Kamis, 01 Oktober 2009

Postingan Liburan #3


Kompleks perumahan tempat tinggal saya saat ini tengah dilanda “kegelapan” total,akibat pemadaman litrik,tidak tahu apakah ini kebijakan bergilir atau memang sudah waktunya untuk dipadamkan.Hal yang sudah lama tidak saya rasakan,selama 2 tahun menetap di yogya.
Di satu sisi,situasi seperti ini membuat saya atau siapa saja merasa “kelumpuhan” aktivitas selama beberapa waktu.Bayangkan saja betapa sangat tergantungnya manusia pada listrik.Hal-hal apa saja yang ingin dilakukan,menonton teve misalkan,memanaskan air,hingga untuk merecharge baterai hp pun semakin terhenti.Untung saja hal ini tidak berlaku untuk laptop,karena kurang lebih satu jam sebelum listrik mati tadi, saya kepikiran untuk mechargenya,dan sangat bersyukur begitu barusan dinyalakan,48 % remaining !.Cukuplah untuk sekedar menulis beberapa postingan.
Tapi di sisi lain,adanya pemadaman lampu ini membuat saya merasa ‘dejavu’ sesaat.Wisata memori atas beberapa kenangan tempo waktu kebelakang, tentang ada sedikit mozaik yang tidak akan pernah terlupakan,dan akan kembali nyala ketika justru pada saat padamnya lampu.Dalam kegelapan.
Alcerita,dulu..keluarga saya,punya sedikit kebiasaan jika lampu padam.Sekitar era tahun 1995an,beberapa tahun setelah kepindahan ke bangka,ke tempat kompleks perumahan yang sampai saat ini menjadi rumah tetap keluarga kami,sering terjadi yang namanya pemadaman listrik bergilir.Tak tahu kenapa bisa terjadi begitu,apa mungkin pada era saat itu,pasokan listrik di wilayah saya tersupplay dalam jumlah yang terbatas.Alhasil,terkadang saya sampai hapal luar kepala hari-hari apa saja listrik akan mati.Dan itu membuat saya sedikit berstrategi pada tontonan kegemaran saya,drama mandarin populer“hau siang,hwa siang”, hari apa saja dan pada episode berapa saja saya akan ketinggalan cerita.Dan dari situ mulai berpikir rekaan cerita seperti apa yang hampir mirip pada penggalan yang telah saya lewatkan tersebut.
Selain itu, satu moment yang tak pernah terlewatkan adalah kebiasaan berkumpul bersama selesai makan malam,ketika listrik padam.Dengan berbekal beberapa lilin yang menyala (pada waktu itu,ayah saya tak berkeinginan untuk memasang genset atau mesin penggerak listrik,seperti yang dilakukan oleh beberapa tetangga di sekitar rumah), kami berkumpul di ruang tengah.Setelah itu ‘perjamuan cerita’ pun dimulai.Bermula dengan membahas cerita penting apa saja yang tengah terjadi di perkompleksan (maklum,kami tinggal di sebuah kompleks kecil dimana informasi antar satu keluarga ke keluarga lain sangat begitu cepat bergulir), hingga kemudian informasi tersebut dikaitkan dari beberapa sudut pandang_di mana masing-masing dari kami saling mengeluarkan pendapat, termasuk saya yang pada saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar,namun karena memang secara personal saya adalah orang bertipikal senang mengomentari orang lain,jadilah “diskusi” ala keluarga saya pun berlangsung seru.Hingga,puncaknya,dari sekian opini tersebut_berujung dengan pengaitannya secara “sunatullah”.Sesuatu yang dulunya pernah terjadi,sekarang akan terjadi lagi.Karena apa yang terjadi sekarang,suatu masa kebelakang, orang-orang terdekat yang hidup di zaman orang tua saya masih muda atau remaja_pernah mengalaminya pula.Yang membedakannya hanya zamannya,dan sedikit ornamen-ornamen kejadian lainnya.Selebihnya,apa yang menjad intisari dari kedua kejadian lintas waktu tersebut,terdapat sebuah benang merah yang mengikat.
Pada chapter lain,setelah mulai masuk ke dalam lorong waktu kenangan orang tua saya, cerita yang tak kalah seru adalah_bagaimana dulunya kedua orang tua saya menjalani dinamika kehidupan mereka.Ada yang duka, mengharukan, serta ada juga yang memancing tawa.Betapa sangat berwarnanya kehidupan mereka dulu ! Jauh sebelum peradaban modern karbitan menggerus semua itu.Sangat berbeda jauh dengan apa yang terjadi pada remaja atau anak muda pada zaman kita sekarang.Seolah semuanya terjadi secara tidak natural,kita seolah kehilangan “golden age” pada masa ini.
Hingga,ketika saya addicted membaca tetralogi bang andrea,saya menemukannya persis seperti apa yang orang tua saya ceritakan.jelas saja,karena ibu saya terutama,hidup dalam satu zaman dengan para laskar pelangi tersebut.Ikut merasakan yang namanya kesulitan untuk bersekolah,hingga “kejahilan-kejahilan” khas anak melayu,yang ternyata baik ayah atau ibu saya sekalipun pernah melakukannya juga !.
