yakin bahwa baju yang dibelinya akan mampu menutupi beberapa gelambir lemak dengan warna hitam pekat.


Dari arah belakang bayangannya, ayaz_menyembul di balik tubuh bulat kaka. Dibetulkannya letak kaca mata bingkai besarnya. Ayaz mencoba untuk menyunggingkan senyumnya yang rapi dengan deretan behel berwarna pucat gading. 


“Bagaimana denganku ?” tanya ayaz. 
Tubuh ringkih dan cekingnya memang tak bisa dikatakan lebih baik daripada kaka. Perpaduan yang sempurna jika duo sahabat karib ini berpose untuk close up foto bersama. Seolah ada ilusi optik atau editan photoshop sempurna yang menunjukkan bahwa setengah bagian lemak ayaz baru saja ikut tersedot oleh kaka. 


“Setidaknya kau tidak perlu bersusah payah untuk menutupi bantalan-bantalan daging di perutmu”
ucap kaka.

Menjadi gemuk memang bukan pilihan untuknya. Lebih tepatnya tidak bisa memilih, karena pilihan kaka hanyalah “berisi” atau “gemuk”. Kedua orang tuanya mewariskan gen “gampang menjadi gemuk” kepada kaka dan kedua kakak-kakaknya.


“Seumur hidupku aku akan tampak lebih tua dari usia ku yang sebenarnya”
Lanjut kaka lagi. 


Ia membeberkan rentetan cerita yang dialaminya dengan menjadi wanita berbobot extra. Air matanya nyaris saja tumpah. Padahal cerita ini telah kesekian kali diceritakannya pada sahabatnya ayaz. Ayaz seolah telah menjadi diary yang tak pernah kehabisan halaman bagi kaka.


Entah mengapa_di sisi lain, ayaz merasa bebannya sedikit terangkat. 



 ......


Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Sudah hampir empat jam ayaz dan kaka menghabiskan waktu di sini.

“harusnya kita tiap hari seperti ini” ucap kaka. Nafasnya ngos-ngosan. Renang adalah olahraga yang paling disukainya.

“enak lagi kalau gag rame kayak gini” lanjut ayaz. Dilepasnya kaca mata renangnya. Berenang membuatnya bahagia. Entah karena bawaan zodiaknya aquarius, membuatnya amat sangat senang jika berhasil mendapati air.

“ayo kita berganti pakaian” ucap kaka. Ia berusaha keras menaiki tangga kolam. Bobot badanyya membuat tangga tergantung itu tampak bergetar menahan berat tubuhnya.

“mm..kau saja duluan..aku menyusul. Aku...aku masih mau menikmati berenang sekitar 5 menit lagi”
Kaka memperhatikan ayaz, hal yang sama dirasakan olehnya. 

“oke.,aku duluan kalo gitu. Udah kedinginan” lanjut kaka. Ia buru-buru berjalan menuju loker penyimpanan tas. 
 
Ayaz terdiam di tepi kolam renang. Lama berendam di air juga membuat kulitnya terasa mengendur. Tiba-tiba ia merasa dingin, tapi tetap ditahannya.

........


Ayaz menatap pantulan bayangannya di dalam cermin. Diusapnya kepalanya, dan berhasil didapatinya kumpulan helai rambut. Matanya berair. Hal seperti ini sudah kesekian kali dihadapinya.


“yaz, kamu sudah selesai ? “


Sebuah suara disertai ketukan pintu membuyarkan pikirannya.


“kamu duluan aja,ka. Aku..aku masih lama,”



Tak ada suara menjawab. Ayaz buru-buru mengambil sesuatu daru dalam tasnya.

“ok, aku tunggu di parkiran”

Ayaz buru-buru menjawab “ya”. Ia menarik nafas lega. Detik selanjutnya segera dipasangnya topi kupluk berwarna maroon. Ayaz merapikan ujung-ujung bawah rambutnya yang masih setengah basah. Dan segera bergegas membereskan barang-barangnya.

..........


“kamu lagi terjangkit virus kugy yaz ?” tanya kaka sembari menyeruput jus mangga, dan sebentar lagi melahap habis semangkuk bakso yang terhidang di hadapannya.


Sepulang berenang, mereka memutuskan untuk mampir ke toko bakso langganan di samping kolam renang umum “githa tirta”.


Menyadari apa yang dimaksud kaka, ayaz hanya tersenyum simpul “oo..ini” ucapnya sembari menyentuh kupluk yang bertengger di atas kepalanya.



“ia nih..gara-gara kamu ngajakin aku nonton perahu kertas sih, makanya aku gampang banget terinfluence pengan jadi kayak kugy”


Kaka tergelak, “jangan-jangan, di dalam tasmu ada potongan kertas buat dibikin perahu lagi”
Ayaz dengan sigap menggeser letak ranselnya.


“enak aja..aku gag segitunya kayak kamu ya, yang kemana-mana bisa berubah jadi pujangga jalanan dadakan”


Kali ini ayaz yang tergelak, “masih punya mood buat nulis diary kan ?” canda ayaz.


Ia mengambil segelas air putih tanpa es yang dipesannya bersamaan dengan bakso tanpa mie dan tanpa tambahan perasa apapun.

Kaka mengangguk, “ diary emang tempat curhatanku, tapi bagi aku..aku udah cukup senang punya diary kayak kamu yaz..Gag kebayang kalau ‘diary’ itu gag ada”


Entah mengapa ayaz merasakan dadanya terasa sesak. Entah karena efek berendam terlalu lama di dalam air, atau memang bakso yang tengah dimakannya tersedak sehingga merasakan sedikit sakit tiba-tiba di saluran pencernaannya,ayaz merasakan kata-kata kaka barusan jelas tak ingin didengarnya.


“kamu terusin aja hobbymu itu ,ka. Aku yakin suatu saat kamu bisa seperti kugy. Jadi penulis trus ketemu keenan deh...” ayaz tergelak. Kaka tampak berbinar. 


“Mana ada Keenan yang mau sama kugy kayak aku gini” ucap kaka.


“Justru karena seseorang itu kusebut keenan, makanya dia jelas berbeda dari yang kamu bayangin. Keenan sejatimu akan melihatmu utuh, bukan karena apa-apanya kamu. Termasuk.... gumpalan lemak itu”


Ayaz menunjuk lengan kaka yang tampak jelas karena baju berlengan pendek yang dikenakan kaka saat ini.
Kaka mengambil tissue yang tersedia di atas meja, membentuk bulatan2 putih dan melemparkannya menuju ayaz yang tertawa terbahak-bahak.


“aku pasti akan merindukan masa-masa ini ketika nanti kau berangkat ke amerika”


.....


Ayaz menatap lembaran kertas dihadapannya. Memeriksa pelan-pelan setiap kata per kata, berharap dia menemukan hal yang salah di sana.


“Setelah ini , berkemaslah. Keberangkatan kita akan dipercepat lusa. Mama sudah mengurus semuanya, termasuk sekolahmu”


Tangan yang mendekap pelan dan hangat di pundaknya terasa begitu berat bagi ayaz. Air matanya memenuhi tiap sudut pelupuk matanya. Ingin rasanya ditumpahkan semuanya. Tapi tidak untuk saat ini.


“ma..boleh gag aku ke rumah kaka dulu.,aku pengen pamitan sama dia”


“sekarang sudah malam, sayang. Kamu harus segera beristirahat, pagi-pagi sekali kita akan ke bandara. Besok kita akan berangkat ke jakarta dulu, pamit sama eyang”


Ayaz terdiam. Jika saja surat ini telah diterimanya sejak tadi pagi, tentu pamit menjadi hal yang mungkin dilakukannya pada sahabat dekatnya.


“please ma..aku pengen setidaknya,.teman terdekatku tau kondisiku”


“Kau tak harus menemuinya..pergilah untuk menelponnya saja.”


Ayaz terdiam. Ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Diambilnya ponsel di dalam tasnya. Ditekannya nomor yang sering ditelponnya. Terdengar nada tunggu di seberang sana. Tapi untuk kesekian kalinya, nada itu tetap sama saja. Tak ada jawaban.


......

Kaka mengumpulkan keberaniannya untuk menekan tombol “cari” di laman browser yang saat ini tengah dibukanya.
Nafasnya memburu. Ia barus saja menngetik sesuatu di kolom pencariannya.


a.l.z.h.a.i.m.e.r


kaka segera menekan tombol yang sama, dan betapa terkejutnya ketika melihat deretan tulisan yang hasil dari pencariannya.


..kehilangan memory...


...ketidakfungsian organ tubuh dan koordinasi otak..


Dan...


Sebuah kata berhasil membuat kaka terdiam di tempat.
Ia hanya mampu menatap langit biru, di tempat dimana ia berpijak sekarang, taman tak jauh dari rumah ayaz.
Kaka tak kuasa menahan tangisnya. Betapa sangat selfishnya dia selama ini, memaksa ayaz untuk masuk ke dalam cerita-cerita keluhan tentang ‘ketidaksempurnaan” fisik yang dialaminya. Entah mengapa kaka begitu ingin sekali menghujat dan mencaci dirinya sendiri. Ia terlalu selffish sebagai teman, sebagai sahabat. Andai saja dia mau meluangkan waktunya untuk sedikit mendengar kisah ayaz, andai saja ia sedikit menyadari kejanggalan-kejanggalan tak kecil dari perubahan yang dirasakannya dari ayaz akhir-akhir ini, andai saja ia tak terlalu bodoh untuk mengira bahwa kepergian ayaz ke amerika sebenarnya bukan hanya perjalanan wisata belaka dan...


Kaka bergegas membuka emailnya, menuliskan sesuatu di sana.



...kuharap kau tak akan pernah melupakanku. Berjuanglah, sahabatku ! jangan menyerah pada kondisi ini..
Tulisnya dan dikirimnya ke alamat yang dituju.


Setidaknya jika hari dimana ia akan menjadi salah satu kenangan yang akan dengan mudah dilupakan, kaka ingin tau bahwa ia akan selalu ada sebagai sahabat,..


...Seseorang yang memberikanmu kenangan terbanyak, itulah yang akan pertama kali dengan mudah kau lupakan..


Dan kaka tak bisa berkata apa-apa lagi.


Untuk selanjutnya berusaha untuk segera ditutupnya laman pencarian ini, tapi sebuah kalimat mau tak mau mengusik pandangan serta pikirannya.


...berujung pada kematian..



0 komentar on "Diary"

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez