.jpg)
“Aku kangen asrama, rey…”
Seutas kalimat ini keluar begitu saja dari mulutku dari akhir curhatku ke reyza sore hari ini. Berjam-jam di sini, di tepi kolam ikan taman rumah rey, ditemani secangkir teh cukup membuatku menemukan pada akhirnya apa yang ingin aku ungkapkan. Meskipun ini adalah cerita pertama dengan tema yang berbeda dari sebelumnya, aku tahu rey pasti memahami apa yang saat ini tengah kurasakan.
“Kalau itu yang memang membuatmu merasa sedikit lebih baik, akan kuatur semuanya”
Reyza memegang tanganku erat. Kusandarkan kepalaku ke bahunya. Aku menatap ke hamparan rumput hijau nila yang tertata rapi, semilir angin di sore ini setidaknya mampu membuat kepalaku sedikit merasa lebih ringan. Beban yang selama seminggu ini mendera, akhirnya kutemukan juga solusi dari semuanya. Aku ingin kembali kesana…Secepatnya,
*-*-*
Aku merapikan lipatan terakhir baju di dalm koperku. Siang ini juga, tepat pukul 2, pesawat yang akan membawaku ke bangka akan diberangkatkan. Semua jadwal yang dulu pernah tersusun di sini, akhirnya akan terwujud juga. Rey yang meyiapkan semuanya. Aku memeluk sahabatku erat. Betapa dia tahu, hal ini sangat begitu penting untukku. Pulang ke bangka, kampung halaman yang telah lama tak kukunjungi. Awalnya Rey akan berangkat bersamaku, namun begitu kukatakan bahwa aku akan baik-baik saja selama di sana, sekalipun dalam perjalanannya akan kulalui seorang diri, toh rey akhirnya lebih mengerti maksud dari alasanku yang sebenarnya. Bahwa aku memang ingin menghabiskan waktu dan menikmatinya dengan caraku tersendiri seperti biasanya, berkutat dengan kesendirianku.
“Kalau perlu apa-apa, kabari aku. Di bangka, kenalanku lumayan banyak.Dan bantuan akan siap kapanpun kau mau”
Aku tersenyum. Rey berdiri di ambang pintu.Memperhatikanku sedari tadi.
“Kau tak perlu bersusah payah. Aku masih cukup kuat kalau hanya untuk menelpon rumah sakit terdekat ataupun agen tiket pesawat agar memulangkanku ke Jakarta” candaku pelan. Jelas rey tak suka seperti biasanya. Bukanlah suatu hal yang patut diguyonkan, begitu pasti yang akan diucapkannya.
“Ransel ini harus kau bawa ke manapun kau pergi. Dan ini, ini alamat yang bisa kau tuju jika kau benar-benar memerlukan bantuan saat itu juga. Aku bisa datang dan menemuimu di sana”
Rey memberikan sebuah ransel biru dan selembar amplop putih kepadaku.
“Jangan sampai lupa kau bawa” lanjutnya.
Aku memasukkannya ke bagian dalam tas ranselku. Di bagian yang tanpa Rey tahu, bagian terdalam dari semua barang yang ada di dalmnya. Berharap tak akan pernah kusentuh untuk kedua kalinya. Bergegas kututup ransel, jangan sampai rey menyadarinya dan lantas kemudian menegurku.
Detik selanjutnya, kupilih untuk diam. Larut dalam pekerjaan yang harus segera kuselesaikan. Dan dari sudut mataku, aku tahu, bahwa rey terus saja memperhatikanku_lekat.
*-*-*
“Hati-hati di jalan. Jangan lupa menelponku setiap saat”
Rey menyerahkan sebuah ponsel ke dalam genggaman tanganku.Aku memperhatikannya lekat.
“Masuklah”
Ucapnya segera.sebelum sempat aku menanyakannya lebih lanjut.
Kumasukkan ponsel itu ke dalam sakuku. Pesawat yang akan membawaku ke bangka sebentar lagi akan berangkat.
Aku tersenyum ke arah rey, memberi isyarat bahwa sebentar lagi aku akan berangkat.
“Semoga liburanmu menyenangkan”
Aku tahu itu, Rey.Dan itu yang akan kukatakan padamu juga.
Detik selanjutnya kupeluk rey erat.
“Terimakasih untuk semua ini” bisikku pelan. Rey memelukku lebih erat lagi.
*-*-*
.jpg)
Perjalanan yang membawaku ke bangka akan menghambiskan waktu selama satu jam. Satu menit yang lalu, Jakarta telah kutinggalkan. Kurogoh saku sweaterku, ponsel yang diberikan rey ada di sana.Bergegas kupindahkan ke dalam tas sandangku, agar lebih aman. Toh, aku juga takkan menggunakannya selama di sana.
Hamparan biru laut telah membentang jauh berapa kaki di bawahku.
Kupilih untuk tak menghabiskan sisa perjalanan ini hanya dengan memejamkan mata. Terlalu berharga untuk melewatkan setiap detik perjalanan ini. Sekalipun jelas kurasakan lelah. Semalam, tanpa sepengetahuan rey, kuhabiskan setengah malam suntuk hanya untuk membuat daftar tempat apa saja yang ingin kukunjungi Selama di bangka. Semuanya terekam juga dalam memori otakku erat. Telah sekian lama kurencanakan perjalanan ini. Pulang ke bangka, merasakan debur ombak pantai tenang, semilir angin laut serta mencium bau khas air pantai sembari menanti sunset tiba merupakan ritual wajib yang tak boleh terlewatkan. Bangka memiliki banyak potret landscape panorama pantai yang tak kalah indahnya dibandingkan kuta ataupun senggigi. Ah, betapa sangat kurindukan semua itu. Aku pulang…
*-*-*
Rey menatap lurus kea rah jalanan kota Jakarta yang semakin padat. Terjebak dalam kemacetan seperti biasanya. Matanya tertuju kea rah bingkai photo yang berada di atas dashbor mobil yang dikendarainya. Ia dan sitta ada di sana. Photo terakhir yang diambil di depan siluet patung singa, ketika ia dan sitta menghabiskan malam tahun baru di singapura penghujung tahun lalu.
“Kita akan mengunjungi semua tempat indah di belahan dunia ini, rey” ucap sitta optimis saat itu, saat untuk pertama kalinya petualangan itu dimulai.Paris menjadi kota pertama yang mereka kunjungi. Dan tentu saja, kemegahan menara Eiffel menjadi bukti bahwa saat itu adalah titik awal dimana rey mulai memasukkan seorang sitta dalam kehidupannya.Meskipun posisinya hanya sebagai seorang sahabat. Sitta memiliki pandangan lain dalam menilai kehadiran dirinya, yang ia tahu.
“kita memiliki banyak waktu untuk hari ini dan seterusnya” sitta menggenggam erat tangan rey saat collozium roma menjadi tujuan kesekian yang mereka capai. Imperium, Spartan, Galadiator menjadi bahan cerita yang tak hentinya keluar dari mulut sitta.
Dan perjalanan kali ini, rey memilih untuk tidak ikut. Meskipun ia tahu, kepergian sitta kali ini menjadi ending tersendiri yang bisa ia tebak selanjutnya. Dan rey kembali tenggelam dalam pemikirannya sore hari ini.
*-*-*
“Akhirnya dia menikah juga rey,”
Rey memelukku erat…membenamkan kepalaku ke dalam pelukannya. Airmataku jatuh. Entah berusaha untuk tetap tersenyum atau malah memilih untuk larut dalam berita kesedihan ini.Arie adalah masa laluku. Dia adalah bagian hidup yang memang tak dapat terbuang, ataupun dibuang. Sampai saat inipun…
Reyza terdiam. Kali ini kebimbangan yang sama menyelimutinya. Di satu sisi, sebagai satu pihak yang sedikit banyak mengharapkan ini terjadi, hal ini menjadi berita gembira yang menunjukkan bahwa kesempatan itu semakin terbuka. Tapi di sisi lain, sebgai seorang sahabat tak mungkin begitu saja lantas rey menunjukkannya di moment-moment seperti ini di hadapan sitta.
“Aku gak pernah rela rey…”
Dan tangis sitta pecah, seperti halnya hati rey begitu mendengarnya.
*-*-*
Aku mencintaimu laksana angin yang ketika hujan mampu menggantikan panasmu di penghujung musim ini…-Rey-
Secarik kertas, lebih tepatnya potongan kertas jatuh di pangkuanku. Kulihat sekelilingku, tak ada siapapun. Kosong.
*-*-*
Pesawat yang membawaku ke bangka, mendarat dengan sempurna di bandara sepintu sedulang, pulau bangka. Bergegas kukemasi barang-barang dalam bagasi atas.Kali ini aku tidak ingin terlambat. Aku harus tiba di sana secepatnya, sebelum hal itu terjadi.
Baru saja kulangkahkan kaki menuju pintu pesawat.Sesuatu bergetar dari arah saku sweaterku.Ponsel yang diberikan rey.Kuindahkan saja, aku tidak ingin kali ini kembali kulakukan langkah yang salah. Aku tahu, rey pasti hendak menelponku. Maafkan aku rey,..tak bisa dengan begitu saja kutamatkan perasaan yang selama ini kujaga dengan lantas menggantikannya dengan sesuatu yang baru beberapa tahun ini mencoba untuk kurasakan.
Semua mimpiku, impianku, mengelilingi semua tempat terindah di dunia ini, adalah bagian sisa kenanganku dan masa laluku bersama arie, sekalipun yang ada pada saat itu adalah kau rey…Tapi, bukan berarti semuanya terganti begitu saja. Terlalu banyak yang telah kukorbankan bersamanya rey, tak semua cerita itu kau tahu, dan tak semua bagian itu harus kubagi apalagi kutukar denganmu…
Aku menghembuskan nafas pelan. Bau tanah bangka, menjadi hal tersendiri, bahwa aku sangat merindukan semua ini. ..Maafkan aku rey,
Kugigit bibirku pelan. Miris. Kupejamkan mataku, kumelangkah pasti, berharap apa yang kulakukan ini tak salah, yang kemudian harinya tak akan kusesali. Aku yakin itu,
*-*-*
Tuttt…tuttt…
Tak ada jawaban. Untuk kesekian kalinya.
Sitta tak mengangkat telponnya.
Semuanya akhirnya terjawab jelas. Kepulangan ini takkan terbalas seperti apa yang diharapkannya. Akhir yang indah..
Rey mencoba sekali lagi, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Ditekannya no tujuan panggilannya. Atas nama sitta.
Tutt…tutt…
Senja semakin beranjak turun. Ruang tunggu keberangkatan luar negeri sudah semakin ramai. Rey memeriksa semua yang telah disiapkannya. Tidak satu minggu yang lalu, beberapa bulan,bahkan 2 tahun yang lalu…saat disampingnya perempuan bernama sitta selalu ada. Perancis, London, amerika, menjadi tempat tersendiri. Dan kali ini, tujuan terakhirnya adalah belahan afrika. Rey telah memutuskan untuk menerima tawaran tugas sukarela praktik ke salah satu Negara di afrika. Sebagai bentuk pengabdiannya. Dan tentunya….terhadap janjinya pada diri sendiri, bahwa ketika mimpi satu tak kau capai, kejarlah mimpi lain yang Selama ini sempat kau tinggalkan..
Sitta telah mengejar mimpinya..Setidaknya dulu, beberapa waktu yang lalu, mereka pernah mengejar mimpinya bersama-sama…
Dan kali ini, sebuah pilihan telah diputuskan.
Tutt…Tuttt…
Tak ada suara.
Terima kasih sitta untuk dua tahun terakhir ini.
Atas mimpi yang selama ini pernah kita raih bersama.
Rey menatap ke depan. Sebentar lagi pesawat yang akan membawanya meninggalkan Jakarta akan segera berangkat. Entah kapan lagi, akan dijejakkan kakiknya ke sini. Nun jauh di sana, di pulau seberang, terpisahkan laut, rey yakin, sitta pun telah mengejar mimpinya.
Rey menatap selembar kertas yang didapatinya, dimalam sebelum keberangkatan sitta ke bangka. Saat sitta tertidur, dan didapatinya lembaran kertas ini tanpa disengaja, entah apakah menjadi takdir atas jawabannya selama ini bahwa sekian tahun posisi arie tak pernah bisa mampu digantikannya. Dan daftar itu…daftar tempat-tempat yang akan dikunjunginya di sana…tempat yang dulu dan sekarang menjadi kenangan sitta…bersama arie.
Rey menatap pelan.
Dingin ruangan ini benar benar dirasakannya.
Tuttt….
Tak ada jawaban.
*-*-*
Aku tidak jadi menikah.Kita akan pergi meninggalkan semua ini.
Kutunggu kau di ruang tunggu keberangkatan, 5 menit setelah pesawatmu datang. Aku telah menyiapkan tiket menuju padang. Disana kita akan memulai segalanya dari awal kembali
-Arie-
*-*-*
SELESAI
Yogyakarta, 22:00 Maret 2709
“The impossible happening story…”
0 komentar on "GaJee....."
Posting Komentar