Kalau pada laskar pelangi, diceritakan bagimana seorang mahar menjalakan ide gilanya dengan memakaikan buah belulog pada waktu karnaval,yang alhasil membuat teman-temannya mengalami penyakit kulit gata-gatal akut instant selama seminggu,maka lain lagi dengan yang terjadi pada ibu saya dulu.Kalau beliau bercerita semasa sekolah dasar pernah membuat suatu gebrakan,lemparan nyasar penghapus yang seharusnya dialamatkan pada temannya yang pada saat itu sedang bermain-main,malah nyasar dengan mulusnya di dahi guru beliau.Hingga membuat kening sang guru tersebut bocor seketika,saking supernya tenaga umak saya itu.Puncaknya ?Beliau tak naik kelas pada tahun itu.
Ayah lain lagi kisah ceritanya.Beliau lebih banyak bercerita tentang kehidupan yang dijalaninya sebagai seorang abang bagi adik-adik tirinya.Bagaimana beliau menjalani masa kehidupan setelah ditinggal oleh ibu pada usia yang terbilang muda,hingga kesedihan ditinggal adik seayah-seibunya yang meninggal tertimpa pohon yang telah tua.
Ayah juga bercerita tentang masa sekolahnya di sekolah teknik tanjong.Sekian kilometer dijalani dengan berbekal sepeda ontel khas anak-anak laskar pelangi.Dengan pakaian ala era 70an,baju skinny,potongan rambut ala bang oma irama pada masa jayanya dengan OM.Soneta-nya,lengkap dengan celana cutbrai_yang pada tahun saya esempe pernah kembali booming.
Begitulah cerita-cerita yang bergulir pada saat mati lampu terjadi.
Dewasa ini,kebiasaan pemadaman listrik memang tidak pernah,minimal jarang saya alami.Oleh karena itu,satu dari sekian hal yang sangat saya kangeni selama berada di jogja jauh dari kampung halaman,adalah prosesi mati lampu ini.Di jogja jarang terjadi seperti ini,karena pasokan listrik di kota sebesar jogja juga relatif berbanding lurus dengan kebutuhan listrik kota itu sendiri.
Kalau pun mati lampu,hal tersebut hanya berlangsung dalam hitungan menit saja.Bahkan ada,saking rindunya saya pada “mati lampu” tersebut,pernah saya sengaja tidak menyalakan stop kontak lampu kamar kostan,dengan terus bersama sebatang lilin menerangi,padahal pada saat itu lampu telah hidup setelah sempat beberapa saat mati.Betapa saya sangat menginginkan masa-masa itu kembali dan terjadi dalam sisa hidup saya.
Sekarang,saya bukan seorang anak kecil lagi.Tidak tinggal bersama keluarga,dan pastinya,di rumah_sangat maklum,tak sampai full anggota berkumpul berlima.Hanya pada moment-moment tertentu kami bisa merasakannya,yakni pada saat H-3 atau 2 serta pada saat malam takbiran.Tapi sekarang,seperti sampai postingan ini saya tuliskan pun,satu persatu anggota keluarga tak bisa saya paksakan untuk berkumpul lengkap di rumah,melakukan reuni atas apa yang dulu,ketika masa-masa kecil kami sering sekeluarga lakukan.
Dan pada saat mati lampu kali ini,saya harus berpuas cukup melewatkannya bersama ibu dan abang saya.Itupun saya hanya mengobrol dengan ibu saya,karena abang sibuk dengan panggilan telpon dari temannya.Sementara ayah dan kakak saya tidak ada di rumah,karena telah kembali ke tempat kerjanya masing-masing.Ayah saya bekerja di kota lain di pulau bangka.Dan kakak saya tadi siang telah bertolak ke pulau belitong karena besok telah memulai lagi kerjanya sebagai pegawai negeri di kota manggar.
Yaa...hidup memang berjalan seperti itu.Suatu saat nantipun bisa jadi giliran saya yang tidak berada di rumah.Apapun itu, itulah yang namanya hidup.Keluarga adalah tempat yang paling saya rindukan di dunia ini.Tak ada tempat yang lebih baik dibandingkan bisa berkumpul bersama dengan keluarga lengkap di rumah.Karena belum tentu di tahun berikutnya kita memiliki kesempatan yang sama seperti ini.Skenario Tuhan,kita tidak akan pernah bisa diterka.
Well,untuk kita semua...bersyukurlah dalam kehidupan, Tuhan menciptakan apa yang namanya keluarga. Dan lebih bersyukur lagi jika kita memiliki sebuah keluarga yang utuh.Karena keutuhan dan keeratan ikatan sebuah keluarga,adalah rezeki Tuhan yang tidak bisa ditukarkan dengan apapun yang termahal di dunia ini !.
Untuk kita semua guys,nikmati setiap detik terpenting dalam hidup kita bersama keluarga.Karena tak selamanya,kita akan bersama mereka...
Because Live is a miracle,thats way its so unpredictable !

Home,23 September 2009
22:12

0 komentar on "Postingan Liburan #3"

 

aku punya blog !!! Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez